Bab Sepuluh: Akting
Aku menaiki kapal bodoh itu.
Dan yang paling buruk Kyle mengajak Amelia juga. Aku tidak bisa memikirkan teman berbincang yang lebih buruk.
Amelia melakukan segala yang ia bisa untuk membuat Tobias sendiri, namun aku terkejut melihat Tobias terus menolak. Mungkin dia hanya bersikap sopan di hadapanku.
Setelah malam itu aku tahu untuk benar-benar menghindari Kyle, sesuatu yang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Solusi terbaikku adalah untuk mengapit diriku di ujung dengan Tobias di sampingku untuk menghalanginya agar tidak duduk di sampingku. Aku meletakkan tanganku pada Tobias untuk memastikan dia tidak bangun.
Namun Kyle duduk di lengan kursi, lengannya menyentuh lenganku sesekali.
Aku mencoba menghiraukannya setiap kali dia mencoba berbicara denganku, namun Tobias memberiku tatapan peringatan setelah Kyle terlihat frustasi.
Jadi aku hanya memberinya jawaban satu kata. Tidak ada yang dapat menanggapi jawaban seperti itu. Namun aku tahu menjawab marah pada godaannya terus-menerus hanya menyemangatinya.
Ketika Tobias pergi Tuhan yang tahu untuk melakukan apa, Kyle mengambil kesempatan untuk mengambil tempat. Dia meletakkan lengannya di belakang kursiku, bersandar semakin dekat dan dekat hingga aku dapat merasakan napasnya di leherku.
Dia mulai memainkan rambutku. Aku menjauhkan wajahku segera, merasa sedikit rasa sakit ketika dia tidak melepaskan helaiannya.
Jangan marah, jangan marah, aku memantrai diriku sendiri, namun hal itu semakin sulit.
"Hentikan," geramku di antara gigiku yang rapat.
"Beri tahu aku kamu tidak menikmatinya."
"Aku tidak menikmatinya."
"Akmu tidak perlu berbohong padaku, sweetheart. Aku tahu pasti rasanya nikmat mendapatkan perhatian."
"Apa?"
"Yah, kita berdua tahu kamu tidak mendapatkannya dari suamimu dan aku hanya mencoba membantu wanita yang sedang membutuhkannya."
"Tidak perlu khawatir padaku. Suamiku memberikan semua perhatian yang aku butuhkan. Mungkin bahkan terkadang berlebihan." Kebohongan tersebut datang terlalu mudah.
"Kamu tidak perlu bohong padaku."
"Oh percaya padaku, Aku tidak berbohong."
Dia berpaling dariku dan mengerutkan dahi. Sukses! Mungkin dia akan meninggalkanku sendirian kali ini.
Ketika Tobias datang kembali, Amelia membuntutinya seperti anak anjing yang hilang, terlihat murung.
Dia sudah menolak gadis itu? Ha!
Ketika dia akan duduk, ponselnya mulai berbunyi. Dia menatap nama pada layar dan mohon undur diri untuk mengangkatnya. Aku dapat melihatnya terlihat marah lewat jendela, dan jika kemampuan membaca bibirku ternyata baik, aku dapat melihatnya mengatakan "berhenti menghubungiku". Antara itu atau "menghentak bergoyang sayang" namun yang sat itu tidak terlihat nyata.
Aku bertanya-tanya apa dengan siapa ia bicara. Julia Steinway, harapku.
Kemungkinan bukan. Jika pesan-pesan yang aku lihat mengindikasi sesuatu, apa pun yang mereka miliki masih berjalan dengan baik.
Ketika dia kembali dia nampak kesan dan aku mengambilnya sebagai kesempatan untuk menjauh dari Kyla dan tangan perabanya.
Aku menariknya ke sisi lain kapal untuk masuk ke dalam salah satu dari banyaknya ruangan, senang akhirnya dapat menjauh dari dua penumpang yang terangsang itu.
"Apa yang terjadi?" tanyaku padanya.
"Bukan urusanmu," ketusnya.
"Tidak perlu kasar. Aku hanya bertanya."
Dia menghela napas. "Maafkan aku. Aku hanya kesal. Aku tidak tahan lagi dengan gadis itu terus mengikutiku."
"Gadis itu? Maksudmu Amelia?"
"Itukah namanya?"
Aku tertawa. "Apa kamu benar-benar tidak tahu namanya?"
"Apakah aku harus?"
"Yah, dia kurang lebih memberimu servis tangan di bawah meja kemarin jadi aku pikir itu sopan santun yang umum."
Dia menatapku dan aku menatapnya balik mata obsidiannya, tidak tahu apa yang terjadi. Dia mengerutkan dahi seperti mencoba memecahkan sesuatu dan aku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan.
Ketika dia akhirnya terlihat menjauh aku menghela napas yang secara tidak sadar aku tahan selama ini, mencoba membuat detak jantungku yang berpacu kembali tenang.
"Kita mungkin seharusnya kembali," ujarnya, berbalik.
"Tunggu. Kyle menargetkan kita."
"Menargetkan kita?"
"Dia pikir—dia tahu pernikahan kita itu palsu."
Tobias menghela napas dengan frustasi. "Kerja bagus, Talia."
"Aku? Bukan aku yang secara terbuka mengajak wanita lain tidur."
"Bukan aku yang menggodanya."
"Kamu yang menyuruhku!"
"Aku tidak memberitahumu untuk melemparkan dirimu padanya."
"Aku tidak melakukan itu! Jangan berani-berani melimpahkan ini padaku."
"Perbaiki ini. Jika orang-orang tahu pernikahan kita palsu itu bisa mempengaruhi bisnis."
"Kamu perbaiki ini."
"Bukan masalahku untuk diperbaiki." Kalimat itu terdengar familier.
"Yah, dalam pernikahan ada dua pihak yang bekerja sama untuk menyelesaikan masalah."
"Kita tidak benar-benar menikah."
"Wow terima kasih untuk pengingatnya." Aku memutar bola mataku.
"Ayolah." Dia menarik tanganku dan mengajakku kembali ke tempat Kyle dan Amelia menunggu.
Tobias duduk dan menarik agar dekat dengannya, meletakkan lengannya di sekitar pinggangku. Aku menjadi kaku karena sentuhannya namun tahu lebih baik daripada menarik diri.
Dia mencondongkan tubuh mendekan. "Bersikap natural," bisiknya pelan.
Kyle dan Amelia menatap kami dengan bingung.
Aku menatap Kyle dengan seringai di wajahku. Lihat? Aku ingin bertanya padanya.
Aku benar-benar merapat padanya, menyandarkan kepalaku pada bahunya, sungguh memainkan peranku. Yang aku harus lakukan hanyalah berpura-pura bahwa dia Jason dan aku percaya hal itu dapat dipercayai mereka.
Namun sikap dingin kamu satu sama lain sebelumnya dapat membuat kita terlihat seperti pasangan sungguhan? Aku harap tidak. Aku tidak ingin melakukan paa pun yang drastic untuk membuat pernikahan ini terlihat nyata. Apakah aku harus menciumnya? Ew.
Jadi kami hanya duduk di sana, orang-orang menatap kami dengan canggung satu sama lain. Kyle san Amelia terlihat sedikit kebingungan. Tidak mungkin Tobias dan aku terpisah dengan aku yang mendekapnya, hal itu akan membingungkan.
Seberapa buruk kami adalah hal pernikahan palsu ini? Tidak pernah terpikir olehku bahwa orang-orang akan mencurigai bahwa itu tidak asli dan dapat mempengaruhi bisnis yang membuatku merelakan kebebasanku.
Aku menghela napas di dalam hati. Apakah Tobias dan aku harus bersikap sensitive sekarang? Sempurna. Orang menyebalkan memalsukan perhatian padaku sekarang. Impian semua gadis.
Ketika akhirnya kapal kembali mendarat, Tobias dan aku pergi secepat mungkin, tangannya masih berada di pinggangku.
Dia membuka pintu mobil untukku saat kita melambaikan tangan pada Kyle dan Amelia yang masih berdiri di pesisir.
Ketika aku masuk aku merasakan seseorang memukul pantatku.
Demi. Neraka.
Tobias menutup pintu mobil sebelum aku dapat memarahinya, kaca mobil berwarna menyembunyikan reaksi marahku dari dua pengamat yang kaget.
Begitu Tobias di dalam mobil, aku melihatnya dengan marah. "Apa-apaan itu?"
"Itu, apa?"
"Kamu tahu apa itu!"
"Jika aku tahu aku tidak akan bertanya, Talia."
"Jangan pernah menyentuh bokongku. Selamanya."
Dia memutar bola mata. "Berapa umurmu, enam?"
"Maaf saja jika aku tidak nyaman dengan tangan orang asing menyentuh area privatku."
"Suamimu," koreksinya.
"Sungguh? Kamu orang yang baru saja mengingatkanku betapa palsunya pernikahan kita."
"Tenang. Itu hanya untuk pertunjukkan."
"Benar."
"Yah, seseorang sungguh percaya diri."
Aku memelototinya dengan marah. "Jangan pernah lakukan itu lagi."
Dia menghiraukanku dan terus mengemudi dan aku memutuskan itu semirip konfirmasi yang bisa aku dapatkan.
Hanya satu orang yang bisa menyentuhku seperti itu. Dan dia terkubur di bawah tanah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro