Jo-Jo: Burned Bridge
Hari ini Jodi jadi kelihatan repot hanya karena tangan Joanna yang hampir terbakar. Karena kesalahan kecil saat membuat etanol* yang justru tumpah ke lengan jas lab, Joanna yang entah dibilang bodoh atau pikun itu justru dekat-dekat dengan api, membuat tangannya hampir terbakar tadi.
(*etanol: alkohol.)
Dan itu yang membuat Jodi khawatir setengah mampus sampai dia menawarkan diri untuk membawa Joanna pulang dan diobati di rumah, karena Joanna sendiri tidak mau lama-lama di BMG*.
(*BMG: Bumi Medika Ganesa. Klinik.)
Jadi setelah lukanya dibersihkan, Jodi mengantar Joanna pulang dengan perban yang diberikan dokter. Yang korban siapa, yang repot malah Jodi.
“Lagian lo sih, Jo. Alkohol kok ditumpahin ke lengan jas lab. Kenapa nggak sekalian mandi aja pake alkohol?” omel Jodi yang sibuk melilitkan perban ke tangan kanan Joanna. “Kalau mau biar gue yang nyalain api sekalian. Biar gue yang bakar.”
Ingin sekali rasanya Joanna menoyor lengan Jodi, tapi apa daya tangan tak sampai.
Oh, ralat. Bukan tak sampai, tapi tak mampu. Tangan yang biasanya dipakai untuk menoyor Jodi harus have a break dulu, dibebat sama perban untuk beberapa hari ke depan.
“Lo mau nolongin atau mau ngejek sih, Jod?”
“I’m doing both right now.”
Joanna sendiri cukup kesal. Well, siapa sih yang mau tangannya terbakar? Nggak ada. Jelas nggak ada. Dan dengan mood yang kurang baik sekarang, kalimat Jodi tadi jelas memperburuk keadaan.
“Ya udah biar gue perban tangan gue sendiri,” sinis Joanna.
Cewek itu menarik tangannya cepat. Namun nampaknya Jodi tidak berniat untuk mengizinkan hal itu. Tangan Jodi tetap menahan lengan Joanna. That man has a death grip on her hand.
“Lagian lo nih ya. Belum cukup bakar jembatan gue, sekarang lo mau bakar tangan lo sendiri?”
“Nah, apa lagi nih. Ngawur.”
Begitu selesai dengan perban, Jodi yang awalnya berlutut di lantai akhirnya berdiri. Cowok itu mengacak rambutnya, masih dengan posisinya yang berdiri di depan Joanna.
Jodi memandangi Joanna cukup dalam, membuat Joanna sedikit risih dengan itu.
Bukan risih karena terganggu sih. Joanna sendiri merasa tidak terganggu mau diperhatikan berapa lama pun oleh Jodi.
Cuman masalahnya... ya ini. Hatinya ini nggak bisa diajak kompromi buat balik natap Jodi.
Joanna baru saja mau protes, tapi Jodi dengan cepat mengeluarkan suaranya, membuat Joanna menahan diri untuk bicara.
“Daripada lo bakar jas lab sama tangan lo, mending lanjut bakar jembatan gue.”
“Jembatan apaan sih, Jod? Lo kira gue anak mahasiswa yang mau demo ke Jalan Ampera terus bawa obor sama parang ke sana?”
Spontan Jodi tertawa. Ini Joanna mau bilang anak mahasiswa demo kayak gitu? Itu mau demo apa mau ngebegal?
“Lo nggak ke Jalan Ampera, Jo,” balas Jodi cepat di sela tawanya. Kemudian dia menempatkan dirinya untuk duduk di samping Joanna, meraih tangan kiri cewek itu lalu menempelkannya tepat di dadanya yang berlapis shirt polo biru kesayangannya. “Lo nggak ke sana, tapi di dalam sini. Right here.”
Kalau cewek lain yang ada di posisi Joanna sekarang, mungkin mereka sudah berteriak atau menangis sambil bergumam, “Aw, so sweet.”
Tapi beda dengan Joanna. Meskipun Jodi sempat beberapa kali menggombalinya, yang kali ini terlalu over.
Dan kalau ini cara baru Jodi to joking around, Joanna siap mengambil centong nasi dan memukul kepala Jodi sekarang juga.
“Jodi, are you trying to make me scream like I was riding rollercoaster?”
“Dan lo mikir gue lagi joking, right?”
Joanna mengangguk.
“Yang kali ini gue serius, Mbak tukang bakar jembatan,” kata Jodi. Cowok itu tersenyum, tapi menurut Joanna something feels different with that smile. Seakan ada makna khusus dari senyuman Jodi barusan.
“Karena lo udah bakar jembatan gue, Jo, let me to burn yours to ya? Biar kita sama-sama nggak bisa balik buat ngasih hati kita ke orang lain.” Kali ini tangan Jodi menggenggam tangan Joanna. “Jadi pacar gue, ya?”
Dan dari semua kalimat Jodi yang berhubungan dengan bakar jembatan, this is the point. Untuk beberapa saat Joanna diam, mencerna semua yang baru dia dengar lalu tertawa.
“Kok gue diketawain, Jo?”
“Orang kalau confess ya tinggal confess, Jod. Lo ribet banget pake acara bilang bakar jembatan segala,” Joanna masih tertawa di sela penjelasannya, “lo mau confess atau mau nuduh orang sih?”
Jodi akhirnya ikut tertawa. “Buat lo, dua-duanya. Gue mau nembak lo sekalian mau nuduh lo ngelakuin kejahatan. Kejahatan yang bikin hati gue nggak bisa balik.”
Keduanya saling memandangi satu sama lain.
“Jadi, Joanna Hadid, will you burn my bridge once more?” tanya Jodi. "Tapi kali ini lo bakar pakai status baru."
Tanpa pikir panjang Joanna mengangguk sebelum Jodi menariknya, menghangatkannya dalam pelukan.
“You can’t go back lho, Jo. Jembatan lo udah gue bakar.”
“Same as you, Bapak Jodi Erlangga.”
Mungkin, hari ini tangan Joanna hampir terbakar. Tapi hari ini bukan hanya tangan, tapi jembatannya juga.
Jembatan hatinya Joanna Hadid sudah dibakar oleh cowok bernama Jodi Erlangga Hartanto, dan Joanna tidak akan bisa kembali lagi.
Well, it’s okay for her, though.
She wouldn’t mind to stay. Because she stay for and with his beloved Jodi after all.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro