Uninstall
Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Media © Cheritz
.
.
.
Warning!
OOC, Lot of Typos, Bad EBI, Absurd, Mainstream, dll.
.
.
.
Semenjak kau menjadi anggota RFA, ada yang aneh dengan jantungku.
Jantungku selalu berdebar, saat menanti pesan darimu. Jantungku ... rasanya ingin melompat tiap mendengar suaramu di telepon. Akan tetapi, terkadang kenyataan benar-benar membuatku jatuh dari titik tertinggi.
Kenyataan bahwa, aku dan kau itu berbeda.
Kau yang di sini, hanyalah karakter yang dimainkan oleh seseorang. Benar, bukan?
Namun tidak apa, sebab perasaanku ini ... nyata. Aku benar-benar mencintaimu, (y/n).
Aku menyalahkan memoriku yang selalu mengingat semua kejadian yang kualami tiap kau melakukan reset berulang-ulang. Aku hanyalah orang yang mendukungmu bersama teman-temanku, (y/n).
Mulai dari kau yang memilih Yoosung sebagai rute pertamamu. Aku mengingat jelas, bagaimana kau membelanya saat aku menjahilinya, bahkan cara kau memberinya semangat. Aku juga selalu mengingat Yoosung yang mengkhawatirkanmu saat semua anggota RFA kuberi tahu mengenai bom yang ada di apartemen Rika. Bahkan ia mengorbankan mata kirinya demi keselamatanmu. Ia benar-benar pria baik hati, dan aku sampai menyalahkan diriku sendiri di depanmu saat pesta, karena lukanya itu juga merupakan salahku. Kau ingat, bukan?
Kemudian, kau memilih Zen. Pria tampan nan narsis itu. Namun, dia sangat mempedulikan keselamatanmu, kau tahu? Ia bahkan nekat datang ke rumahku dan memaksaku memberi tahu alamat apartemen Rika agar bisa menyelamatkanmu dari Saeran yang terpengaruh Mint Eye.
Selanjutnya, Jaehee. Aku tidak mengerti, kenapa kau memilihnya? Aku setengah cemburu juga geli saat mengetahui kau masuk di rute Jaehee. Namun, ia orang yang baik dan disiplin. Jaehee juga pekerja keras, dan kadang membuatku bergidik ngeri.
Saat kau membuka deep route pun, kau memilih Jumin. Dia yang tadinya hanya melihat Elly kesayanganku, menjadi sangat posesif padamu. Namun, itu semua demi keselamatanmu. Ah, bahkan ia memperlakukanmu bak putri kerajaan. Kau pasti senang, bukan? You deserve the world, (y/n).
Kemudian, kau memilihku. Kau memilihku, (y/n). Kau memilihku yang seperti ini. Aku tentu saja merasa sangat bahagia. Aku merasa menjadi pria yang paling beruntung di muka bumi ini, (y/n).
Ah, kalau dipikir-pikir ..., betapa beruntungnya aku saat kau memilihku sebagai rute terakhirmu. Teman-temanku memiliki sisi positif, tidak problematis seperti aku. Yoosung dan Zen mengorbankan dirinya demi menyelamatkanmu, Jaehee yang peduli padamu, dan Jumin yang selalu memprioritaskan keselamatanmu. Lantas, aku ini ... apa? Aku mendorongmu menjauh dariku. Aku selalu mendiamimu, karena aku memiliki banyak pekerjaan dan harus berkutat di depan komputer berjam-jam.
Akan tetapi, kau selalu menerimaku apa adanya. Walau kudorong, kau tetap mendekatiku. Walau aku mengacuhkanmu, kau tetap memberikan perhatianmu padaku.
Untuk itu, aku berterimakasih. Sangat berterimakasih.
Kau pula yang membantuku mempertemukan aku dan Saeran, adik kembarku.
Aku mencintaimu, sangat, (y/n).
Lantas setelah ini, kau tidak akan kemana-mana, bukan? Kau akan tetap di sisiku, kan? Ah, memikirkannya saja sudah membuatku sangat bahagia.
***
"Saeyoung," panggilmu. Sosokmu berjalan dengan lembut ke belakangku, dan memelukku.
"Hei, kenapa kau jadi manja begini?" godaku.
Kau hanya terdiam, lantas mengerang pelan. Tiba-tiba saja benakku bergemuruh, ada firasat buruk seperti menghantam kepalaku.
"Hei, kau membuatku takut, (y/n). Kau tidak akan pergi, 'kan?"
Aku mendengarmu menghela napas. "Aku kan sudah bilang, tidak akan melakukan reset. Kalaupun iya, aku akan memasuki rutemu, lagi dan lagi."
Aku melengkungkan bibirku ke atas, tersenyum, hatiku lega sekali mendengarnya. "Terima kasih," ujarku tulus.
Kau hanya mengangguk kecil di punggungku.
***
Akhir-akhir ini aku jarang merasakan kehadiranmu di sekitarku. Aku hanya berpikir, 'Ah, mungkin (y/n) sibuk. Ia pasti akan kembali.'
Ah, benar saja, kau kembali. Namun, ada yang berbeda, senyumanmu terasa masam, bukan senyuman cerah yang kurindukan.
"Saeyoung, maafkan aku," lirihmu.
'Ada apa?' batinku dengan perasaan yang tak karuan.
"Aku sibuk, tidak bisa terus menerus login."
Aku hanya menghela napas dan menatap iris hazelmu lekat-lekat. "Tak apa, aku selalu menunggumu, (y/n), kau tahu itu. Aku mencintamu," ujarku, berusaha meyakinkanmu dengan hal yang kurasakan, walau tetap saja ada rasa sakit tidak kasat mata di dadaku.
"Ya, aku mencintaimu juga, Saeyoung."
Ah, dengan begini, kekhawatiranku hilang sudah. Aku tidak perlu memikirkan macam-macam hal lagi, bukan?
"Hei, kapan kita menikah, (y/n)?" tanyaku seraya bergurau.
(Y/n) tertawa kecil dan menatapku dengan berbinar-binar. "Secepatnya, Saeyoung." Ah, rasanya aku ingin mengabadikan tawa dan ekspresimu dalam relung hatiku.
***
Toh, ternyata jawabanmu itu hanyalah delusiku saja.
Kau tidak pernah datang lagi ke RFA Messenger. Kau tidak pernah lagi hadir di kehidupanku. Ke mana gerangan kau berada?
Hingga suatu saat aku bermimpi tentangmu, yang kini sedang tak berada di sisiku. Mimpi ini, benar-benar terasa nyata.
Aku melihatmu, melihat sosok indahmu. Tapi napasku tercekat saat melihatmu berdiri di sana.
Kau akan meninggalkanku, meninggalkan kami semua, sebab kau tengah membuka panel jahat itu.
Are you sure to delete this application?
Mystic Messenger
Yes / No ?
Kenapa, (y/n)? Kenapa?
Hatiku hancur, (y/n), hancur.
Setelah aku mengalami hal yang membuatku sakit karena reset yang kau lakukan berulang kali, dan melihatmu bersama teman-temanku ....
Kini kau akan meninggalkanku? Setelah semua yang kita lakukan?
Kenapa kau tega, (y/n)?
Sosokmu menoleh ke arahku dengan berurai air mata.
"Saeyoung," bisikmu.
Aku berlari, berlari, dan mendekap tubuhmu.
"Kenapa?!" Aku berteriak, berusaha mengeluarkan rasa sesak di dada. Kuatur napasku sebentar, lantas menatap wajahmu lagi. "Kau jahat, (y/n). Setelah semua yang kualami, semua yang kukorbankan, semua yang kita lakukan, kau meninggalkanku?"
Kau menggigit bibir bawahmu tuk meredam tangisanmu.
"Maafkan aku, Saeyoung. Aku sudah bertemu dengan pria yang kucintai."
Kau tahu, (y/n)? Jawabanmu meremukkan hatiku.
"Kau bilang kau mencintaiku?" ujarku seraya membentak, sedikit membuatmu tersentak sebab amarah yang menyelimuti perkataanku.
"Aku memiliki kehidupan sendiri, Saeyoung. Kau tahu benar, kita ini berbeda, bukan?"
Aku tersentak, karena perkataanmu itu benar. Sejak awal, kita berbeda. Ya, kau punya kehidupan yang sedang kau jalani sekarang.
"Aku tidak akan melupakan kalian semua," lirihnya.
"Ya, terimakasih," ujarku dengan suara yang serak, karena air mata yang keluar deras ini. Aku tidak bisa berkata apapun lagi.
Dengarkan suara hatiku yang hancur, (y/n).
"Selamat tinggal, (y/n). Semoga kau bahagia." Rasanya tenggorokanku sakit, suaraku yang terucap pun serak. Ah, perpisahan ternyata sesakit ini.
Kau tersenyum pilu sambil terus meneteskan air matamu. Tidak lama kemudian, kau pun menekan tombol 'yes' di panel jahat itu. Lantas, kau pun menghilang, (y/n)ku menghilang. Kau pergi, dan aku sendirian lagi.
Pada akhirnya, kita tidak jadi menikah di stasiun luar angkasa, ya?
Aku tersenyum pilu, tangan mengusap air mata yang mengalir di pipiku. "Sampai jumpa lagi, (y/n). Aku akan menunggumu. Semoga kita bisa bertemu lagi ...."
Owari
Demi apa~ apa yang sudah kubuat ini?
Seven selalu sukses membuatku galau.
Sebenernya yang jahat dia atau aku? :''')
Lagian, kenapa kamu nggak jadi nyata aja, sih? *har har*
Well, semoga kalian suka ^^;;
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro