Episode 22 Pertarungan Kata
Renata tergopoh-gopoh membuka pintu apartemennya, meskipun matanya masih sedikit terkatup karena mengantuk. Di depan pintu, perempuan itu terbelalak karena melihat Neiva dengan wajah sedikit pucat kurang tidur dan pakaian bernoda darah yang mengering.
"Re, sori ganggu pagi-pagi. Gue mau nanya sesuatu."
"Nggak masalah, tanya apa?"
Pengacara itu mengajukan pertanyaannya tanpa ragu dan Renata terkesiap.
"Dari mana lo tahu?"
"Common sense. Come on, gue punya sesuatu yang lebih baik buat pembelaan lo." Bibir Neiva menyunggingkan senyum kemenangan.
"Tapi lo kayaknya butuh mandi deh, penampilan lo udah kayak habis bunuh seseorang." Renata mengernyitkan dahi. Bahu Neiva terangkat dengan cuek, tapi Renata sudah menariknya masuk ke dalam.
***
Di kantor, Bagas membaca draft pembelaan yang dikirim oleh Neiva melalui mesin fax dan tertawa keras. "Yeah, I knew she's always great!"
Lelaki itu kemudian mengerahkan timnya untuk menyusun bukti berdasarkan materi Neiva, lalu menyuruh Dipta menghubungi orang-orang yang bisa dimintai menjadi saksi. Sementara Badai, mengerjakan tugas yang diberikan atasannya dari rumah. Bagas menyuruhnya bersembunyi sementara waktu karena mengkhawatirkan keselamatannya. Bisa saja orang yang melukainya akan datang lagi.
Neiva tertidur di atas papan ketik, karena kelelahan secara fisik dan mental. Namun, kali ini ia bisa tidur dengan pulas, karena sebagian besar bebannya seakan terangkat begitu saja. Ketika ia terbangun, senja sudah menghiasi langit yang dilihatnya dari balik jendela kamar tidur entah milik siapa. Gadis itu bergegas keluar dan mendapati Renata sedang memasak sesuatu.
"Pagi, Tukang Tidur." Artis itu mengaduk isi panci dan mematikan kompor. "Eh, maksudnya sore. Gue pindahin lo ke kamar biar nyaman aja tidurnya."
"Thanks." Neiva menggumam, kemudian duduk di kursi tinggi yang ada di dapur.
"Mau makan? Gue lagi suka masak-masak gitu sih, cuma mungkin ya nggak seenak buatan chef."
Neiva terkekeh. "Gue jamin, masakan lo nggak seancur masakan gue."
"Oh ya?" Alis Renata terangkat. "Lo kayak orang yang perfect goals banget lho. Cantik, pinter, karir bagus, dan bisa masak. Penampilan lo nunjukin gitu sih."
"Nope. Gue nggak bisa masak. Bahkan bikin Indomie. Padahal gue ngekos sejak SMA, tapi ya untung sih, temen kosan gue, Mauve pinter masak, jadi aku nggak mati di usia muda karena kelaparan," ujar Neiva sembari mengikat rambutnya dengan karet yang ia temukan di meja dapur.
"Hah? Aneh deh. Indomie itu yang paling basic lah. Masak iya kagak bisa?" Perempuan itu menyendokkan sup ayam buatannya ke dalam mangkuk dan memberikannya ke Neiva. Gadis itu mencicipinya dan memejamkan mata.
"Wah, justru lo kali yang perfect goals. Sup lo enak banget!" puji Neiva yang segera melahap makanannya. Renata tersipu. Ia lalu menuang sup di mangkuk, kemudian ikut makan di hadapan Neiva.
"Makasih lo, pujiannya. BTW, hape lo dari tadi bunyi. Jangan lupa cek, tadi sih gue sempet telepon Pak Bagas minta izin buat lo, tapi beliau bilang nggak perlu, kompensasi buat lembur kemarin, katanya," papar Renata. "Ini masih kurang aromatik dikit." Perempuan itu turun dari kursi dan menaburkan serbuk bewarna hijau di atas sup.
Neiva menandaskan supnya, lalu segera melangkah ke ruangan yang tadi ia gunakan untuk mengetik draft pembelaan. Ada beberapa pesan dari Bagas, Irish dan teman-temannya di LBH. Namun yang mencuri perhatiannya adalah pesan yang dikirim oleh Badai.
Badai
Setelah kasus ini selesai, bisa kita bicara? Tentang kita dan semuanya.
Gadis itu menghela napas. Bagaimanapun, ia dan Badai masih memiliki sesuatu yang belum selesai. Mungkin butuh waktu lama, tetapi mereka harus segera mengakhiri dan kembali melanjutkan hidup setelahnya. Ibu jari Neiva segera mengetik pesan balasan, kemudian ia kembali ke dapur dan meminta sup buatan Renata sekali lagi.
***
Sidang berikutnya untuk kasus KDRT, Bagas meminta Renata untuk mengenakan baju kebesaran demi memberikan ilusi berat badannya turun drastis. Renata juga tidak boleh mengenakan riasan, dan harus memakai kacamata hitam yang besar untuk menutupi mata. Semua itu trik agar Renata bisa mendapatkan simpati publik.
"Kalau mau menangis, menangis saja, nggak usah ditahan. Nggak perlu banyak bicara, saya yang akan gantikan kamu menyuarakan isi hatimu. Kamu mengerti?" bisik Bagas saat mereka mulai memasuki ruangan sidang. Perempuan itu mengangguk, kemudian melakukan apa yang diperintahkan pengacaranya.
Di depan pintu, Neiva berpapasan dengan Badai, lalu tatapan mereka saling bertaut.
"Mari kita enyahkan masalah pribadi kita dan selesaikan kasus ini sampai akhir." Badai akhirnya berucap.
Neiva mengangguk lalu melangkah masuk dan duduk di bangku yang dekat dengan pintu. Biasanya tim kuasa hukum berada di bagian depan, tepat di belakang kursi tersangka/korban dan advokat mereka. Namun kali ini, Neiva ingin menuruti nasehat ibunya. Ia tak mau mencari masalah dengan orang yang ia tahu adalah ayah kandungnya. Badai duduk di sebelahnya bersama Dipta.
Andreas datang dengan langkah lesu dan wajah kusut, seperti biasanya saat ia disorot oleh reporter. Tegarーadvokatnyaーmenyusul di belakang. Ketika sidang dimulai, rasa-rasanya Neiva lebih gelisah ketimbang sebelumnya. Namun ia menguatkan tekad untuk bisa mengikuti sidang dan berharap akan menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk agenda sidang berikutnya.
"Sekarang kita hidup di era yang mengakui, laki-laki bisa mendapatkan kekerasan dari makhluk yang terstigma lemah, yaitu perempuan. Karena itu, Saudara Andreas mengatakan bahwa karena Saudari Renata juga mampu melakukan perbuatan tersebut kepadanya. Saudari Renata kuat dan mampu melakukannya. Tetapi, yang luput dari pernyataan ini adalah meskipun Saudari Renata adalah seorang atlet silat, yang lihai melakukan bela diri, jelas ia tak bisa mendapatkan kekerasan dari suaminya, juga merupakan stigma yang keliru."
Bagas menarik napas panjang. "Sama seperti bahwa laki-laki bisa mendapatkan kekerasan dari perempuan, maka saya juga bisa mengatakan hal yang sama bahwa perempuan sekuat Renata pun juga berpotensi mendapatkan kekerasan." Lelaki itu segera beralih pada layar proyektor dan meminta asistennya untuk menampilkan bukti foto.
Publik terkesiap. Neiva menggigit bibir, berusaha untuk tidak membuat keributan. Itu adalah foto-foto yang dikirimkan oleh Renata dalam amplop bertuliskan 'confidential'. Bukan Renata yang ada dalam foto tersebut. Melainkan Andreas, yang terlihat jelas sedang menempelkan setrika ke tangan seorang perempuan yang wajahnya dikaburkan. Foto berikutnya Andreas tampak menendang seorang lelaki yang mengenakan seragam perusahaan yang ia pimpin. Selain itu ada puluhan foto serupa yang menampilkan bukti kekejaman Andreas.
"Di sini, Yang Mulia bisa melihat, bagaimana perlakuan Saudara Andreas kepada para pegawainya. Saudara Andreas lebih dari mampu untuk bisa melakukan kekerasan atau bahkan bisa menghindar SEANDAINYA Saudari Renata memukul atau menghajarnya. Sehingga argumen bahwa Saudara Andreas lebih lemah daripada Saudari Renata, jelas terbantahkan, Yang Mulia."
Sebagian hadirin yang ada di sana mendengung, serta berkasak-kusuk. Sementara Andreas yang memasang wajah lesu, mendadak kini tampak murka dengan foto-foto tersebut. Tegar segera menegurnya, tetapi kilat api amarah masih menyala di mata lelaki itu.
Neiva mengawasi lelaki itu dengan perasaan tak menentu. Ia berdoa dalam hati agar sidang ini bisa berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang terbaik.
Kemudian, kini giliran Tegar yang melakukan pembelaan. Lelaki itu menayangkan sebuah video, di mana di sana tampak Andreas yang baru pulang kerja, memergoki Renata yang tidur di sebelah seorang lelaki yang diblur wajahnya. Lelaki itu berdiri diam selama beberapa saat, kemudian Renata terbangun. Perempuan itu tidak tampak terkejut, tetapi dengan tenang berdiri berhadapan dengan Andreas. Tegar mengakhiri videonya sampai di sana.
Bagas tetap menampilkan riak tenang, tidak terpengaruh sedikit pun. Saat ia mendapat kesempatan bicara, lelaki itu segera menukas, "Yang Mulia, Anda melihat tubuh Saudari Renata tampak memiliki beberapa lebam di lengan dan bahunya. Video tersebut bertanggal 10 September 2021. Pada hari sebelumnya, Saudari Renata tidak sedang ada syuting adegan laga, begitu pun pada hari itu."
Lelaki itu kemudian menunjukkan visum dokter pada tanggal 8 September 2021. "Berdasarkan surat ini, Saudari Renata mengalami memar akibat pukulan di bahu dan lengan, juga di perut. Pada tanggal 10 September, memar itu sudah berubah menjadi lebam kebiruan. Saudari Renata juga melampirkan, di tanggal 8, ada cairan sperma yang diketahui milik Andreas Gunawan yang tersisa di tubuh Saudari Renata."
"Yang Mulia, mereka berdua suami istri, wajar jika melakukan sanggama," cetus Tegar dengan ekspresi mengejek.
"Yang menjadi catatan saya, Yang Mulia. Ini adalah foto pada saat Saudari Renata syuting pada tanggal 7 September 2021 di siang hari. Anda lihat, Saudari Renata tidak melakukan adegan baku hantam atau berkelahi. Beliau mengenakan baju tanpa lengan di sini, tidak tampak cedera atau luka. Lalu ini, adalah foto saat Saudari Renata pulang pada tanggal 8 September 2021 dini hari. Tidak ada memar atau cedera di sana. Saudari Renata juga tidak kesakitan atau mengernyit ketika turun." Bagas berhenti sejenak dan membiarkan seluruh orang yang ada di sana mencerna pernyataannya.
"Namun, beberapa jam setelahnya, lihat ini adalah video CCTV di garasi, pada tanggal 8 September 2021 pukul 1 siang. Saudari Renata, tampak dipapah oleh dua asisten memasuki mobil. Anda lihat, ada sedikit darah di hidungnya, juga Saudari Renata tampak mengernyit kesakitan, saat asistennya menyentuh lengan dan perut ketika berusaha membantu Saudari Renata masuk mobil."
Kemudian setelah itu, tampaklah Andreas yang berlinang air mata menyusul istrinya. Lelaki itu berusaha menyentuh perempuan itu, seolah ingin membantu, tetapi Renata malah mengkeret ketakutan. Perempuan itu menunduk dan menepis tangan suaminya.
"Bisa saja, terjadi kecelakaan di dalam rumah. Saudara Andreas sangat menyayangi istrinya, lihat beliau bahkan menangis!" sanggah Tegar.
Neiva mengepalkan tangan. Namun, Bagas dengan tenang menyahut, "Yang Mulia, pelaku kekerasan selalu bersikap menyesal setelah melakukan perbuatannya. Ini yang dinamakan dengan manipulatif. Setelah puas melampiaskan emosi kepada korban, mereka akan menyesal, menangis bahkan bersimpuh meminta pengampunan. Hal ini bertujuan agar korban luluh dan bersedia membangun hubungan lagi dengan harapan, pelaku akan berubah. Lalu di kemudian hari, kekerasan akan terjadi lagi."
"Sementara korban akan cenderung takut saat melihat pelaku dan tidak mau mendekati pelaku, setelah dianiaya. Jangankan mendekat, menatap mata pelaku saja tidak akan berani. Sekarang yang ingin saya tanyakan, Yang Mulia, dari perilaku yang ditunjukkan oleh kedua orang tersebut di video ini, mana yang merupakan perilaku korban dan pelaku kekerasan? Saya kira, kita sendiri bisa menyimpulkannya."
*episode22*
Buat yang kemarin bertanyea-tanyea isi dokumen Confidential yang diterima Neiva, sekarang udah jelas kan isinya apa 🤭🤭
Nah, apakah hakim bisa menerima pernyataan Bagas? Atau udah kemakan sama omongan Tegar? Kita tunggu part berikutnya ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro