Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Durjana

Durjana. Satu kata yang dapat mendefinisikan segala kebusukan yang melekat kuat pada dirinya. Matanya menatap nyalang ke arah pria yang baru saja berlalu pergi meninggalkan dirinya yang begitu kacau. Entah sejak kapan dia menjadi iblis. Kehidupannya jauh dari kata ‘baik-baik saja’. Dia akan tersenyum manis di depan kawan dan orang tuanya, kemudian menghancurkan dirinya sendiri saat tiada siapa di dekatnya. Jiwanya sudah bukan lagi miliknya.

“Cukup!!” teriaknya nyalang pada pria yang duduk manis di atas kuda besi di hadapannya. Pria itu tak bergeming, bahkan tak meliriknya barang sedetik. Pria itu terus menghujaninya dengan perkataan pedas. Membuat dadanya sesak kehabisan kata.

“Aku akan bertanggung jawab, Yung! Aku akan mengatakan semua pada Ibu dan Bapakmu, kita bisa terus bersama seperti dulu. Aku mencintai kamu, Lembayung!” ucap pria itu penuh penekanan. Lembayung, gadis yang kini meringkuk di depan pagar rumah indekos itu sama sekali tak tersentuh dengan perkataan pria di depannya. Setiap kali Lembayung memberi kesempatan, setiap kali Lembayung membuka pintu hatinya, detik itu juga rasa sakit lain yang di sebabkan pria itu menunggunya.

“Maaf, Bara. Maafkan aku, kali ini tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk kembali. Belum satu minggu kamu memilih pergi, bahkan saat aku memohon untuk kembali kamu menolakku dengan dalih, aku bukanlah gadis yang mau menemanimu dikala susah. Apa selama ini kita hidup bersama selalu bahagia? Apa aku pernah mengeluh dan menuntutmu seperti wanita-wanitamu yang dulu?”

Bulir-bulir bening mulai menggenangi pelupuk matanya, hatinya berdenyut-denyut karena dilema. Di satu sisi ia masih sangat mencintai Bara, pria dihadapannya. Namun, di sisi lain ada jurang kecewa yang membentang di antara mereka. Lembayung kecewa saat Bara memilih pergi meninggalkannya hanya karena Lembayung membutuhkan waktu untuk menetralisir emosinya. Bagi Lembayung, hubungan yang mereka jalani sudah cukup serius, bukan hanya antara dirinya dan Bara, tapi dua keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Empat tahun hubungan mereka berjalan, namun Lembayung merasa tidak ada perubahan baik dalam dirinya dan Bara. Mereka semakin salah jalan. Ditambah lagi orang tua Bara yang kerap kali menyakiti perasaan Lembayung soal uang.

“Aku janji akan berubah. Untuk masalah orang tua dan kakakku, tolong bersikaplah biasa. Mereka memang begitu, yang terpenting adalah aku,” ucap Bara sembari menatap lurus ke arah Lembayung. Mereka sudah empat tahun bersama, terlalu banyak kenangan yang nantinya harus mereka kubur untuk menutup luka. Lara sudah pasti akan mereka rasa. Namun, kembali bersama tak mungkin lagi tercipta.

“Aku nggak bisa, Bara. Kita sudah bicarakan ini baik-baik, aku rasa kalau pun wanita lain ada di posisiku, mereka akan memilih hal yang sama. Kita tidak mungkin terus bersama hanya dengan status pacaran, tapi untuk menikah, orang tuamu saja belum memberi ijin untuk kita. Bahkan setelah empat tahun kita bersama, mereka masih mengganggku orang lain, padahal Bapak dan Ibuku sudah menganggapmu darah daging mereka sendiri.” Bara terdiam sejenak, menatap lurus ke arah Lembayung yang semakin terisak.

“Itu alasan kamu saja, Ayung! Aku tahu kamu ada main dengan pria lain, yang lebih kaya dari pada aku. Teman bulemu itu, iya kan? Jujur saja, Yung!” ucap Bara dengan nada tajam dan menukik. Menancap tepat di lubuk hati Lembayung. Setelah tiga hari mereka putus, setelah Bara menolak ajakannya untuk berdamai, Lembayung memutuskan untuk mencari pelarian. Seorang teman asing yang ia temui dalam game, lantas apa salahnya? Lembayung tidak berselingkuh, dia hanya ingin mencari teman.

“Persetan jika kamu tidak percaya, yang pasti untuk saat ini kita tidak bisa kembali. Sebelum kamu berubah lebih dewasa, sebelum kamu buang jauh nafsu birahimu, Lembayungmu tidak akan pernah kembali,” ucap Lembayung tegas sembari bangkit dari posisinya.

“Aku akan ungkapkan semua ke orang tuamu bahwa kita pernah tidur bersama. Aku tidak mau lari dari tanggung jawab, aku akan tetap menikahi kamu, Yung! Aku akan bertanggung jawab,” ucap Bara lebih nyalang. Matanya terlihat berkilat penuh amarah karena Bara tak suka penolakan. Sedangkan tangisan Lembayung semakin menjadi-jadi karena ketakutan.

“Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas menikahi. Saat ini saja kamu tidak memiliki pekerjaan, kamu belum dewasa, kamu masih saja memikirkan perasaan dan kebutuhan biologismu yang tak ada habisnya. Aku tidak butuh pertanggungjawabanmu itu!!” tegas Lembayung, setengah berteriak.

“Oh ..., tentu saja. Kamu jelas memilih si rich man. Kalau begitu anggap saja semua barang yang pernah aku beri padamu adalah hargamu menemaniku tidur. Bagaimana rasanya? Kamu akan selalu mengingat panasnya ranjang saat kita berkeringat bersama. Kamu adalah pelacurku, detik ini dan selamanya,” ucap Bara dengan pongah, lantas pergi menunggangi kuda besinya dan meninggalkan Lembayung yang masih terisak frustasi di depan pagar rumah Indekos.

Pria yang dicintainya, pria yang ditemaninya selama empat tahun adalah pria yang sama yang menghancurkan seluruh harga dirinya. Pria yang menganggapnya hanya pemuas birahi, hanya jalang yang haus akan materi. Lembayung semakin hanyut dan terisak, seolah ada bom waktu aktif yang siap meledakkan seluruh sanubarinya. Hingga guncangan besar berhasil menyadarkannya.

“Lembayung ..., Lembayung!!!!” suara yang tak asing membuatnya segera kembali pada realita.

“Iya, Bu?” tanya Lembayung yang masih berusaha mengembalikan kesadarannya.

“Kamu ini, sudah jam berapa? Mimpi apa kamu sampai menangis sekencang itu?”

Lembayung menghela napas lega, ternyata semua hanya mimpi yang terasa amat nyata. Dia sudah gila karena memimpikan perlakuan buruk Bara. Mungkin dia akan kehilangan nyawanya jika dalam realita Baranya benar seorang durjana seperti dalam mimpinya.

****

(Jumlah kata: 847)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro