Bab 40
::Tama, I love you!::
Happy Reading :)
•••
Aku butuh waktu. Meski tak terluka, aku tidak ingin buru-buru untuk kembali menjalin kisah.
~∆∆∆~
"Kenapa?"
"Kepo!"
"Kenapa, Freya?"
"Beri gue waktu Tama. Meskipun gue gak terluka, gue gak mau buru-buru buat jalanin hubungan lagi. Beri gue waktu tiga bulan buat jawab. Selama itu kita bisa pdkt dulu."
"Ini udah bulan ketiga. Jadi apa jawaban lo?"
"Kok tanyanya gitu? Gak romantis." Freya melengos.
Tama tertawa, kemudian menjawa, "Oke." Tama menarik napas dalam-dalam. "Jadi Nona Freya, apa lo mau jadi pacar gue, teman hidup gue, sekaligus masa depan gue?"
"Iya, gue mau," jawabnya sembari mengangguk. "BTW, kok kita pake lo-gue? Gak kayak pasangan-pasangan lain yang pake aku-kamu gitu."
"Beda dari yang lain itu keren, sayang"
***
"Ciee! Selamat yang udah wisuda," ucap Kiana sembari memeluk Freya. Kiana yang sedang hamil, jauh-jauh datang ke Jakarta hanya untuk menyelamati Freya yang baru saja wisuda.
"Makasih, bebebku."
"Masa yang diucapin sama yang dipeluk cuma Freya, gue enggak nih?" Kiana melepas pelukannya, beralih menatap Tama.
"Tama, selamat! Sini-sini gue peluk." Kiana sudah siap memeluk Tama, gadis itu sudah merentangkan tangannya. Tapi seseorang menariknya ke belakang dan mencegah tindakan gadis itu.
"Siapa bilang boleh peluk-peluk Tama? Baru juga ditinggal bentaran ke toilet udah nakal, ya," omel orang itu.
"Liat, sayang. Papa Geren cemburu," ucap Kiana sembari mengelus perutnya, berbicara pada sang bayi yang sudah berusia tujuh bulan. Semua orang di situ tertawa.
Ada Geren dan Kiana yang sudah menikah satu tahun lalu, menikah muda. Ada Gavin dan pacarnya, Aprilia. Ada Tama dan Freya. Dan ada Andreas yang masih sendiri.
"Kalian kapan nikah? Masa pacaran kaya kredit motor," ejek Geren yang sedang merangkul kekasihnya.
"Lo nyindir, bang?" tanya Gavin sengit.
"Gue sih gak nyindir, tapi kalau lo merasa juga gak masalah."
"Udah-udah. Kasian tuh yang masih jomblo," kini giliran Andreas yang dijadikan sasaran oleh Freya.
"Apaan sih lo, gue udah punya. Lo aja gak tau." Andreas berkata sengit dan tersenyum miring.
Tama yang sedari tadi hanya menertawakan, kini berbicara. "Frey, gue mau ngomong sesuatu." suasana menjadi hening disekitar mereka, meskipun suasana restoran tetap ramai.
Freya menatap Tama seolah bertanya 'apa?'. Tama menarik napas dalam-dalam. Cowok itu mengeluarkan sebuah kotak kecil berbahan kayu dari saku jasnya.
"Gue gak bisa ngomong romantis kayak lo, jadi gue bakal langsung ngomong keintinya. Mau gak lo jadi ibu dari anak-anak gue? Jadi masa depan gue? Jadi dunia gue? Will you merry me, sweetheart?" Tama membuka kotak kayu berisi cincin dan menghadapkannya pada Freya.
Freya tersenyum senang, matanya berkaca-kaca terharu. Semua orang diam menanti jawaban Freya. "Yes, I will."
Tama langsung memakaikan cincin ke jari manis Freya kemudian memeluk Freya senang, mengabaikan sorakan riuh dari teman-temannya. "Maaf ya, gak romantis."
"Gak apa-apa. Gini aja gue udah seneng banget."
"Makasih, sayang."
"I love you, Tama."
"I love you too, Freya," ucap mereka saling berbisik.
•••
-THE END-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro