“Gue tahu lo ganteng, Ji. Tapi coba itu over pede-nya dikontrol dulu.”

“Lah, gue kan emang ganteng. Nggak salah, dong?”

Ya, bahkan sampai nenek-nenek yang dibantu cowok satu ini untuk menyebrang juga bakal bilang, “Makasih ya, Ganteng.”

Adjie Djoko Malik namanya. Sarjana teknik sipil yang sekarang melanjutkan S2 di kampusnya yang terdahulu.

Dari dulu, semua mahasiswa bakal bilang kalau cowok keturunan Padang ini tuh memang ganteng.

Jadi nggak heran kalau nanti cewek yang ngasih mas kawin ke cowok macam Adjie. Selain karena budaya, memang Adjie lebih pantas menerima daripada memberi.

Dan mungkin karena terlalu sering menerima, Adjie mulai terbiasa untuk menerima daripada memberi. Salah satunya, soal hati dan kepercayaan.

Adjie ini tipikal cowok yang rajin shalat, kadang bareng Reza dan Hamish. Tapi biasanya kalau sedang mengurus proyek, sering shalat sendiri.

Mau sendiri atau bareng Reza dan Hamish sebenarnya tidak banyak bedanya.

Pertanyaan seperti, “Nggak bareng istrinya, Pak?” atau “Gimana sama calonnya, Dek Adjie?” pasti terdengar di telinganya.

“Ganteng tapi muka tua gitu ya, Bang Ji. Ditagihin jodoh mulu.” Juna dan Dimas akan mengejek Adjie dengan kalimat seperti ini.

Adjie mau menolak juga tidak bisa. Bahkan di usianya yang sebentar lagi menginjak 24 tahun, Adjie belum menggandeng satu cewek mana pun.

Ya, dulu ada sih satu. Tapi sayangnya nggak jodoh. Putus hanya karena Ibu berkomentar, “Ibu kurang suka sama yang ini, Ji. Kesannya palsu gitu.”

Dan sebagai anak semata wayang yang penurut, Adjie memilih mengakhiri hubungan.

Rupanya, halangan bagi Adjie untuk menggandeng seseorang itu susahnya bukan main.

Beberapa cewek yang Adjie coba perkenalkan pada Ibu nyatanya tidak pernah pas dengan selera Ibu. Sudah begitu beberapa rekan proyek (yang ini jelas maksudnya cewek, Adjie masih waras soal masalah pasangan) yang terus mengirim ribuan chat yang akhirnya membuat Adjie annoyed sendiri.

Ditakdirkan jomblo? Oh, Adjie harap tidak.

Malam itu, Adjie baru selesai takbiran di masjid dekat rumah orang tuanya.

Malam itu, Adjie meminta sesuatu untuk masa depannya.

Dan malam itu, seseorang muncul di hadapannya, tersenyum kecil sambil bertanya, “Pak Adjie, kan? Anu, saya nyari rumah Ibu Malik.”

Dan tahu apa doa Adjie? Dia meminta agar malam ini Tuhan menunjukkan jodohnya dengan memunculkan seseorang yang menanyakan namanya  dan rumah orang tuanya.

“Pak...”

“Kamu jodoh saya, bukan nih? Kalau iya biar saya bawa ke rumah.”

***