Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2 - Meet Kaizo

Kaveya merasakan tubuhnya terguncang, ia sedang ada dalam posisi tidur di kamarnya. Semalam, Kaveeya sibuk mengobrol dengan teman lamanya-Luna, hingga membuatnya tidur terlalu larut. Kaveya meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, lalu membuka mata dan mendapati sosok ibunya sedang berdiri di samping ranjang.

"Kenapa Bun? Masih ngantuk aku."

"Anak gadis jam segini belum bangun, malu sama ayam tetangga." Nirma menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat kelakuan Kaveya yang masih tidak berubah, meski usianya sudah mau masuk kepala tiga.

"Ya kan mumpung nggak salat, Bun. Aku masih capek tahu, Bun."

Kaveya menutupi mulutnya dengan tangan karena ia sedang menguap. Ia lalu duduk dan mengeluarkan kakinya dari dalam selimut.

"Tuh, dicariin Kendra," kata Nirma yang membuat Kaveya terkejut. Perempuan itu langsung mendapatkan kesadarannya seratus persen, saat nama Kendra tersebut. Bocah kecil yang kemarin nyaris tidak mau pulang dari rumahnya dan terus memanggilnya dengan sebutan mama.

"Loh, ngapain ke sini, Bun?"

"Nyariin kamu, katanya kangen sama mamanya."

"Mamanya? Halu dia ya? Kapan aku nikah?"

Kaveya panik sendiri, ia mengusap wajahnya dengan kesal. Anak kecil bernama Kendra itu membuatnya serba salah. Setelah kemarin memanggilnya mama, hari ini, Kendra sudah mengganggu tidur nyenyaknya.

"Temuin dululah, Vey. Kasihan itu. Namanya juga anak kecil."

"Tapi, kan ... aku bukan mamanya. Lagian ya, Bun, dia kan punya mama sendiri."

Nirma menghela napas, ia menatap sekilas pada Kaveya. "Mamanya sudah meninggal," kata Nirma, membuat Kaveya tambah terkejut. Meninggal? Seza meninggal? Kenapa Kaveya tidak pernah tahu fakta tentang ini?

"Kapan?" tanya Kaveya dengan wajah yang masih menyimpan keterkejutan.

"Saat usia Kendra satu tahun, kecelakaan." Nirma menghela napasnya, wanita itu memang tidak menceritakan apa pun tentang keluarga Kaizo setelah Kaveya memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Nirma seolah tahu, kepergian Kaveya sedikit banyak dipengaruhi oleh Kaizo. Lita bukan sosok ibu yang tidak tahu sama sekali perihal kisah cinta putrinya.

"Emmm, ya udah, aku cuci muka dulu, Bun," pungkas Kaveya, mengakhiri obrolan dengan Nirma, dan menuju kamar mandi untuk membasuk wajahnya.

***

Kendra tidak mau sekolah hari ini, anak itu terus menempeli Kaveya sepanjang hari. Ia juga tidak mau pulang, meski Lita-mamanya Kaizo berulangkali memaksanya pulang. Kedua manusia beda usia itu malah berakhir di sebuah kedai makanan cepat saji, Kendra menangis ingin dibelikan es krim dan ayam krispi kesukaannya. Atas dasar kemanusiaan dan rasa tidak tega, Kaveya pun terpaksa membawa Kendra ke kedai makanan cepat saji yang terletak tidak begitu jauh dari kompleks perumahannya, hanya lima belas menit perjalanan dari rumahnya. Kaveya menjelma menjadi ibu-ibu muda, meskipun statusnya masih single happy. Beberapa kali ia meringis, menahan canggung saat Kendra terus memanggilnya mama. Tapi, wajah menggemaskan anak Kaizo itu memang sulit untuk ia tolak permintaannya. Berulangkali Kaveya meminta Kendra memanggilnya Tante, dan berulang kali pula bocah itu menolaknya dengan tegas.

"Ken, Tante ke toilet bentar ya. Kamu di sini aja, jangan kemana-mana," kata Kaveya sambil membersihkan sudut bibir Kaizo yang berminyak.

"Bukan Tante tapi Mama," tolak Kendra saat Kaveya masih tidak mau dipanggil mama.

"Iya, Mama ke toilet dulu ya?" Kaveya pasrah pada bocah berusia hampir lima tahun itu.

"Iya, Mama."

Kaveya lalu beranjak, menuju toilet yang terletak tidak jauh dari tempat mereka duduk. Ia sengaja memilih tempat duduk dekat toilet tadi, agar memudahkannya saat nanti ia atau Kendra ingin ke toilet, dan kebetulan tempat itu juga cukup sepi, tidak seramai di bagian depan kedai. Kaveya mencuci tangannya di wastafel dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, ia lalu memoles bibirnya dengan lip tin berwarna mauve yang ia bawa di dalam shoulder bag berukuran agak besar. Sengaja memang, Kaveya membawa tas yang berukuran agak besar, karena berisi susu formula milik Kendra dan beberapa mainan milik balita itu, takutnya Kendra akan menangis meminta susu atau mainan. Kendra saja tadi sudah hampir menangis saat meminta paket makanan yang terdapat hadiah mainan di dalamnya, ya meski harus merogoh uang agak banyak, tapi Kaveya tidak masalah. Toh, tabungannya juga masih banyak meskipun ia menganggur saat ini. See? Ia sudah mirip mama-mama muda sekarang.

Kaveya lalu meninggalkan toilet dan segera kembali ke tempat di mana ia meninggalkan Kendra tadi. Pandangan matanya lalu jatuh pada sosok yang membelakanginya, sosok laki-laki yang saat ini duduk di depan Kendra. Jantung Kaveya mendadak berdetak dengan cepat, apakah itu Kaizo? Demi Tuhan, Kaveya belum siap bertemu dengan laki-laki itu. Ah, sial sekali rasanya. Memang, cepat atau lambat, Kaveya pasti bertemu dengan papa dari Kendra, tapi kenapa harus sekarang?

"Mbak Kaveya ya?" suara seseorang membuat Kaveya sadar. Ia lalu memerhatikan sosok laki-laki yang sudah menatapnya sambil tersenyum. Laki-laki itu memakai kacamata, wajahnya asing di mata Kaveya. Bukan Kaizo ternyata. Sukurlah, Kaveya mengembuskan napasnya lega.

"Siapa ya?"

"Oh, kenalkan, saya Rizdan, asisten Pak Kaizo."

"Ah, ya ... salam kenal."

Kaveya menyambut uluran tangan Rizdan. Asisten Kaizo rupanya. Laki-laki itu sudah pasti punya asisten, dengan segudang bisnis keluarga yang dimilikinya, Kaizo tidak mungkin melakukannya sendirian. Mengenal Kaizo dari kecil, Kaveya tahu bagaimana karakter laki-laki itu.

"Saya disuruh Pak Kaizo jemput Kendra." Rizdan menjelaskan kedatangannya.

"Eh, kok tahu ya kalau Kendra di sini? Sempet ke rumah saya?" tebak Kaveya, barangkali Rizdan sempat mampir ke rumahnya tadi.

"Tadi Pak Kaizo melihat posisi GPS dari jam tangan yang dipakai Kendra."

Kaveya lalu memusatkan pandangannya pada smartwatch milik Kendra, lalu melihat ke arah Rizdan lagi.

"Kendra, Om Rizdan jemput kamu tuh. Pulang sekarang ya?" kata Kaveya, ia mendekat ke arah Kendra.

"Sama Mama."

"Emhhh, sama Om Rizdan aja ya? Tante masih ada urusan."

"Aku ikut Mama!"

"Besok kita main lagi ya?" Kaveya berusaha membujuk Kendra agar bocah kecil itu luluh.

"Mbak Kaveya bisa ikut kami, nanti saya antarkan pulang," ucap Rizdan berusaha memberi solusi.

"Nggak usah Mas Rizdan, saya naik ojol aja."

Penolakan Kaveya membuat Kendra langsung menangis. Bocah laki-laki itu menatap Kaveya penuh permohonan, yang sialnya membuat Kaveya merasa tidak tega. Sekarang, Kaveya benci menjadi orang tidak tegaan.

***

Rizdan menghentikan mobilnya di halaman parkir sebuah restoran yang tentu saja dikenal oleh Kaveya. Dulu, ia sering diajak Kaizo mampir ke sini untuk sekadar makan siang. Salah satu bisnis keluarga Kaizo yang bergerak di bidang kuliner, dan membuat Kaveya rindu olahan kepiting sambal ijonya yang menjadi menu favoritnya di restoran ini.

"Ayo Mama, kita ketemu sama Papa."

Kendra menggandengan tangan Kaveya dengans semangat, bocah itu bahkan berlari kecil untuk menuju ruang kerja papanya di lantai tiga. Restoran ini berukuran cukup besar, memiliki dua lantai dengan satu kolam renang di samping halaman yang luas. Biasanya, restoran ini sering disewa untuk menggelar pesta resepsi.

"Kendra pelan, jatuh nanti kamu," nasihat Kaveya yang diabaikan oleh Kendra. Mereka akhirnya sampai di depan sebuah ruangan yang diyakini Kaveya adalah ruang kerja Kaizo. Tangan Kaveya mendadak dingin, ia bingung harus bersikap bagaimana nanti. Karena meskipun sudah lama tidak bertemu, dan sempat patah hati karena laki-laki itu, perasaan Kaveya pada Kaizo tampaknya memang belum hilang sepenuhnya.

"Papa ...," teriak Kendra dan membuka pintu ruang kerja papanya begitu saja, sementara laki-laki itu tampak sedang terlibat pembicaraan dengan seorang perempuan di ruangannya.

Kendra lantas naik ke atas pangkuan Kaizo, dan menatap tidak suka pada sosok perempuan yang berbicara dengan ayahnya.

"Hei, Kendra," sapa perempuan itu, namun Kaizo tidak mau menanggapinya. Ia memilih memeluk papanya dengan wajah cemberut.

"Aku sama Mama loh ke sini," kata bocah itu sambil melirik ke arah Kaveya yang hanya diam saja sejak tadi. Takut salah bersikap, ia juga merasa canggung.

"Ma ... sini dong!" Kendra melambaikan tangannya, meminta Kaveya mendekat. Menarik napasnya sejenak, Kaveya lalu mendekat ke arah Kaizo, sementara laki-laki itu hanya diam, memerhatikannya sejak tadi.

"Zey, kamu bisa pulang dulu. Proposal penawaran kerjasamanya akan saya diskusikan dengan tim saya nanti."

"Ah, okay. Aku pulang dulu kalau gitu," pamit Zeyna, dan meninggalkan ruangan Kaizo, ia menatap ke arah Kaveya selama beberapa detik, membuat Kaveya mengeryitkan dahinya.

"Long time no see, apa kabar?" tanya Kaizo, membukan pembicaraan dengan Kaveya. Perempuan itu mencoba santai, meskipun sebenarnya ia ingin menghilang saja saat ini. Rasa sakit itu masih tertinggal sepertinya, Kaveya bahkan masih bisa merasakannya sampai saat ini.

"Baik," balas Kaveya singkat, ia tak berminat berbicara dengan Kaizo saat ini, dan cenderung menghindari Kaizo.

"Ken, kamu main sama Om Rizdan dulu ya? Papa mau bicara sama Keveya."

"Okay, Pa."

Setelah mengusir Kendra,Kaizo mengisyaratkan Kaveya untuk duduk di atas kursi yang terletak didepannya, hanya dibatasi oleh meja kerja. Demi kesopanan, Kaveya mau tidak maududuk di atas kursi itu, meskipun kalau bisa memilih, ia tak akan melakukannya.Tapi, kalau langsung pergi saat ini, Kaveya akan terlihat menyedihkan, mungkinKaizo akan
menganggapnya belum bisa move on. Hell.

to be continue ...

Gimana guys, sama part ini? Sudah dapat gambaran ceritanya? Wkwk

Aku masih mikirin cast-nya Kaizo wkwk. See you, beberapa hari lagi atau minggu depan ya.

Yuk temenan di twitter atau IG @Aristavee atau kalau mau temenan di tiktok bisa follow aristav ya. Byeee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro