Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kamu Hamil?

Ponsel Aulia terus berdering setelah dinyalakan kembali. Baru saja dia menginjakkan kaki di rumah. Ya, Aulia masih tinggal di rumahnya. Lebih tepatnya, rumah warisan kedua orang tuanya.

"Siapa sih!" Aulia melihat nama yang muncul di layar ponsel. "Jason?"

Gadis itu menghela napas berat, lalu menolak panggilan tersebut. Lebih baik dia abaikan saja pesan-pesan maupun panggilan yang masuk tidak habis sejak tadi.

"Ck! Mau apa lagi sih?" decaknya, lama-lama ia kesal sendiri karena sikap Jason yang selalu ingin tahu apa pun aktifitasnya.

"What's wrong, Jason?" ucap Aulia, dengan terpaksa menerima panggilan itu.

"Where are you?" tanya Jason terdengar mencemaskan Aulia dari nada bicaranya.

"Don't bother me, Jason."

"But ... Lia!"

"Please, Jason. Kasih aku waktu untuk sendiri." Panggilan pun dia akhiri.

Aulia hendak mematikan ponselnya kembali. Tapi, satu panggilan masuk membuat mata bulatnya melebar sempurna.

"Astaga! Kak Brina?"

Aulia seperti anak kecil yang masih terus diawasi. Padahal dia sudah bilang pada Sabrina bahwa, gadis dua puluh lima tahun sudah masuk kategori dewasa. Jadi berhenti untuk mencemaskan dirinya berlebihan.

"Yobosseo?" Suara Aulia pelan.

"Lia! Kamu di mana semalaman? Mbak Murni bilang kamu nggak pulang!"

Suara Sabrina terdengar setengah berteriak. Pasti kakaknya itu sedang marah. Aulia sempat menjauhkan ponsel dari telinga, kalau tidak, bisa-bisa pendengarannya yang menjadi korban.

Mbak Murni adalah wanita paruh baya yang ditugaskan bersih-bersih di rumah Aulia. Dia juga biasa mengisi makanan di dalam kulkas untuk Aulia makan sehari-hari.

Aulia mengembuskan napas pelan sebelum mendekatkan ponsel ke telinganya kembali.

"Em, Lia di rumah temen, Kak," jawab gadis itu, berusaha setenang mungkin.

"You're lying!" sentak Sabrina, dia yakin Aulia hanya sedang menutupi sesuatu.

"...." Aulia mengumpat pelan. Dia yakin Hendery tidak mungkin membocorkan tentang kejadian semalam. Lantas, kenapa kakaknya tidak mau percaya?

"Apa sih Kak?"

"Kata Hendery kamu mabuk, kan?" Sabrina mencoba mengulik informasi, itu yang Aulia pahami maksud dari pertanyaan Sabrina itu.

Untuk apa Hendery memberitahu Sabrina. Itu yang Aulia tidak mengerti.

"Kak...." kata Aulia sambil mendesah panjang.

"Baby, geuleoji ma."

Aulia mendengarnya, suara Sean berusaha membujuk Sabrina yang mulai tersulut emosi.

Suami kakaknya itu cenderung lebih santai. Dia tidak pernah mengurusi urusan Aulia. Sean justru lebih sering mengerti keadaannya dibandingkan Sabrina.

Kalau sudah begini,  pasti urusannya akan berbuntut panjang. Padahal kepala Aulia masih terasa pusing, karena efek pengar semalam.

Suami Sabrina itu mengambil alih ponsel kemudian berbicara pada Aulia.

"Aulia, kamu sebaiknya istirahat," ucap Sean akhirnya berhasil membuat Sabrina melunak.

"Gamsahamnida, Oppa."

"Ne."

Udara berdesis melewati gigi Aulia saat ia menarik napas dalam. Wajah pria itu rupawan. Hidung mancung, alis tegasnya, semua yang dimiliki Hendery nyaris sempurna di matanya.

"Hentikan Aulia." Gadis itu mengacak rambut, begitu terbayang lagi kejadian semalam. Dia mendongak, menatap langit-langit kamar sambil duduk di kursi empuk dekat ranjang.

"Tuhan. Apa yang terjadi semalam? Aku tidak ingat lagi setelah dia mencoba membuka kancing pakaian—" putusnya, membungkam mulut dengan segera.

"Damn!" umpatnya kemudian.

Sepanjang hari ia tidak dapat melupakan kejadian semalam yang hanya diingat separuh saja. Selebihnya Aulia hanya tertidur. Dia bahkan tidak bisa merasakan apa-apa setelah ciuman Hendery yang memang agak liar.

Pikirannya kini menjadi semrawut. Aulia memilih untuk berendam air hangat sekedar membuat tubuhnya sedikit lebih rileks. Sewaktu ia masuk ke dalam bathtub yang berisi air hangat, ia merasakan tubuhnya normal. Maksudnya, tidak ada yang berbeda dari biasanya.

"Ini tidak ada bedanya," gumam Aulia.

Seingatnya, temannya di Amerika pernah bercerita. Ketika gadis baru saja melakukan hubungan intim, maka akan ada sesuatu yang terjadi. Misalkan; Ada perbedaan yang dirasakan di bagian organ intimnya.

"Tidak ada yang berubah. Masih sama." Aulia bergumam lagi. Tangannya sedikit meraba, dan rasanya memang biasa-biasa.

"Kamu sudah gila, Lia!"

Daripada terus menebak-nebak. Aulia memilih untuk tidak memikirkan itu. Ia berusaha agar ingatan tentang semalam hilang.

"Anggap itu mimpi indah."

***

Satu bulan kemudian ....

Sebagai lulusan photography, Aulia memilih untuk memamerkan hasil fotonya dan menjualnya untuk kebutuhan komersial.

Dalam setahun, Aulia sudah berhasil menjual foto-foto hasil jepretannya dan menghasilkan uang yang cukup banyak sebagai pemula.

"Lia."

Suara itu membuat Aulia membeku di tempat. Rupanya Jason datang menemuinya di tempat pameran.

"Lia, kenapa kamu tidak menjawab teleponku?"

Aulia berbalik. Rasanya ia sudah cukup jelas menjawab pertanyaan pria itu kemarin. Bahwa, dia sudah lelah terus diikuti.

"Jason?"

"Ya, ini aku."

"Mau apa kamu di sini?"

"Hanya ingin melihat kamu. Katanya kamu melakukan pameran."

"I'm just tired."

Aulia sudah bilang pada Jason untuk tidak menemuinya dulu. Tapi tetap saja Jason nekat.

"Lia, let's get married."

"What? You said married?"

"Yes."

Bagaimana bisa Jason semudah itu berkata ingin menikahinya. Padahal sejak lima tahun belakangan mereka hanya berteman, tidak lebih. Bahkan Jason tahu, bahwa Aulia menyukai pria lain, yaitu Hendery.

"You know that's not going to happen." Aulia lalu berjalan meninggalkan Jason. Dia tidak punya penjelasan lebih. Semuanya sudah jelas, dia tidak mungkin menikahi Jason.

"Karena dia?"

Aulia menghentikan langkah kakinya tanpa berbalik.

"Kamu masih berharap padanya, Aulia?" tanya Jason dengan suara sedikit meninggi.

"Hentikan, Jason. I really want you to be quiet."

"I deserve more. I love you." Jason mendekati Aulia.

Di ruangan yang hanya ada dirinya dan Jason, pria itu memeluk dari belakang.

"Kamu harus tahu, hanya aku yang paling mengerti kamu."

Jason melingkarkan tangannya ke pinggang Aulia. Hampir saja Jason mengecup leher Aulia. Kalau saja Aulia tidak menghempaskan Jason dengan segera.

"Aku tidak bisa berbicara dengan kamu lagi, Jason. Sudah ku katakan berkali-kali. Jangan melewati batas atau aku akan benar-benar pergi."

Bisa dibilang Jason datang di waktu yang tidak tepat. Aulia belum pernah sampai semarah itu pada Jason. Dia menghargai perasaan Jason, tapi dia tidak bisa memaksakan diri.  Aulia tidak punya rasa apa-apa sama sekali.

"Lia."

"Lebih baik kamu kembali ke negara kamu, Jason."

"Tapi kamu bilang kita bisa berteman, kan?"

"No. Sekarang kamu dan aku tidak bisa berteman lagi, Jas."

**

"Nona Aulia?"

Aulia mengangkat wajah dan terkejut, melihat seorang wanita tersenyum menatapnya lembut.

"Apa kabar?" tanya wanita itu.

Cantik, bertubuh langsing dan tinggi, memiliki mata yang indah dengan rambut lurus yang tergerai. Dialah Miska, wanita yang dilamar Hendery beberapa bulan lalu.

Aulia setengah tersenyum. Dia kaget karena tidak mengira akan bertemu wanita itu di sana.

"Mbak Miska?"

"Kamu masih ingat aku ternyata," jawab Miska sangat ramah.

"Ah, iya. Sendiri?" tanya Aulia sambil melihat ke kanan dan ke kiri.

Siapa yang dia cari?

Apakah dia sedang mencari Hendery?

Kalau bukan karena Sabrina, mungkin Aulia juga tidak kenal dengan wanita bernama Miska. Lebih kaget lagi, sewaktu dia mendengar kabar Hendery melamar Miska dan ditolak.

"Aku ke sini dengan calon suamiku." Miska mengatakannya malu-malu.

"C-calon suami?"

Aulia menggenggam tangannya erat-erat, memaksa diri tetap tenang. Jantungnya berdegup tak terkendali saat kepanikan merasuki pikirannya. Apakah itu Hendery?

"Iya, sebentar, ya."

Wajah Aulia mulai memucat. Dia memejamkan mata saking tidak ingin melihat pria yang akan Miska kenalkan padanya.

Miska berjalan ke arah seorang pria. Aulia langsung berbalik arah. Dia tidak mau melihat wajah pria yang dibawa Miska.

Memikirkannya saja membuat kepalanya sakit. Dia belum siap untuk mengucapkan selamat pada keduanya sekarang.

"Nona Aulia, perkenalkan, ini calon suamiku."

Miska heran, kenapa Aulia malah membelakanginya. 

Aulia meneguk ludah. Ia kemudian pelan-pelan berbalik dan berusaha tersenyum walau terpaksa. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melihat pria yang dikenalkan Miska itu.

"Hai, kenalkan, saya Daniel."

Aulia tersentak lalu sedikit mendongakkan kepala, menatap pria tinggi dihadapannya.

"Anda, D-daniel?"

Nama itu sepertinya tidak asing bagi Aulia. Benar, dia baru ingat bahwa Daniel adalah mantan suami Miska.

"Benar." Miska tersenyum.

"Kita pernah bercerai, lalu memutuskan untuk rujuk," terangnya.

Aulia mengangguk kaku, bibirnya terkatup saat mendengar penjelasan Miska.

Lalu bagaimana dengan Hendery? Pria idamannya itu pasti sangat sakit hati.

Dari kejauhan Hendery berdiri, dan tidak menyangka jika dia akan melihat Miska sedang menggandeng tangan Daniel.

"Mereka benar-benar kembali rupanya," ucap Hendery, dia baik-baik saja karena sudah mendengarnya dari Miska walau tidak terlalu jelas.

"Au-Aulia?"

Bibir Hendery bergetar. Setelah satu bulan tidak berjumpa, mereka dipertemukan di acara itu tidak terduga. Sekarang dia malah melihat Aulia sedang berbincang dengan Miska.

Rupanya Hendery tidak tahu bahwa foto-foto yang ada di sana semua milik adik ipar Sean.

"Huek!" Aulia tiba-tiba saja merasa mual.

"Nona, kamu baik-baik saja?" tanya Miska.

"Permisi, saya ke toilet sebentar, ya," kata Aulia kemudian segera pergi.

Dia pasti terlalu gugup dan banyak terkejut hingga asam lambungnya naik dan terasa mual sekarang.

Aulia mengelap mulutnya setelah selesai memuntahkan cairan yang tidak seberapa. 

"Apa kamu baik-baik saja?"

Aulia menatap cermin, lalu dirinya melihat Hendery tepat di belakangnya.

"M-Mas Hendery?"

Gadis itu berbalik menatap Hendery seraya melebarkan mata.

Hendery tidak bisa diam saja melihat Aulia seperti akan muntah, lalu berlari ke toilet. Jadi, dia berinisiatif mengejar untuk memastikan Aulia baik-baik saja.

"Kamu hamil?"

_________

Apa yang akan terjadi selanjutnya 🏃

Vote dan komentarnya ya. 👣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro