Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kissing you, doing everything, with you

Tubuh Aulia lemas tatkala duduk berhadapan dengan pria yang paling ia cintai. Suasana hening, sebab keduanya masih sama bungkam mempersiapkan kata-kata permulaan. Otak Hendery terus bekerja, menyusun kata demi menjelaskan agar kesalahannya segera termaafkan oleh sang istri tersayang. Namun ia menyadari satu hal yang berbeda di mata Aulia. Wanita itu bukan sekedar kecewa, tapi juga gelisah.

"Sayang." Hendery memegang tangan Aulia dengan lembut tanpa ada ragu.

Aulia hanya diam dengan tubuh lemahnya tidak merespon bahkan untuk sekadar menolak.

"Itu sama sekali bukan apa-apa."

"Bohong." Aulia menatap tajam Hendery. Meski ia tidak bergerak.

"Tidak. Saya serius, itu bukan apa-apa," geleng Hendery yakin.

"Pembohong." Aulia menunduk menatap tangan Hendery yang masih menggenggamnya.

Hendery menghela napas panjang. Ini memang tidak akan pernah mudah. Meminta maaf pada Aulia tidak sesederhana mengatakan kata maaf.

"Kamu senang kan bisa bertemu wanita yang wajahnya mirip dengan wanita di masa lalu mu, Mas."

"Tidak sama sekali, Aulia." Hendery tetap kekeh dengan keyakinannya bahwa itu memang bukan apa-apa. Tapi firasat Aulia tidak pernah salah, batin wanita itu yang sama yakinnya.

"Yakin?" Aulia tersenyum menyedihkan.

Hendery mengangguk. "Ya, saya yakin. Hanya kamu yang saya cintai."

"Maaf tapi aku nggak yakin." Aulia menghempaskan tangan Hendery.

"Sayang jangan begini. Ingat, kamu lagi hamil."

"Terus kalau aku lagi hamil, apa aku nggak boleh marah sama kamu?"

"Bukan begitu."

"Lalu? Kamu bebas melakukan apa saja gitu Mas? Kenapa kamu jahat, Mas Hendery! Apa karena aku sudah tidak cantik lagi? Karena ini, karena aku tengah mengandung dan tampak gemuk, kucel dimata kamu, gitu?"

"Astaga mana pernah saya berpikiran kamu begitu, Lia."

"Terus kenapa kamu nggak bilang kalau ada wanita seperti itu di sekitar kamu sekarang dan parahnya aku mengenal wanita itu!!!"

Hendery mengusap wajahnya lalu memeluk Aulia. Wanita itu hanya terus marah sambil memukul punggung suaminya. Ia meluapkan segala rasa kesal, benci, kecewa yang tengah menyelimuti hatinya.

"Kamu harusnya bilang! Aku nggak suka dianggap bodoh sama kamu!"

"Maaf." Hendery berkata dengan lembuh. "Maafkan saya, Aulia."

"Kamu tau aku benci kata maaf dari kamu Mas!"

Hendery masih berusaha tetap berpikir logis akan kondisi saat ini. Apalagi Aulia sedang dalam kondisi yang tidak stabil saat hamil.

"Iya, tapi saya memang harus minta maaf karena membuat kamu kesal, sedih, kecewa dalam satu waktu karena ulah saya. Maaf Sayang," ungkap Hendery.

Aulia berpikir memang tak ada yang benar. Apa pun yang Hendery katakan akan terus salah di matanya saat ini. Ia memang sangat marah dan benci situasi sekarang. Aulia ingin memaki Hendery sepuasnya, tapi jujur ia pun tidak tega karena sangat mencintai Hendery-nya.

"Aku nggak akan semudah itu maafin kamu!"

Aulia berdiri lalu pergi begitu saja meninggalkan Hendery ke dapur. Ia menutup pintu kamar dengan cara membantingnya keras.

"Ah, gue kelepasan," gumam Aulia lalu mengusap air matanya yang berantakan. "Terserah! Gue haus."

Hendery terdiam beberapa saat dan merasa amat frustrasi. Bukan hanya karena ia belum mendapatkan maaf dari Aulia, tapi lebih mencemaksan kondisi sang istri yang tengah berbadan dua.

Aulia membuka lemari es kemudian mencari sesuatu untuk dimakan. Marah menguras energinya dan ia tak ingin membuat bayi kecil di dalam perutnya jadi menderita karena ulahnya.

"Maaf ya kecil, kamu jadi susah karena mama. Kamu pasti laper, kan?" gumam Aulia sembari menatap cemilan sehat yang disediakan Hendery khusus untuknya.

"Hem, ini dari papa kamu, mau nggak?" tanyanya pada bayi di dalam perutnya. Ia tersenyum kecil lalu mengangguk-angguk sendiri setelah mengambil sekotak kecil stroberi berwarna merah muda.

Hendery ikut tersenyum dari jarak beberapa meter di belakang istrinya. Ia mendekati Aulia tapi kemudian langkah kakinya berhenti.

"Mama marah sama papa bukan karena mama benci papa, ya, kecil. Mama cuman mau papa kamu ngerasain yang mama rasain."

Hendery mendengar itu dan berpikir maksud perkataan sang istri. Ia sudah mengerti, ia memang merasakan luapan amarah Aulia yang bukan hanya sekedar marah semata.

"Mama cuman mau papa kamu lupain semua masa lalunya. Demi kebaikan dia sendiri kok." Aulia melahap satu buah stroberi kecil dengan perlahan sambil mengelus permukaan perutnya.

Hendery memilih untuk tidak muncul dan bersembunyi di belakang tembok sambil memperhatikan istrinya.

"Lihat tuh. Papa mama tinggal sendirian di kamar. Kamu kasian nggak sih, kecil? Kasian, ya? Tapi gapapa, bentar aja kok. Nanti mama tetap temenin papa tidur. Walau nggak janji ajak papa ngomong dulu."

Hendery cemberut. Ia juga ingin mencium bayi kecilnya. Rasanya amat kesepian dan pria dingin itu pun mendadak jadi cengeng. Ia meneteskan air mata begitu saja.

Saya nangis? Hendery menggeram tertahan lalu berdiri tegak.

"Papa kamu itu nggak tau gimana cara berpikirnya. Mama bingung deh. Padahal udah dapat istri cantik, baik, imut, lucu kayak mama gini. Kenapa dia masih aja mikirin wanita dari—" Aulia menutup mulutnya rapat. "Maaf ya, kecil. Kamu masih kecil gak boleh denger cerita orang dewasa dulu."

Aulia tanpa sadar sudah menghabiskan banyak buah stroberi hingga tak bersisa di dalam kotak transparan yang ia ambil barusan.

"Hah udah abis aja. Kamu sesuka itu sama buah yang papa beliin, yah?" Aulia pun cekikikan sendiri lalu bangkit dari duduk.

"Kecil?" Hendery pun muncul di depan Aulia.

Kedua alis Aulia mengkerut. "Mas mau ngapain!"

"Jadi, apa kamu panggil anak kita di dalam sana dengan nama kecil?"

Aulia berjalan begitu saja melewati Hendery.

"Mama." Hendery memegang tangan Aulia.

Aulia terdiam dengan tubuh kaku.

"Mama mau kemana, papa kangen."

Kata itu pasti susah payah dipilih Hendery demi bisa membuat hati Aulia terhibur. Seumur hidupnya, Hendery yang kaku itu sangat jarang bersikap manis, bahkan pada istrinya sendiri.

Aulia menggembungkan pipinya lalu berbalik menatap Hendery sini. "Siapa yang kamu panggil mama?"

Tanpa menjawab pertanyaan Aulia lebih dulu. Hendery langsung membawa Aulia ke dalam pelukannya. Sambil menatap matanya, Hendery menyentuh pipi bulat Aulia hingga membuat siempunya terpaku.

Jantung Aulia berdegup kencang, tanpa disadari ia sangat berdebar-debar karena ditatap begitu oleh suaminya.

"Maafin papa, ya, Ma. Papa janji nggak akan lagi bertindak bodoh."

Bibir tipis Aulia tanpa sadar tersenyum.

"Kecil kamu denger, kan. Papa kamu sok manis gitu." Aulia lalu berusaha mendorong Hendery.

"Mama kok gitu." Hendery menahan Aulia dengan mengerahkan perasaannya, tidak tenaganya.

Aulia tersipu sebab tak mengira jika Hendery bisa bertindak sekonyol itu. Tapi manis sekali sampai ia tak bisa marah lagi.

"I miss you."

Aulia tak kuasa untuk menahan dirinya lebih lama lagi. Meskipun kali ini Hendery mungkin akan menolaknya sebab ia sedang hamil. Tapi Aulia sangat menginginkannya, ia ingin melakukannya, sangat ingin sampai serasa akan meledak.

"I want to do it with you, Aulia."

"Hah?" Aulia tersentak mengartikan perkataan Hendery itu dengan perasaan berkecamuk. "Want to?"

"Make love." Hendery tidak menunggu lama untuk memberikan sebuah kecupan di bibir Aulia. "Kissing you, doing everything, with you."

"Really?" Aulia mencoba tidak kehilangan kendali akan dirinya yang mulai gila.

"Hmm, you don't?"

"Impossible!" Aulia tersenyum. "I never!"

-------

Sorry banget gak up berbulan-bulan 😀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro