Season 2 sneak n peek
---Sebelum masa depan---
Sehari setelah hari itu, aku dan dirinya resmi berpacaran.
Meski ku tau, dia tak sering muncul di hadapan, disibukkan dengan kesibukan sekolahnya.
Sebenarnya hati ini hampa tanpanya, tapi aku ingat jelas janjinya, bahwa setiap weekend ataupun saat waktu mengizinkannya, dia akan datang padaku.
Janji itu kupegang benar, erat dalam dada.
Hari itu, aku sedang berjalan bersampingan dengan Kaku.
Setelah melakukan pertemuan rutin dengan anggota-anggota Tenjiku, kuputuskan untuk berjalan-jalan sejenak bersamanya menyusuri jalanan Kota Tokyo.
Sambil mengedarkan pandangan, menikmati kota yang selalu sibuk itu, mataku tertuju pada suatu toko pernak-pernik.
Toko yang sering dikunjungi Emma bersama sahabatnya Hina.
Langkahku terhenti tak jauh dari sana.
"Ada apa?"
Tanya seseorang disampingku.
Sejenak bayangan (y/n) muncul di lensaku.
Senyumnya tampak begitu jelas saat jemarinya menyentuh pernak-pernik yang ada di toko itu.
"Kaku."
"Hm?"
"Kau bawa dompet?"
"Dompet?"
Alisnya terangkat, bingung denganku yang tiba-tiba bertanya tentang itu.
Sebentar dia menatap kearah yang sama denganku, toko itu. Langsung saja dia mengerti maksudku.
Tangannya merogoh saku, tangannya berhasil merasakan objek yang kupertanyakan.
"Oh, yuk lah."
Tanpa perlu basa-basi lagi, dia berjalan duluan, diikuti aku yang ada di sampingnya.
"Selamat datang~ ada yang bisa dibantu?"
Sepasang netraku menjelajahi toko itu.
Berbagai macam pernak-perniknya, membuatku bingung mana yang terlihat cocok untuknya.
Serasa semua pernak-pernik itu bisa membuatnya lebih bersinar dari biasanya.
Sepintas aku teringat dengan poni sampingnya yang selalu sengaja dia gunakan untuk menutupi wajahnya, guna memyembunyikan emosi yang mengembang jelas disana.
Saat itu juga sebuah ide muncul di benakku.
"Apa ada rekomendasi jepit untuk poni samping?"
"Oh, tentu! Kami punya banyak koleksi. Silahkan."
Wanita penjaga toko itu menyodorkan kotak koleksi tokonya.
Yang benar saja, ada banyak macamnya, sampai-sampai aku dibuat bingung.
Tanganku meraih jepit itu satu persatu. Menganalisanya baik-baik sambil membayangkan bagaimana penampilannya di surai miliknya.
Kaku sampai ikut mendekat saat melihatku mulai kebingungan-meletakkan dan mengambil beberapa jepit di kotak koleksi itu.
"Menurutmu mana yang cocok dengannya?"
"Untuknya, ya... yang ini bagaimana?"
"Hmm, terlalu norak."
"Kalau ini?"
"Mati sama warna rambutnya."
"Itu?"
"Aku tidak yakin."
Wanita penjaga toko sampai memiringkan senyumnya. Langsung saja dia memberiku uluran tangan.
"Ano, maaf sebelumnya. Apa kakaknya berniat memberikannya pada seseorang?"
Kepalaku langsung saja mengangguk.
"Begitu ya, saya bisa membantu untuk memilihnya. Kalau boleh tau, untuk siapa jepitnya?"
"Pacarku."
Wanita itu tak terkejut, justru merasa sudah biasa menangani konsumen sepertiku.
"Baik, kalau boleh tau, seperti apa pacarnya?"
Mataku tertutup sebentar, mengingat benar seperti apa sifatnya.
"Dia pekerja keras. Dia juga bukan orang yang mudah menyerah. Sosok yang bertekad kuat. Saking kuatnya, dia sampai meresikokan dirinya sendiri untuk melindungi orang yang dicintainya."
Wanita penjaga toko itu termenung.
Lantas dia mengedipkan matanya berkali-kali.
"U-uwah, hebat sekali pacar kakak. Uhm, kalau begitu, bagaimana kalau ini?"
Jepit beebentuk kupu-kupu dengan mutiara kecil di bagian tengah, diambilnya.
"Yang sering kutahu, wanita itu sosok yang lemah lembut. Kalau dari yang kudengar tadi, sepertinya pacar kakak sudah berjuang cukup keras untuk menjadi sosok yang kuat, seperti perubahan ulat ke kupu-kupu. Kudengar keindahan kupu-kupu juga melambangkan rasa cinta yang lembut. Jadi kupikir ini cocok untuk pacar kakak."
Lensaku berbinar mendengarnya.
Apa yang dikatakan memang terdengar cocok sepertinya.
"Jadi bagaimana?"
"Aku ambil yang ini."
Jawabku cepat.
"Baiklah, segera saya bungkuskan."
Kaku mulai menyiapkan dompetnya.
Dia yang mengurus bagian administtasi sementara aku menerima bingkisan itu lebih dulu.
Aku tak sabar melihat bagaimana benda itu tergantung di surainya.
Dan bagaimana dia saat tak bisa menyembunyikan semu kemerahan itu lagi.
Pasti akan terlihat sangat manis.
"Udah, za. Apa kau mau beli yang lain lagi?"
Kepalaku menggeleng.
"Tidak, ini saja sudah cukup. Aku akan segera memberikan ini padanya."
Kaku mengangkat dua alisnya.
"Buru-buru bener. Okelah, semoga dia menyukainya."
"Kuharap begitu."
Senyumku tampak.
Sesaat sebelum kakiku menapak keluar.
Suara yang terdengar asing terdengar.
"Pejuang keras, huh? Indah seperti kupu-kupu. Singkat juga alur hidupnya."
Huh? Siapa?
Kepalaku mencari-cari sumber suara itu.
Seseorang berlari diantara gerombolan pejalan kaki, dia berlari menjauh.
"Oi! Tunggu!"
Kaku yang menyadariku berteriak begitu ikut terkejut.
"Za! Duh—"
Entah apa yang terjadi padanya. Sesuatu seperti menghalangnya untuk mengejarku. Membuatku berlari seorang diri mengerjar orang itu.
========
Langkahku berhenti di jalanan kota yang semakin padat.
Apapun yang terjadi, aku tak pernah tau kenapa jam segini jalanan terasa lebih padat dari sebelumnya.
Bahkan mataku sampai tak bisa mengejar kemana bayangan sosok itu pergi.
Srrk!
Suara gemerisik terdengar dari arah gang kecil.
"Pasti dia disana."
Kembali lagi kakiku melaju.
Mengejar sosok yang berani-beraninya mengatakan hal itu padaku.
Tap tap tap
Baru beberapa tapak melangkah.
Tak ada lagi suara yang terdengar.
Hanya lorong gang kecil yang begitu sunyi.
Tatapku melirik kesana-kemari.
Hingga suara itu terdengar lagi, tepat disampingku.
"Benar, gadis itu seperti kupu-kupu. Indah, pejuang keras, bahkan mengerti benar maksud dari cinta dan kasih sayang."
Suara itu tersengar dari gang buntu yang berada di sampingku.
Perlahan sosok itu berjalan mendekatiku.
Mulai menampakkan wujudnya.
"Tapi kau tak tau. Kalau sebenarnya kupu-kupu itu begitu rapuh. Kau tak tau bagaimana rasanya melihatnya mati perlahan dan menghilang begitu saja!!"
Lensaku terbelalak mendengar kalimat itu muncul dari seseorang yang bahkan hanya setengah wajahnya saja yang terlihat.
"Apa maksudmu? Siapa kau?"
Suara tapaknya semakin terdengar mendekat.
Tak lama dia menampakkan sosok sepenuhnya.
Surai putih yang sama seseorang sepertiku.
Lensa yang tak ada bedanya denganku.
Pula kulit yang sama warnanya denganku.
Hanya tinggi yang membedakannya denganku.
"Aku kemari karena ingin memberitahumu."
"Kalau gadis itu akan mati selama kau tak menghentikannya."
===================
"Unknown man from the future."
Catatan author :
Yak, buat tulisan season 2 nya, author ngumpulin bahan dulu karena nggak ngikut tokrev kayak gimana.
Barangkali ada yang kenal karakternya kakucho kayak gimana.
Izana ini deket sama siapa aja selain sama Kaku.
Mungkin bisa kasih tau thor di kolom komentar.
Karena thor nggak nyempet buat lihat anime atau manga.
Fokus nugas, nulis, rapat dan segala event yang ada di RL (hiks)
Sebelumnya, makasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca karya thor yang satu ini!
Segala komentar, kritik dan dukungannya, thor ucapkan terima kasih >\\\<)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro