2 - First Encounter
Kota Arden sangat jauh berbeda dari kota tempat tinggal Kieran, atau tepatnya sebuah kota besar bernama Nethilor. Arden benar-benar kaya akan keindahan alam. Hampir semua rumah di sana memiliki taman kecil di halamannya. Benar-benar menyenangkan untuk dipandang. Nethilor cukup terkenal karena sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut. Ada banyak pelabuhan di sana dan menjadi tempat kapal-kapal dari negeri asing berlabuh. Raja terdahulu lantas memanfaatkan situasi dan menjadikan Nethilor sebagai kota pariwisata, hingga pembangunan penginapan pun ditingkatkan.
Pada masanya, Nethilor pernah menjadi kota yang lebih indah dari Arden, tetapi beberapa tahun terakhir menjadi terbengkalai karena keamanan yang kurang ketat. Raja pada saat itu terlalu terobsesi mempercantik Kota Nethilor untuk menarik wisatawan hingga melupakan hal paling penting yang seharusnya ditingkatkan selama pembangunan berlangsung. Ketika pendatang asing membludak, tim petugas pemeriksaan kewalahan hingga prajurit keamanan kota dikerahkan untuk membantu.
Sayangnya, karena ada banyak prajurit dipindahtugaskan, tingkat keamanan kota menurun dan kasus kriminal meningkat. Bahkan, kebanyakan pelaku kriminal merupakan turis asing yang kehabisan uang dan belum bisa pulang. Sementara itu, dana untuk menambah prajurit keamanan juga tidak cukup karena terlalu banyak infrastruktur kota yang dibangun. Kerajaan mengambil strategi yang salah saat itu.
Penduduk asli Nethilor lantas merasa tempat tinggal mereka tidak aman lagi dan memutuskan pindah, terutama bagi penduduk kalangan atas yang mampu membeli rumah di kota lain. Yang tersisa adalah penduduk yang tidak memiliki modal untuk menetap di tempat lain. Fenomena itu membuat Nethilor berubah drastis. Kota yang cantik berkat keindahan lautnya menjadi kota yang miskin. Namun, tragedi itu tidak hanya meruntuhkan satu kota, tetapi kota lain di wilayah selatan kerajaan turut merasakan berbagai macam dampaknya.
Sekarang, Arden jauh lebih baik dari Nethilor. Dari pemandangan dan arsitektur bangunan kota saja sudah jauh berbeda, padahal di bawah kepemimpinan raja yang sama. Arden adalah salah satu kota pariwisata kerajaan sekarang. Kapal-kapal asing yang bertujuan untuk berwisata maupun kunjungan tamu kerajaan akan diarahkan berlabuh di Pelabuhan Arden. Pelabuhan terbesar yang ada di Nethilor hanya disinggahi oleh kapal-kapal pedagang.
Sama seperti Kieran, Nethilor juga merupakan salah satu kota terbuang di Kerajaan Calanthe. Dia pikir kerajaan memperlakukannya seperti musuh sejak dirinya dilahirkan di dunia ini. Ketika Kieran pikir hidupnya sudah cukup nyaman tanpa memikirkan urusan pekerjaan, surat perintah untuk menikah tiba-tiba diturunkan padanya. Raja saat ini, yang juga merupakan pamannya, terlalu baik sampai turut memikirkan bagaimana agar dirinya memiliki penerus. Padahal, upacara pernikahan putranya sendiri saja belum terlaksana, sekarang dia justru membuat surat perintah itu untuknya.
Berkat surat perintah itulah Kieran berada di Arden, menikmati keindahan kota yang sangat memanjakan mata. Udara di sini jauh lebih segar berkat banyaknya pepohonan. Tidak ada lahan kosong selain jalan yang tidak ditanami rumput. Awalnya, kedatangan Kieran ke istana bertujuan untuk melayangkan protes, karena surat perintah tersebut dianggap hanya berisi keegoisan Raja Baratheon III. Imbalan pernikahan yang ditawarkan kepada Marquess Ragnheidr pun bernilai cukup besar. Hubungan Marquess dengan Raja memang cukup baik, tetapi tujuan pernikahan ini sungguh konyol.
"Yang Mulia, apa sungguh tidak masalah kita berjalan seperti ini?"
Setelah penyampaian kabar kepada keluarga Marquess Ragnheidr tadi selesai, dia meminta untuk menemui putrinya langsung ketimbang menunggu. Sekretaris kerajaan tentu mengawasi gerak-geriknya untuk dilaporkan dan itu membuat Kieran muak. Akhirnya, Sylvan-lah yang mengantarnya sekarang.
Putra sulung Marquess Ragnheidr menduga adiknya berada di akademi, jadi mereka menuju ke sana. Namun, karena posisinya bersebelahan dengan kediaman Marquess Ragnheidr, Kieran meminta agar mereka berjalan kaki saja. Lagi pula, dia ingin sedikit membuang-buang waktu di sini. Berada di istana dengan mata yang memindai di mana-mana membuatnya risi.
"Tidak masalah." Kieran membalas dengan tatapan tertuju pada gerbang pembatas antara kediaman Marquess Ragnheidr dengan akademi. Meski bersebelahan, tetapi sebetulnya tidak begitu dekat. Kediaman Marquess cukup luas, mungkin itu alasan kenapa Sylvan merasa tidak enak kalau mereka hanya berjalan.
Sylvan dan Kieran memasuki wilayah akademi militer, semua orang di sana, baik itu pelatih, siswa akademi atau petugas lainnya, akan membungkuk dengan tangan bertaut di depan ketika mereka lewat sebagai bentuk memberi hormat. Namun, tidak seperti biasanya, sekitaran gedung sangat sepi.
"Apa siswanya memang sedikit?" Kieran bahkan mempertanyakannya. Dia pernah menjadi siswa akademi, dan tentunya tahu jika jam sekarang adalah waktu istirahat. Orang-orang tentu tidak ingin berada di dalam kelas saja. Akan tetapi, mereka sudah melewati beberapa ruang kelas dan ruang makan, di dalam sana juga hanya beberapa orang.
"Maaf, Yang Mulia, biasanya tidak seperti ini. Kalau sepi seperti ini biasanya mereka sedang menonton pertarungan di lapangan."
Kieran memperhatikan perubahan raut wajah Sylvan yang menjadi lebih waswas. Sejak tadi memang seperti itu, tetapi tampaknya ada sesuatu yang salah dari pertarungan yang dia sebutkan.
"Mereka cukup rajin berlatih. Itu bagus." Itu pujian palsu yang bertujuan untuk memancing pria itu menjadi lebih panik lagi.
Tentang putri bungsu Marquess Ragnheidr yang ingin menjadi seorang ksatria wanita diketahui hampir seisi kerajaan, bahkan Kieran pun mengetahuinya. Itu terbukti dari absennya wanita itu dari berbagai pesta debutan atau pesta sosial. Meski tidak disetujui oleh sang ayah, orang tua dari siswa akademi militer pernah membicarakan tentang latihan yang diikuti diam-diam oleh gadis itu.
Kieran menebak yang sedang disaksikan para siswa akademi sekarang adalah pertarungan antara Rosalva dengan salah seorang dari akademi. Karena sudah menjadi rahasia umum, seharusnya Sylvan tidak perlu merasa panik. Toh, keputusan kerajaan tidak akan berubah.
"Saya khawatir Anda akan merasa tidak nyaman setelah tahu siapa yang bertarung di sana."
"Aku menghargai calon ksatria yang aktif."
Sylvan mengira pujian itu mungkin untuk siswa yang belajar untuk menjadi ksatria, dan rasa tidak enaknya makin menjadi-jadi.
Mereka tiba di penghujung lorong akademi, lantainya membentuk huruf U dengan posisi lapangan berada di tengah-tengah. Sesuai dugaan Sylvan, siswa-siswa akademi berkumpul di sana. Lapangan itu lebih rendah dari lantai yang mereka pijak, hingga dari posisi tersebut mereka bisa melihat siapa yang sedang bertarung di tengah kerumunan orang.
Sylvan tidak bisa menahan rasa kagetnya begitu tahu saudaranya bertarung melawan dua pria yang sudah lulus dari akademi dan menjadi ksatria muda. Dia tahu gadis itu memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bertarung, tetapi jika lawannya adalah dua orang itu, wajar kalau dia merasa khawatir.
Berbanding terbalik dengan Kieran yang tampaknya menyaksikan pertarungan itu dengan pembawaan yang begitu tenang. Perempuan yang memiliki hasrat bertarung itu menakjubkan, tidak peduli jika seorang putri bangsawan menjadi seorang ksatria sangatlah tidak pantas.
Kerajaan Calanthe tidak sepenuhnya menghalangi seorang wanita untuk berprofesi seperti pria, tetapi jika tetap dipaksakan akan menjadi perhatian seluruh warga. Terlebih lagi, jika pekerjaan wanita itu mengharuskan dirinya untuk tidak menikah. Pada dasarnya Kerajaan Calanthe menilai keturunan manusia berawal dari berkah yang dibawa oleh wanita ketika dilahirkan ke dunia. Jika dia memutuskan untuk fokus pada profesinya, maka berkah itu hilang darinya.
Belum lagi ketika wanita memutuskan untuk terjun pada profesi yang dipenuhi oleh kalangan pria, tidak ada diskriminasi gender. Yang berarti, mereka akan bersaing dengan kekuatan yang sama.
"Yang Mulia, maaf, kami tidak bisa mengurus seorang Lady dengan benar. Saya sungguh meminta maaf karena Anda harus menyaksikan ini. Saya akan ke bawah dan menghentikan mereka."
"Tidak. Biarkan mereka menyelesaikannya." Suara Kieran berat dan dalam, itu sangat cocok dengan penampilannya yang menawan dan memiliki aura yang gelap. Tentunya bukan gelap yang berarti buruk.
Karena sudah dilarang, Sylvan tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu pertarungan itu sampai selesai. Apakah saudaranya akan berhasil? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya dan sangat mengganggu. Tubuhnya menegang dan napasnya tercekat beberapa kali ketika Rosalva mendapat serangan dari dua lawannya secara bergantian. Namun, setelahnya merasa takjub karena Rosalva berhasil menangkis dan melakukan serangan balik.
"Dia melakukannya dengan baik, apakah Anda yang mengajarinya?" Kieran bertanya pada Sylvan, tetapi tatapannya masih tertuju ke lapangan.
"Saya harap itu benar, Yang Mulia."
Jawaban lemah Sylvan membuat Kieran menatapnya sebentar. Namun, itu bukan tatapan yang berarti sesuatu. "Tetap saja, dia melakukannya dengan baik."
Pertarungan itu berakhir tidak lama kemudian, dengan Rosalva sebagai pemenangnya. Sylvan nyaris tidak bisa menahan diri di depan seorang Grand Duke saat akan mengekspresikan rasa leganya. Selain itu, dia juga perlu menjaga wibawa sebagai seorang ketua pasukan di depan orang-orang akademi.
Sylvan mengajak Kieran mengikuti Rosalva. Awalnya Sylvan ingin cepat-cepat menemui gadis itu karena merasa tidak nyaman terlalu lama bersama Grand Duke terbuang di sampingnya saat ini—dia berani menyebutnya seperti itu karena tahu seburuk apa reputasinya. Namun, sekali lagi Kieran memutuskan untuk mengikutinya diam-diam. Sampai kemudian mereka tiba di depan bangunan yang merupakan gudang penyimpanan senjata. Seharusnya Kieran tidak melihat itu, sebab Sylvan adalah orang yang memberikan kunci cadangan gudang kepada Rosalva. Seandainya Grand Duke melaporkan kejadian hari ini pada Raja, apa yang akan terjadi pada Keluarga Ragnheird nanti?
Kieran menahan Sylvan agar berhenti melangkah ketika Rosalva sedang memperhatikan sekelilingnya. Meski kemampuan bertarungnya bagus, tetapi caranya mengendap-endap sungguh lucu. Kalau kemampuan bersembunyinya masih seburuk itu, dia tidak akan berhasil sebagai seorang ksatria.
Kieran kemudian berjalan mendekati Rosalva yang sedang berdiri membelakangi. Tidak ada maksud khusus selain untuk menyapa. Namun, seekor serangga yang mendarat di bahu Rosalva membuat Kieran secara impulsif ingin mengusirnya. Namun, alih-alih menyingkiran serangganya, dia justru menangkap belati yang dilayangkan ke arahnya.
Dia punya refleks yang bagus.
•••
Rosalva tidak bisa berhenti menyingkirkan pemandangan darah yang mengalir dari kepalanya. Dia pernah menyaksikan luka yang lebih dari itu, pernah juga melihat genangan darah secara langsung, tetapi tidak pernah meninggalkan kesan yang berarti. Semua itu mengerikan, tetapi begitu saja, tidak sampai membuat Rosalva kepikiran.
Sejak tahu siapa yang menangkap belatinya tadi, yang orang itu genggam di bagian yang tajamnya, Rosalva tidak jadi masuk ke gudang untuk mengganti seragamnya. Bahkan, besi pelindung di beberapa bagian tubuhnya pun masih terpasang. Rasanya hari ini seluruh dosa Rosalva terbongkar. Mulai dari Sylvan yang seharusnya tidak menyaksikan dirinya bertarung dengan ksatria muda, seragam latihannya yang dirancang khusus selama ini tidak diketahui oleh sang ayah, sampai ibunya yang tahu bahwa alasan berkuda hanyalah sebuah kebohongan.
Benar. Kudanya masih tertinggal di hutan belakang rumah. Rosalva memilih meninggalkannya di sana agar kuda itu bisa makan rumput segar. Bisakah dia pergi dari ruangan itu dengan alasan menjemput kudanya?
Tidak mungkin. Sejak tadi Marchioness Ragnheidr terus melihat ke arahnya. Kalau tatapan mereka bertemu, wanita itu akan menggeleng tidak habis pikir. Namun, hari ini kemarahan orang tua dan saudaranya bukan lagi tentang kebiasaannya, tetapi karena darah yang mengalir dari Grand Duke Kieran Baratheon.
Saat ini Grand Duke sedang diobati oleh dokter pribadi Marquess, yang memang berpengalaman mengobati luka akibat benda tajam. Seharusnya tidak akan terjadi masalah pada tangan pria itu, tetapi akan buruk akibatnya jika kejadian ini dilaporkan pada pihak kerajaan. Terlebih lagi, salah satu sekretaris mereka ada di sini. Bukan tidak mungkin, dia akan melaporkan semuanya.
Seandainya Rosalva bisa membela diri, tentu dia tidak akan dinyatakan bersalah. Kejadian tadi tidak disengaja, Rosalva mengeluarkan belatinya sebagai bentuk pertahanan diri. Lagi pula, pria itu yang ceroboh dengan menggenggam bagian yang sudah pasti akan melukainya. Yah, memangnya kuasa apa yang Rosalva miliki untuk melawan kerajaan?
Satu lagi, Rosalva masih tidak tahu apa tujuan mereka berdua datang berkunjung ke kediaman mereka. Sejak kemarin, orang tuanya juga tidak mengatakan apa pun tentang tamu kerajaan yang akan datang.
"Luka ini akan kering dalam beberapa hari, sayatannya tidak terlalu dalam."
Seharusnya Kieran yang merasa lega ketika sang dokter menyampaikan tentang tangannya. Namun, Rosalva lebih-lebih bersyukur lagi. Dia sampai mengucapkan pujian kepada Tuhan dengan tangan bertaut di depan dada.
"Terima kasih, Dokter." Sekretaris kerajaan yang membalas, seakan-akan dia adalah juru bicara Grand Duke.
"Untuk mencegah infeksi bagian dalam, saya membawa tanaman herbal kering yang sudah diracik menjadi obat bubuk. Diminum satu kali sehari pada malam hari, selama tiga hari berturut-turut."
Dokter itu kemudian menyerahkan obat yang dimaksud kepada sekretaris kerajaan. Setelahnya dia berpamitan untuk pulang. Tersisalah keluarga Marquess Ragnheidr dengan Grand Duke dan sekretaris kerajaan.
"Yang Mulia, maafkan saya." Setelah menahannya cukup lama, Rosalva membungkuk dalam-dalam, memohon pengampunan yang sebesar-besarnya. Dia pernah mendengar bagaimana pria itu memenggal kepala orang-orang yang membuat masalah dengannya. Bagaimana mungkin dia tidak merasa ketakutan. Berada di satu ruangan seperti ini saja sudah membuatnya panas dingin.
Kieran menatap tangan kanannya yang dibalut kain penutup luka. "Ini bukan masalah besar. Berhentilah membungkuk."
Namun, Rosalva tidak mendengarkan. Dia masih dalam posisi itu untuk beberapa saat, sampai kemudian Marquess Ragnheidr berdeham.
"Rosalva, bersikaplah seperti seorang Lady."
Mendapat teguran seperti itu, apalagi di depan seorang Grand Duke, membuat Rosalva berkali-kali lipat merasa malu dan tidak nyaman. Rosalva menegakkan kembali badannya, tetapi kepalanya tetap menunduk. Dia berharap Grand Duke segera kembali, tetapi dia tahu masalahnya tidak akan selesai begitu saja. Masih ada rentetan kesalahannya yang belum terselesaikan.
"Yang Mulia, kami benar-benar tidak mengharapkan ini semua terjadi. Kami akan mengirimkan dokter ke kediaman Anda secara rutin sampai luka di tangan Anda sembuh total."
Rosalva pikir ayahnya akan lepas tangan dengan masalah ini, tetapi dia justru turut meminta maaf atas namanya. Habislah Rosalva hari ini. Dia mungkin tidak diizinkan pergi ke mana-mana selama seminggu setelah ini.
"Seorang Lady memang tidak sepantasnya menyimpan benda tajam." Jawaban Kieran lantas membuat Rosalva geram. Makin sulit jalannya menjadi seorang ksatria wanita setelah ini. "Kerajaan perlu membuat larangan wanita menjadi ksatria."
Salah satu tangan Rosalva yang saling bertautan lantas mengepal. Dia belum pernah membunuh seseorang, tetapi impiannya harus dupertaruhkan? Betapa tidak adilnya dunia ini.
"Kami akan menerima apa saja konsekuensinya, Yang Mulia."
Kieran tersenyum pada Marquess Ragnheird. Anehnya, meski terlihat menawan, tetapi wajah itu menjadi berkali-kali lipa memuakkan di mata Rosalva.
"Saya berubah pikiran." Kieran beranjak dari sofa yang dia duduki. Lalu berjalan menghampiri Rosalva. Tersisa tiga langkah saja jarak mereka berdua. "Saya akan menjemput Lady Rosalva untuk pulang bersama saya besok siang."
Dahi Rosalva lantas berkerut. Dia tidak mengetahui apa pun tentang maksud dari pria di depannya. Apakah hukuman melukai tangannya akan diberikan di sana?
Rosalva menatap Kieran, mengharapkan penjelasan. Namun, karena lama-lama itu terkesan kurang ajar, dia beralih menatap orang tuanya.
"Grand Duke adalah calon suamimu." Dan, yang memberikan jawaban adalah Sylvan.
Menurut Rosalva, itu adalah hari paling buruk selama hidupnya.
•••
Seharusnya jadwal update cerita ini tuh di hari Kamis atau Jumat. Tapi telat karena urusan di dunia nyata :")
Maafkan.
See you in the next chapter
Lots of love, Tuteyoo
3 November 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro