Saya Mencintai Aulia
"Sebaiknya kita langsung makan saja, kau pasti lapar, kan, Nak?"
"Cukup."
Hendery menghela napas sebelum menatap tajan Sandra. "Jangan berbasa-basi, saya tidak lapar."
"Hen, jangan begitu pada mamamu."
Pria paruh baya itu sehat-sehat saja. Hanya kelihatan agak pucat, menurut Hendery itu tidak mirip sedang sakit juga. "Kalian berbohong. Apa maksudnya ini semua?"
"Nak, mama tidak bohong. Papamu memang Mark."
"Kau bilang dia sakit, tapi dia baik-baik saja." Hendery menatap Sandra dingin, sedangkan pada Mark, dia menatap penuh perasaan benci. "Lagipula saya tidak percaya dia papa saya. Wajah mereka berdua tidak sama."
Sandra mendekati Hendery sambil memegang tangan sang putra. Tapi Hendery secepat kilat menangkisnya.
"Jangan sentuh saya."
"Hendery, kau harus dengar. Mark adalah papamu, dia papa kandungmu."
"Sandra, biarkan kalau Hendery belum siap." Mark berkata lembut. "Aku sudah bahagia bisa melihat wajahnya."
"Mark, kau sakit dan dalam keadaan terancam. Kau tidak boleh begini terus." Sandra kelihatan tak dapat menutupi lebih lama lagi.
"Maksudmu apa?" tanya Hendery.
"Sandra, biarkan Hendery terbebas dari masalah yang kita buat. Dia berhak bahagia, apalagi dia sudah menikah."
"Tapi Mark. Kau akan mati di tangan William kalau kau tak menikahkan Hendery dengan putrinya."
Hendery tercengang. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh Sandra dan Mark.
"Hentikan! Kalian ini bicara apa? Siapa yang harus menikah dengan siapa. Dan apa maksudnya?"
***
Gusar. Hendery memegang ponselnya dengan gemetaran. Seseorang datang meminta agar ponsel Hendery diletakkan. Tapi pria itu menolak.
"Lo terrò»."
(saya akan menyimpannya)
"Non ti è permesso scappare, signore."
(kamu dilarang kabur, Tuan."
Hendery terjebak dalam situasi yang baru kali ini sangat sulit dia atasi. Perasaannya kacau, tak tahu harus mengambil langkah apa. Seorang wanita dengan tinggi semampai, rambut blonde dan mata kebiruan tengah tersenyum mengulurkan tangan.
"Kau baik-baik saja, kan, Hen?"
"Berhenti sok peduli." Hendery berdiri tapi tidak menatap wanita itu. "Saya akan segera mengakhiri ini, kau jangan berharap lebih."
"Hen, kau tahu, bukan hanya dirimu yang merasa dirugikan. Aku juga punya kekasih tau!"
Fasih. Wanita Eropa itu fasih sekali berbahasa Indonesia. Mungkin karena ibunya orang Indonesia asli. Meski terlahir di negara asing, tapi dia diajari banyak tentang budaya negara kelahiran Hendery.
"Kenapa tidak kau akhiri ini dari awal. Keluargamu malah mengancam keluargaku."
"Hen, tunggu dulu. Kau salah menilai, sebelum papamu sakit, perjanjian ini sudah dibuat. Perjodohan antara kita."
Tetap saja ini sangat memuakkan. Kalau saja Sandra tidak mengatakan bahwa Mark adalah papa kandungnya, pasti dia takkan peduli sama sekali. Namun Hendery punya utang budi dengan sosok papa kandungnya itu. Sewaktu kecil, Hendery punya kenangan manis bersama papa kandungnya, meski dia tidak terlalu ingat siapa nama papanya. Sampai Sandra membohonginya, mengatakan bahwa papa kandungnya meninggal. Datanglah Mark, pria dengan wajah yang sama sekali berbeda dari papanya, dan Hendery percaya Mark bukan papanya, melainkan selingkuhan Sandra. Rupanya semua keadaan sangat mengejutkan.
Sandra tak kuat dan memberitahunya belakangan ini, bahwa Mark melakukan operasi plastik karena sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa, demi menyelamatkan Hendery. Ya, Mark adalah papa kandung Hendery. Sewaktu berumur lima tahun, Hendery diculik dan disekap, hampir terbunuh kalau saja Mark tidak datang tepat waktu untuk menitipkan Hendery ke panti asuhan demi keamanan. Sedang Mark mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia nyaris meninggal dunia.
Perjodohan antara dirinya dengan Lady Amertha, putri tunggal pesohor di negara Italia, yang memiliki kekuasaan. Merupakan sebuah bencana besar bagi Hendery yang nyatanya sudah tidak berstatus lajang. Namun kekuasaan keluarga Lady mengubah segalanya, baginya posisi pasangan Hendery yang sekarang sama sekali tidak penting. Lady satu-satunya wanita yang diakui sebagai calon pendamping Hendery.
Gila. Bagaimana dengan nasib Aulia?
***
"Lia, Kakak mohon Sayang. Kakak dan Mas Sean akan pulang sekarang. Kamu jangan gegabah ya, dek."
Aulia bukan gadis yang bisa hanya pasrah menerima keadaan. Dia tak percaya jika suaminya begitu mudah melupakan dirinya sebagai istri yang sah. Menikah lagi? Coba saja kalau berani. Memangnya siapa wanita gila dan bodoh yang mau dimadu begitu, pikirnya.
"Lia baik-baik aja, Kak. Lia bisa urus ini sendiri."
"Aulia."
Aulia malah mengakhiri panggilan video Sabrina begitu saja.
"Baby, gimana dengan Lia? Dia tetap nekat mau ke Italia?"
"Gimana nih Mas. Iya, kayaknya Lia tetap nekat."
Suami Sabrina tak bisa tinggal diam. Dia mencoba melakukan segala hal, mengubungi relasinya, mencaritahu bagaimana caranya agar bisa berbicara dengan Hendery dalam keadaan sekarang.
"Baby, aku akan berusaha mencari cara menghubungi Hendery. Sebisa mungkin katakan kemungkinan Hendery segera kembali ya. Intinya agar Lia tidak pergi menyusul Hendery dengan nekat," ujar Sean pada sang istri.
"Ne, Yeobo." Sabrina segera menelepon adiknya lagi. Tapi sialnya Aulia malah mematikan telepon. Dasar adik keras kepala! Sabrina sangat susah menghadapi watak keras Aulia.
Setelah diam saja sambil memutar otak. Hendery akhirnya mendapatkan keajaiban. Seseorang datang memberinya telepon, Hendery diizinkan menerima panggilan itu yang rupanya dari Sean Lee. Keberadaan Sean Lee yang tidak dapat diremehkan. Posisinya cukup kuat dan penting untuk bisa mendapatkan akses tersebut.
"Hendery, ceritakan secara rinci tanpa banyak menyita waktu saya. Katakan, apa yang terjadi!"
Sean membentak Hendery. Bagaimana tidak, Sean adalah kakak ipar Aulia, istri Hendery. Bisa-bisanya Hendery akan menikah lagi tanpa sepengetahuan keluarganya sama sekali.
"Mr. Lee, maafkan saya. Jujur ini semua sangat mendadak, Sir."
Hendery mengusap wajah. Dia tahu Sean marah. Dia memang salah.
"Saya akan pulang ke Indonesia, secepatnya dan menjelaskan semuanya pada Aulia. Tapi papa saya sakit, dia tidak bisa keluar dengan mudah, ini satu-satunya cara agar saya bisa membawanya pulang dengan berpura-pura menerima perjodohan."
"Apa? Lalu kau gila, Hen. Kau akan benar-benar menikah dengan wanita itu nanti!" sentak Sean.
"Tidak, Sir. Saya akan usahakan itu tidak akan terjadi. Saat ini mama saya sedang mengupayakan izin agar papa saya bisa dipindahkan ke rumah sakit di Indonesia."
Rumit. Sean sampai bingung sendiri mendengar penjelasan Hendery. Situasi yang tidak bisa dia cerna dengan baik. Bagaimana bisa Hendery terlibat dengan kondisi yang sangat membingungkan begitu sekarang.
"Saya tidak mau tahu. Kau suami adikku, Aulia. Jangan buat dia sakit hati dan kecewa. Kau tahu persis kan, gimana watak Lia. Kakaknya saja tidak cukup dia dengar sekarang!"
Hendery menghela napas panjang. Sedangkan Lady datang lagi, wanita itu memperhatikan Hendery yang tengah menelepon.
"Baik Mr. Lee, saya akan berusaha dan tolong hubungi saya lagi. Hanya Mr. Lee saat ini yang memiliki akses tersebut," kata Hendery.
Apakah semua akan kembali meninggalkan utang budi. Selalu, Sean yang menjadi penyelamat hidupnya. Semakin tak habis jasa yang diberikan Sean padanya. Dia jadi tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Sean.
"Kau tau, Hen, jasaku padamu sangat banyak. Apa yang bisa kau berikan padaku sebagai balasannya?"
Pertanyaan Sean membuat Hendery diam beberapa saat.
"Saya mencintai Aulia, istri saya, Mr. Lee."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro