Prolog
Tak ada yang namanya "penyesalan" datang di "awal". Rasa pahit hanya akan datang di garis akhir dari sebuah cerita. Setidaknya itu yang kebanyakan orang percaya. Dan kurasa, kini pun aku berpikir seperti itu.
Kita tak pernah tau, kapan orang yang selalu ada disamping kita akan pergi.
Setelah dia menghilang, ombak penyesalan barulah menyergap. Buih-buih memori kenangan akan meluap ke permukaan, lalu meletup jadi bagian dari lautan air mata.
Sampai bayangan sosok itu hanya dapat muncul sebagai helaian bunga sakura... yang nantinya akan gugur dan menghilang dari rantingnya, hingga tersisa kerangkanya saja. Kerangka yang terbenam di dalam tanah, diatas nisan bertuliskan namanya.
Indah, tapi menyakitkan.
Sebegitunya, sampai aku tak mampu bergerak sesenti pun dalam detikan waktu yang terasa begitu cepat membawa hilang semuanya.
Angin musim semi yang beranjak pergi tak henti-hentinya menyekik nafasku; yang masih belum menerima kenyataan, bernafas hanya untuk menambah dosa lagi.
Dan karena hal itu, diri kita sendiri menyambar orang lain.
Melampiaskan emosi pada mereka yang tak bersalah.
Lantas kembali berakhir dengan rasa bersalah yang tak termaafkan.
Aku tak bisa terus begini.
Aku tak ingin terus menghancurkan apa yang telah dirangkai bersama sejak awal.
Aku ingin merubahnya.
Merubah segala yang sudah terjadi.
Merubah sesuatu agar kembali seperti dulu lagi.
Tak peduli apa saja usaha yang kubutuhkan untuk itu.
Tak kuperdulikan ruang maupun waktu yang harus kulewati.
Selama aku bisa melihatmu.
Meski hanya dalam semu.
Aku ingin melihat senyummu.
Aku ingin hadir dalam pelukmu.
Aku ingin bertemu...
... bertemu lagi denganmu.
= Unknown man from the future =
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro