Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ada Apa?

Perasaan Miska serasa diacak-acak oleh perkataan Aulia yang menusuknya hingga ke jantung. Amat menyakitkan, seolah dia menginginkan Aulia dan Hendery berpisah. Padahal, dia hanya belum bisa melupakan Hendery, meski sekuat tenaga dia mencoba.

"Jauhi anak saya. Jangan pernah bertemu dengannya lagi, biarkan dia bersama wanita selain kamu. Kalian tidak ditakdirkan untuk bersama."

Miska teringat kembali perkataan Sandra, ibu kandung Hendery padanya. Sebisa mungkin dia tidak terpengaruh, meski halang melintang, dia tetap ingin bersama dengan Hendery.

Namun semua berbeda saat dia melihat Daniel, mantan suaminya yang berubah seratus delapan puluh derajat. Tadinya Daniel lah yang membuat dirinya trauma dengan pernikahan. Akan tetapi kali ini dengan penuh kesungguhan, pria itu membuktikan dirinya tak lagi sama seperti dulu yang kasar dan tempramental.

Saat itulah, Miska memutuskan lebih baik dia bersama Daniel. Ada rasa tak pantas bersama Hendery yang notabene seorang lajang sukses. Sedangkan dirinya jauh berbeda dengan Hendery.

Ditambah lagi menurutnya perkataan Sandra, ada benarnya. Hendery lajang yang sukses, sedangkan dirinya seorang janda yang sudah pasti pernah gagal menjadi seorang istri.

"Kukira semudah itu melupakan kamu Hen. Rupanya, sangat sulit dan sangat menyakitkan," lirihnya sambil memegang dada yang terasa sesak. "Saking sulitnya aku sampai ingin mati."

Daniel dari balik pintu tak sengaja melihat itu. Dia juga mendengar saat Miska mengatakan sangat sulit melupakan Hendery.

Pria itu membuka pintu, tersenyum ringan di depan Miska. "Kamu sudah pulang."

Miska menatap Daniel dengan perasaan bersalah. Segera menghapus air mata kemudian berdiri. Daniel berjalan menghampiri sang istri dan langsung memeluknya.

"Kenapa lagi? Kok terus menerus menangis?" tanya Daniel.

Saat itulah tangis Miska kian pecah tak tentu arah.

"Tidak apa, menangis saja jika itu bisa buat kamu lebih lega, Sayang."

"Kenapa?" Miska melepaskan pelukan Daniel. Suaranya serak dan terputus karena isak tangis.

"Hem?" Daniel malah tersenyum pilu.

"Kenapa kamu masih saja mau menguatkan wanita sepertiku?" tanya Miska pada Daniel.

Daniel memeluk Miska lagi, kali ini lebih erat.

"Aku pernah menyakitimu lebih dari ini, dan aku ingin menyembuhkan lukamu yang sekarang. Aku akan bertahan, bagaimanapun perasaan kamu padanya, Sayang."

***

Aulia terus menunduk setelah keluar dari ruangan suaminya. Hendery terus menggandengnya, tak melepas tangannya sama sekali. Beberapa karyawan yang sempat melihat penampilan Aulia ketika datang lantas kaget. Aulia kini sudah berganti pakaian.

"Lihat apa?" tanya Hendery sengit pada salah seorang pegawainya.

"T-Tidak, Pak, maafkan saya," jawab sipegawai.

"Jaga pandangan kalian. Terutama saat istri saya datang berkunjung ke kantor. Dilarang melihat lebih dari lima detik, apalagi sampai menatapnya terlalu lama. Paham?"

"B-baik, Pak."

Aulia tersenyum kecil sambil melirik Hendery sekilas. Pria itu lantas melihat Aulia, tapi sang istri malah melengos seolah tak menatapnya.

Hendery menaikkan hoodie agar menutupi kepala Aulia, tak lupa mengikat talinya.

"Mas, ngapain sih?" tanya Aulia heran. "Sempit tau!"

"Kamu sebaiknya diam," kata Hendery.

Aulia cemberut, tapi kemudian dia menahan geli. Ada-ada saja kelakuan Hendery.

Untung saja ada pakaian itu, batin Hendery bersyukur.

Sesampainya mereka di parkiran. Hendery langsung memerintahkan Aulia masuk ke dalam mobilnya.

"Ah astaga gerah sekali," kata Aulia tak tahan.

Hendery melirik Aulia sekilas. "Jangan diulangi lagi."

Aulia terbatuk pelan. "Em, apanya?" tanyanya pura-pura tak mengerti maksud sang suami.

"Datang ke kantor tanpa bilang, apalagi memakai pakaian tak layak."

"Tak layak?" Aulia mengernyit. "Maksud kamu gak layak gimana Mas?"

"Pakaian kekurangan bahan seperti tadi. Kamu pasti paham, kan?" Hendery menegaskan pada Aulia lewat sorot matanya.

Aulia mendengkus. "Bukannya pria suka dengan wanita yang seksi?"

"Tidak, saya biasa saja," jawab Hendery mengejutkan.

"Masa sih?" Aulia tak percaya, karena baginya semua pria sama saja kalau soal visual wanita.

Hendery menatap Aulia lebih dalam. "Saya tidak suka kamu begitu dan dilihat orang lain, hanya boleh saya yang melihatnya. Paham?"

Senyum Aulia terbit, seolah tak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aulia lalu mendekati Hendery, memegang kedua pipi pria itu dan mulai mencium bibirnya.

Hanya memberikan pergerakan kecil, Hendery lantas melepaskan ciuman Aulia secara mengejutkan.

Perasaan Aulia kaget bercampur bingung. "Kenapa Mas?"

Hendery memperbaiki posisi duduknya. "Kita mau pulang dan ini di parkiran."

Aulia kesal, kenapa juga Hendery malah begitu padanya. Lirikan mata Hendery tak sampai dilihat olehnya karena dia dibuat kesal duluan oleh pria itu. Hendery menarik napas dalam-dalam lalu mulai memojokkan Aulia ke tempat duduknya.

"K-kamu mau apa?" tanya Aulia saking kagetnya karena Hendery kini menatap matanya seperti orang akan marah.

Tanpa babibu, Hendery langsung mencium bibir Aulia dengan sedikit brutal. Pagutan yang berganti mulai dari bibir atas dan bawah secara kasar tapi menghanyutkan. Kontan saja hal itu membuat Aulia yang tak siap dan tak menyangka jadi tak dapat bergerak. Begitulah Hendery, selalu dominan dan spontan dengan sikapnya menyerang Aulia lebih parah dari serangan yang wanita itu berikan.

"Mas Hen, ini di mobil," kata Aulia mulai cemas. Kenapa Hendery malah seperti mengajaknya bercinta.

"Lalu?" Suara pria itu serak membuat Aulia tertegun. "Kenapa kalau di mobil."

"I-ini juga diparkiran, Mas," kata Aulia lagi.

"Hem? Kenapa dengan parkiran?"

Padahal sebelumnya Hendery yang bilang tentang hal itu. Dasar tidak konsisten! Umpat Aulia.

"Ya ... jangan di mobil, kita pulang aja," ucap Aulia lalu mengalihkan wajah. Pipinya serasa panas dan tak jelas. Belum lagi bibirnya basah dan itu membuatnya salah tingkah. "Gara-gara kamu, lipstik aku sampai hilang begini Mas. Padahal katanya kissproof."

Hendery kembali ke posisinya. "Kamu tidak pakai lipstik, itu asli bibir kamu, Lia."

Aulia tersenyum. "Oh gitu ya."

Hendery pun turut tersenyum tapi tidak lama. Aulia melihat itu jadi gregetan sendiri. "Senyum kamu ganteng tau. Tapi kenapa sih jarang banget mau senyum kayak gitu ke aku?"

Tidak menjawab, malah langsung melajukan mobilnya begitu saja. Begitu lah lagi-lagi sikap Hendery Darian Ericson.

***

Baru sampai di depan rumahnya. Hendery dihubungi oleh nomor dari luar negeri. Dia tidak tahu siapa yang menghubunginya. Biasanya Hendery tidak ingin menjawab telepon dari orang yang tak dikenalnya. Tapi kali ini Hendery menerima panggilan tersebut.

"Ya, ini siapa?"

Raut wajah Hendery langsung berubah begitu menerima panggilan tersebut. Tangannya lemah, ponselnya pun jatuh begitu saja.

"Mas, ada apa?!" tanya Aulia.

"Lia." Hendery menatap istrinya dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.

"Mas Hendery kamu kenapa?" tanya Aulia mulai panik. "Jawab Mas!"

Hendery malah menangis memeluk Aulia tanpa menjelaskan apa-apa. Itu membuat Aulia jadi bingung dan bertambah cemas. "Tadi siapa yang telepon dan ada apa? Kenapa kamu sedih?"

Namun tetap saja Hendery tidak mau menjawab.

"Mas Hendery. Tolong jangan begini, aku cemas," kata Aulia makin penasaran sekaligus takut. Hendery sebelumnya tak pernah sampai menangis. Baru kali ini Aulia melihat kesedihan Hendery yang amat parah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro