Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Sembilan: Mengintip

Aku bangun dengan lenganku mendekap sesuatu boneka beruang hidup yang hangat.

Aku merapat lebih dekat, menikmati kehangatan yang terpancar darinya.

Namun benda itu cukup keras, tidak lembut atau empuk. Mengingatkanku tertidur di samping Jason...

Aku menggerakkan tanganku mengelus dada yang keras, tersadar bahwa itu tubuh pria, bukan boneka beruang.

Tapi jika itu bukan Jason...

Sialan. Aku merapat pada Tobias?

Aku terpaku, mendengarkan suara bernapasnya yang teratur dan tidak keras. Tidak seperti Jason sama sekali, yang selalu mendengkur dengan lucunya tidak pernah gagal menenangkanku.

Aku melihat ke atas wajahnya yang sangat dekat dengan milikku, mengamati bagian tubuhnya.

Kulitnya sangat lembut, semua kerutan dari dahinya yang mengerut menghilang, membuatnya tampak lebih panas. Alisnya gelap dan tebal, sama seperti alisnya, yang terbaring di atas tulang pipinya yang tajam dalam tidurnya. Bibirnya selalu dalam warna buah beri, terlihat montok danlembut namun masih terlihat jantan, mungkin karena rahangnya yang sangat tajam.

Dia terlihat sangat berbeda dari Jason dari segala sisi. Di mana Jason selalu sangat menawan dan seperti malaikat dan sulit, Tobiar merupakan tipe pelepas-pakaian-dalam, jelas sekali tipe menawan pemotong kue. Ketika Jason marah, dia menjadi kasar, namun itu selalu untuk melindungi orang lain. Dia tidak pernah melakukan apa pun untuk kepentingannya sendiri, namun Tobias dingin dan kejam dan egois. Namun perbedaan besarnya: Jason sudah meninggal dan Tobias masih hidup.

Tiba-tiba merasa ingin menangis, aku melepaskan lenganku dari Tobias dan berbalik, namun tubuhku merindukan hangat tubuhnya.

Aku berbalik lagi dan mendekat padanya, namun berubah pikiran dan berbalik ke arah lain.

"Berhenti bergerak," ujar sebuah suara dan aku melompat, berbalik ke arah Tobias.

Matanya masih tertutup dan jika dia tidak berbicara aku akan menyangka dia masih tertidur.

"Maaf," gumamku.

"Jadi kamu memutuskan untuk tidur di tempat tidur akhirnya."

"Yah, ah, bak mandi tidak terlalu nyaman." Aku berbalik kembali, sulit untuk tidak memandangi wajahnya.

"Berhenti bergerak atau keluar, Talia."

"Maaf, maaf." Aku berbalik lagi padanya namun menjaga kedua tangan di sisi tubuhku meski sebagian dari diriku ingin kembali merapat padanya.

Dia tertidur lagi dan aku juga, sesuatu mengenai hal ini terasa nyaman.

Aku terbangun lagi setelah beberapa pings. Apa itu?

Aku melihat ponsel Tobias bergetar di meja. Benda itu berbunyi lagi.

Aku menghela napas untuk mematikannya, namun tidak bisa menahan untuk menatap pesan yang muncul di layar.

Ada beberapa dari Amelia yang jelas sekali dikirim ketika dia mabuk, ada beberapa pria mengirimnya pesan tentang surat atau pertemuan atau hal lainnya yang berkaitan dengan bisnis, ada satu dari Penelope menanyakan perjalanannya dan dua lainnya dengan emoji hati.

Dan di sana ada dua dari Julia Steinway.

Julia: Aku merindukanmu, sayang.

Julia: Aku tahu dia tidak berarti bagimu namun aku benci saat kamu dengannya.

Aku meletakkan kembali ponselnya, tidak ingin melihat lebih banyak. Pagi bahagiaku hilang.

Aku pergi mandi dan menikmati air panas hingga habis. Ha. Lihat bagaimana dia akan membeku kedinginan.

Merapatkan handuk di sekelilingku dan berlari ke luar dan berlari untuk mengambil pakaian ganti, yang lupa aku lakukan sebelumnya.

Untungnya Tobias masih tertidur.

Aku mengambil sepasang celana denim pendek dan kaus tanpa lengan yang ketat namun menggunakan baju renang baruku di baliknya.

Aku akan berenang hari ini.

Aku tidak yakin apakah aku harus membangunkan Tobias dan bertanya untuknya ikut denganku atau apakah aku harus meninggalkannya. Tidak seperti aku berarti apa pun untuknya, bukan?

Namun tetap saja, aku memutuskan untuk mengajaknya. Itu pilihannya pada akhirnya, namun hal ini mungkin dapat menjadi kesempatan yang baik untuk benar-benar berbicara?

Aku berjalan ke tempat tidur dan mengguncangkan bahunya sedikit.

"Tobias? Tobias, bangun."

Dia mengerang. "Ada apa?"

"Apa kamu mau pergi ke pantai denganku?"

Dia membuka mata onyx-nya, warnanya mengagetkanku lagi, dan berkata, "Kamu membangunkanku untuk itu?"

Aku menghela napas. "Kenapa pula aku repot? Tidak apa, lupakan saja. Bye."

"Apa aku mengatakan tidak?"

"Tidak, tapi—"

"Jadi jangan membuat kesimpulan sendiri. Beri aku beberapa menit."

Dia benar-benar mandi dan berpakaian dalam waktu enam menit, sesuatu yang memecahkan pikiranku. Aku pasti masih mengenakan sampo.

"Ayo pergi," ujarnya begitu keluar dari kamar mandi.

Aku hampir mengeluarkan air liur saat menatapnya. Dia mengenakan kaus putih tipis dan sepasang celana renang pendek yang menunjukkan kaki bagusnya. Rambutnya masih basah dan berantakan dan matanya tampak lebih gelap, meski bersinar, lebih dari biasanya.

Jika perusahaannya bangkrut, dia sungguh harus menjadi model.

Kami berjalan ke pantai terdekat dan semua gadis melihat Tobias tanpa rasa malu.

Beberapa dari mereka berbisik begitu kami lewat, membicarakan betapa panasnya dia, dan aku bertanya-tanya apa dia mendengarnya.

Kenapa aku tidak bisa sepanas itu? Sangat tidak adil.

Kami memilih tempat untuk menggelar handuk dan kursi. Begitu selesai aku melepas celana pendek dan kaus tanpa lenganku dan berlari menuju laut, melompat langsung.

Sudah sangat lama semenjak aku berenang. Tobias memiliki kolam renang di rumahnya—rumah kami?—namun aku tidak pernah menggunakannya. Terasa menakutkan untuk menggunakan kolam renang orang lain.

Setelah dua puluh menit berenang, aku melihat Tobias yang duduk di salah satu kursi pantai, tidak menyadari semua tatapan tergiur ditujukan padanya.

"Tobias!" Aku memanggil namanya.

Dia melihat melewati ponselnya. "Apa?"

"Apa kamu tidak akan berenang?"

Dia mengedikkan bahu, melepaskan kausnya dengan cara yang lebih baik dalam gerakan lambat, paling tidak begitu rasanya. Sejujurnya aku melihat seorang gadis menggenggam tangan di dada selagi Tobias melepas pakaiannya, terlihat seperti akan pingsan.

Dia masuk ke laut, air menghempas ke sekitar tubuh kencangnya.

Ketika dia sampai di tempatku, dia berkata, "Kenapa kamu terlihat sangat bingung?"

Aku dengan cepat menghapus ekspresi tersebut dari wajahku. "Tidak apa-apa."

Dia hanya jalan-jalan di air sebentar, tidak benar-benar mengobrol. Ini terasa canggung...

Sesuatu menyentuh kakiku dan aku langsung berasumsi itu adalah Tobias bercanda denganku.

"Jangan lakukan itu."

"Jangan lakukan apa?"

"Jangan menyentuh kakiku ketika kita di laut. Itu menakutiku."

"Aku tidak melakukannya."

"Apa maksudmu kamu tidak melakukannya? Sesuatu melakukan." Aku mulai merasa takut.

Lalu apa pun itu menyentuh kakiku lagi dan aku tahu itu bukan kaki. Benda itu panjang dan berlendir.

Aku berteriak dan melompat mendekat ke arah Tobias. "Benda itu melakukannya lagi."

"Itu hanya benda laut, Talia."

"Bagaimana jika itu belut beracun? Hiu kecil? Seekor ubur-ubur?"

"Lalu kamu akan kesakitan sekarang."

"Ya, aku tidak akan tinggal dan menunggu salah satunya memakanku, aku keluar dari sini."

Aku mulai berenang kembali dan Tobias mengikutiku, menggumamkan sesuatu tentang apa yang aku harapkan terjadi di laut. Ketika kami dengan selamat kembali ke daratan, kami duduk di bawah payung, Tobias kembali pada ponselnya dan aku menutup mata untuk berjemur di bawah matahari.

Sial! Aku lupa memakai tabir surya. Aku akan sangat terbakar.

Aku mengambilnya dari tas pantaiku dengan cepat dan melumurinya di seluruh badanku, melakukan yang terbaik dengan punggungku, namun tidak berhasil mengoleskannya pada punggung.

Oh, baiklah. Aku kira aku hanya harus menghindari punggungku dari matahari—

"Apa kamu perlu bantuan?"

Aku melihat ke arah Tobias yang masih mengetik pada ponselnya.

"Yah, itu akan sangat membantu."

"Apa yang akan sangat membantu?" tanyanya.

"Kamu baru saja menawarkan untuk mengoleskan tabir surya di punggungku...?"

"Tidak, itu aku, sweetheart." Aku melihat ke kiri di mana aku tidak melihat Kyle berdiri di sana dan melihatku dengan menyeramkan.

Aku mengambil handuk dan menutup tubuhku dari pandangannya.

"Tidak terima kasih. Aku baik-baik saja."

"Biarkan saja dia membantumu, Talia. Kamu akan terbakar matahari."

Aku memelototi Tobias. Sungguh?

Kyle mengambil botol tabir surya dan duduk di ujung kursiku, melumuri banyak tabir sebelum aku dapat bergerak.

"Ugh! Sekarang aku memiliki lapisan tebal tabir surya."

Namun kemudian dia mulai mengusapnya perlahan ke punggungku, seperti memberikan pijatan.

Aku memukul tangannya agar menjauh dan berbalik.

Kyle bersiul. "Sial, Anderson. Istrimu benar-benar sesuatu."

"Ew!" Aku bangkit dan melakukan hal lain, namun Kyle menggenggam lenganku.

Aku tidak percaya bahwa aku pernah berpikir dia pria baik pertama kali. Aku melihat ke arah Tobias untuk melihat dia masih pada ponselnya. Pria itu kecanduan.

"Ayo pergi."

"Kapal pesiarnya pergi dalam lima menit."

"Tidak akan aku naik kapal pesiarmu."

"Tidak, kita pergi," ujar Tobias. Jadi sekarang dai bicara?

"Coba dan buat aku melakukannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro