Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Dua Belas: Pemandian Air Panas

Mata gelap tajamnya terbuka perlahan bersamaan dengan air panas menuruni wajahnya yang seperti di pahat.

Dia memberiku tatapan sebal.

"Apa?" tanyaku tanpa rasa bersalah.

Dia menutup matanya lagi, tapi aku ingin memprovokasinya. Aku ingin mendapatkan reaksi darinya.

Aku menyiramnya lagi.

Dia mengabaikannya.

"Lakukan sesuatu! Kamu seperti robot."

"Jika aku robot, aku tidak akan bisa masuk ke air."

"Pelajaran bahasa: itu pertanyaan figuratif. Disebut kiasan. Itu di mana—"

Aku terkena siraman air panas yang sangat banyak, masuk ke dalam mulut dan mataku.

"Sekarang aku tahu caranya membuatmu diam."

Aku terbatuk-batuk mencoba mengeluarkan air yang masuk ke saluran yang salah. Tuan Robot hanya duduk diam dan menonton dengan puas.

Ketika aku akhirnya dapat bernapas lagi, aku berkata, "Aku seharusnya tahu kamu membawaku ke sini untuk membunuhku."

"Sayangnya aku tidak berhasil."

"Jahat." Aku langsung menyesali perkataanku karena itu membuatku terdengar seperti anak umur tiga tahun.

"Berapa umurmu, lima?" Dia menyuarakan pikiranku.

"Tidak," koreksiku dan dia menatapku, bingung.

"Kenapa kamu merasa perlu mengoreksiku untuk perbedaan dua tahun yang didasari oleh opini?"

"Aku sangat teliti, jika kamu belum tahu."

"Aku tidak tahu. Berdasarkan apa yang aku lihat, aku akan berasumsi kebalikannya."

"Lihat? Bagaimana aku tidak memanggilmu jahat dengan sikap seperti itu?"

"Berhenti bicara, Talia."

"Jangan menyuruh—"

"Tolong. Hentikan bicaramu."

"Aku tidak pernah mendengarmu berkata sopan sebelumnya. Itu sebuah kemajuan. Mungkin ternyata kamu bukan robot."

"Kita sudah sepakat bahwa aku bukan robot."

"Kita sepakat? Karena robot bisa jadi tahan air, namun mereka tidak akan pernah punya perasaan."

"Bersikap sopan itu bukan perasaan."

"Kamu melewatkan intinya."

"Tidak, kamu melewatkannya. Intinya adalah kamu memepertimbangkan aku bukan robot karena aku bersikap sopan dan karena robot tidak punya perasaan ka—"

"Oke, baik, diamlah. Aku salah dan kamu benar seperti biasa."

"Senang akhirnya kamu mengakuinya." Dia menyeringai.

"Aku pikir kamu ingin tenang dan senyap? Kita bisa melakukannya sekarang."

Dia tertawa dan menutup matanya lagi. Dia sangat diam aku yakin dia tertidur, meskipun dia tampak terlalu diam untuk tidur.

Mungkin itu bagaimana robot tertidur. Dia berada dalam mode "mati".

Aku duduk bersandar pada permukaan pemandian air panas alami yang ternyata lembut, membiarkan hangatnya air menyelimutiku. Sangat menenangkan dan santai, aku tidak kuasa merasa... senang? Itu sesuatu yang tidak aku rasakan beberapa waktu ini.

Aku melirik ke arah 'suamiku', duduk di sana tidak bergerak namun masih terlihat seperti dewa Yunani. Aku bertanya-tanya apa yang dia rasakan tentang pernikahan ini.

Dia tidak senang, itu pasti, tapi aku ingin tahu apakah dia akan baik-baik saja dengan semua ini? Untuk bisa hidup dengan harmonis tanpa bertengkar satu sama lain dan selebihnya mengacuhkan satu sama lain (terlebih bagian ini)? Apa kita bisa hidup sebagai teman?

Skenario terbaik adalah kita belajar untuk mentoleransi satu sama lain. Skenario terburuknya... yah, aku tidak bisa memikirkan skenario yang lebih buruk dari saat kami bertemu. Meski aku akui semakin baik seiring waktu, tidak banyak perkembangan untukku berharap kita akan punya masa depan bersama. Maksudku, kami baru mulai bicara setelah 3 bulan pernikahan kami. Aku bahkan jarang sekali melihatnya saat itu, dan sedikitnya keinginan yang dia tunjukkan untuk mengenalku yang hampir tidak ada.

Namun terkadang dia baik dan terkadang dia baik dan terkadang menyenangkan. Tentu, seringnya dia berengsek, namun itu kadang terasa lucu. Atau aku tidak benar-benar keberatan. Tidak seperti aku akan mendapati kita pergi bersama dan pergi berbelanja dan pergi makan malam di mana itu akan sangat canggung dan dipaksakan, namun tinggal di atap yang sama dan seperti teman sekamar tidak akan terlalu buruk.

Lalu ada fakta bahwa orang tua kami berharap kami jatuh cinta dan tetap seperti ini selamanya. Tampaknya tidak mungkin. Tidak mungkin akan tumbuh perasaan pada seseorang jika seperti ini, dan terlebih lagi aku tidak bisa melupakan Jason. Bahkan, aku pikir aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Jadi berlandaskan itu saja, tidak ada hal romantis yang akan berkembang. Terlebih lagi Tobias menunjukkan tanda negatif atas ketertarikannya padaku, jadi bukan hanya aku yang tidak tertarik padanya yang jadi masalah. Dia sama tidak tertariknya denganku.

Aku menutup mata dan memutuskan untuk tidur, airnya terlalu menenangkan untuk pemikiran kompleks.

Saat aku akan tertidur, aku mendengar suaranya.

"Talia?"

Haruskah aku mengabaikannya seperti yang akan dia lakukan padaku? Atau haruskan aku jadi orang yang baik dan menjawabnya?

Aku mengabaikannya.

"Talia?" ulangnya. "Apa kamu tertidur?"

Tentu saja aku tertidur. Bagaimana kelihatannya dasar idiot?

"Bangun."

Apa dia bercanda denganku?

Aku merasakan guncangan kecil. "Talia."

Apa pria ini serius? Kenapa dia membangunkanku? Tidak seperti aku benar-benar tidur namun dia tidak tahu itu.

Dia mengguncang tubuhku lebih kuat dan aku kehilangan kesabaran.

"Ya ampun, apa yang kamu inginkan?"

"Apakah kamu tertidur?"

"Kenapa itu sangat penting?"

"Tidak aman untuk tidur di air."

"Apa?"

"Itu tidak aman. Kamu bisa tenggelam."

"Seperti kamu tidak akan membuat pesta jika aku benar tenggelam."

"Meski begitu, aku tidak mau bertanggung jawab atas kematianmu, jadi jangan tidur. "

"Kamu tertidur."

"Tidak, aku tidak tertidur."

"Iya, kamu tertidur. Tidak mungkin kamu bisa diam duduk seperti itu dan tidak bergerak."

"Mungkin karena aku baru saja melakukannya."

Aku menggelengkan kepala. "Aku bertaruh kamu hanya dalam mode "off" "

"Apa kamu benar-benar kembali ke persoalan robot lagi? "

Aku mengangguk tanpa rasa malu.

"Aku tahu aku seharusnya tidak membangunkanmu." Dia menghela napas.

"Yah, kamu tahu kamu harus berhadapan dengan konsekuensinya."

"Berapa umurmu?" tanyanya tiba-tiba, dengan nada serius pada suaranya.

"Dua puluh dua. Kenapa? "

"Karena terkadang aku sungguh yakin kamu seorang anak-anak."

"Jika aku anak-anak maka kamu menikahi anak-anak yang akan membuatmu jadi seorang pedofil."

Dahinya berkerut, memberiku salah satu tatapan ciri khasnya. Oke, mungkin  aku pantas mendapatkannya.

"Kamu baru saja membuktikan apa yang aku katakan. Tidak ada orang dewasa akan mengatakan hal seperti itu."

"Yah, aku melakukannya."

Aku merasakan tangan Tobias menyentuh lenganku kemudian mengambil tanganku.

Napasku tertahan di tenggorokan. Apa yang terjadi? Kenapa? Kenapa dia menyentuhku?

"Lepaskan tanganku."

Dia mengangkat tangan kamu yang saling menggenggam dari dalam air.

"Kamu mulai berkerut."

Aku melihat bagian yang mengerut di ujung jariku. Ew.

"Tentu saja. Kita sudah di sini selama setengah jam."

"Kita harus keluar," ujarnya, tidak membuat pergerakan untuk keluar.

"Yah." Aku mengangguk, terdiam di tempatku juga.

Dia tidak melepaskan tanganku. Jadi kami hanya duduk di sana saling menggenggam, tidak bicara, tidak saling menatap.

Beberapa menit kemudian akhirnya dia bangkit dan melepaskan, membuat... areanya berada sejajar dengan mataku.

Aku memalingkan pandanganku, pipiku memerah. Jangan berbalik, Talia. Dia sudah mendapatimu memperhatikan sebelumnya.

Tobias mendorong dirinya sendiri keluar dari pemandian dan kali ini aku tidak dapat berpaling dari otot punggungnya yang berkontraksi dan melengkung.

Sialan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro