Chapter 02 : Kejadian Yang Tak Terduga
T-tidak mungkin! Batinnya terkejut begitu mengetahui siapa pemuda itu.
Kurogane-senpai?!
Pemuda itu masih berjalan mendekati Kiyomi, surai cokelat muda miliknya tampak berantakan dan manik hijaunya yang menjadi lebih terang dari biasanya membuatnya semakin bergidik ngeri.
Kini dia bisa mengendalikan tubuhnya, gadis itu bangkit dari posisi duduknya sambil mengambil belanjaannya seadanya lalu berlari meninggalkan tempat itu. Dia berharap agar pemuda itu tidak mengejarnya.
Namun harapannya tidak terkabul, pemuda itu berlari mengikuti Kiyomi yang sudah keluar dari gang. Hal itu membuat Kiyomi harus memaksakan kedua kakinya berlari sekencang mungkin agar tidak tertangkap olehnya.
Gadis itu terkejut begitu sebuah pisau melayang tepat di samping kirinya, menggores pipinya hingga darah mengalir dari sana. Namun dia tidak peduli, akalnya masih bisa bekerja sehingga membuat dirinya terus berlari menjauh.
Entah sudah berapa lama Kiyomi berlari, gadis itu menghentikan langkah larinya di sebuah pertigaan untuk mengambil udara baru pada paru parunya dan mengistirahatkan kakinya yang mulai sakit. Kiyomi menoleh ke belakang, tidak ada lagi yang mengejarnya.
Gadis itu kembali mengatur nafasnya, menghirup oksigen untuk mengisi paru parunya yang sempat bekerja dengan cepat. Setelah merasa lebih baik dia pun kembali berjalan menuju apartemennya yang sudah tidak begitu jauh lagi.
Selama berjalan dia terus melamun, dia tidak menduga jika pemuda yang selalu dia kagumi adalah seorang pembunuh. Itu mengerikan, terutama saat melihat wajah pemuda menampilkan raut dingin dan tatapan tajam yang tertuju padanya saat itu.
"Tidak mungkin, tadi itu tidak mungkin," lirihnya yang berusaha untuk menyangkal hal itu.
"Mungkin aku hanya ngelindur, tidak mungkin siswa berprestasi itu membunuh seseorang, hahaha," lanjutnya diselingi tawaan kecil, menganggap semua ini hanyalah fiksi yang tercipta tiba tiba di kepalanya.
Gadis itu menyentuh pipinya yang tergores pisau, rasa sakit di pipinya mulai terasa dari beberapa saat yang lalu. Membuatnya kini yakin kalau yang tadi dia lihat adalah bukan sebuah kebohongan belaka.
Kurogane Katsuo, seorang pemuda yang berbakat dan terkenal di sekolahnya baru saja membunuh seseorang.
Dia masih mengingatnya, saat pemuda itu menancapkan pisaunya pada kepala orang itu. Disaat itu Kiyomi kira dia baru saja melihat pembunuhan seseorang, tapi dia tidak menyangka kalau orang yang membunuh itu adalah kakak kelasnya yang paling dia kagumi.
Kepalanya berdenyut karena memikirkan itu, gadis itu memegang keningnya sesaat.
"Sebaiknya aku cepat pulang," gumam gadis itu sebelum dia mempercepat langkahnya memasuki gedung apartemen yang menjadi tempat tinggalnya, tanpa menyadari kalau seseorang yang sedang bersembunyi di dekatnya menampilkan seringai lebar di parasnya yang tampan.
Keesokkan harinya, jam sudah menunjukkan pukul 7.05 pagi. Sudah mendekati waktu masuk sekolah, sekolah sekolah pun mulai penuh dengan para siswa yang sudah siap untuk belajar.
Berbeda dengan Kiyomi, karena semalam dia tidur larut terpaksa gadis itu harus berlari menuju sekolahnya. Efek karena masih memikirkan hal itu semalam membuatnya hampir tidak bisa tertidur sama sekali.
Dengan sepotong roti tawar di mulutnya dia pun berlari dengan kencangnya takut jika hari ini akan terlambat masuk dan mendapatkan hukuman. Masalahnya hukuman di sekolahnya tidak main main, jika tidak lari keliling lapangan 20 kali, membersikan seluruh toilet sekolah.
Lapangan sekolahnya sangat luas, seperti lapangan sepak bola. Dan kamar mandi disekolahnya ada 4 di masing masing gedung, sekolahnya memiliki 3 gedung yang berarti dia harus membersihkan 12 toilet, baik toilet laki laki maupun toilet perempuan. Tentu saja hal itu tidak kalah melelahkan dari lari mengelilingi lapangan.
Dan sayangnya hari ini dia telat, gerbang sudah tertutup tepat setelah dia sampai didepannya. Gadis itu menatap penjaga gerbang yang akan pergi meninggalkannya.
"Permisi, pak! Biarkan saya masuk!" ucap Kiyomi dengan nada memohon diikuti dengan tatapan memelasnya.
Penjaga itu pun menoleh, menatap kasian Kiyomi yang menatapnya memelas. Namun sekarang dia harus melapor pada guru piket kalau gerbang sudah dikunci agar guru itu datang ke gerbang dan menghukum siswa yang telat jika ada.
"Maaf nak, tapi kau sudah terlambat datang. Saya tidak bisa membantu," balas penjaga itu sebelum dia pergi meninggalkan Kiyomi.
Kiyomi hanya bisa merengut mendengar balasan penjaga itu, gadis itu tampak mengacak rambutnya frustasi. Kenapa dia bisa terlalu memikirkan hal kemarin hingga membuatnya tidak bisa tertidur?!
Bodoh! Gadis itu bergumam pelan, mengatai dirinya sendiri dengan wajah kesalnya.
Tak lama seorang guru datang, tampak seorang pria yang terlihat rapi dengan jas hitam, kemeja putih, dasi hitam dan celana hitam. Guru itu menatap Kiyomi dengan tatapan biasa. Berbeda dengan Kiyomi, gadis itu tampak membelalak terkejut melihat pria itu.
Kenapa harus kepala sekolah?! Batin Kiyomi menjerit, apakah ini karena efek hari senin sehingga kepala sekolah yang langsung turun untuk menghukum murid muridnya yang telat?
Pria itu membukakan pagar, mempersilahkan Kiyomi untuk masuk. Tak lama ada seorang pemuda dan gadis yang juga ikut memasuki gerbang, kini ada 3 orang yang terlambat.
Sang kepala sekolah menatap datar ketiga muridnya yang terlambat itu selama beberapa lama, entah apa yang dipikirkannya sebelum dia menatap jam tangan yang terpasang pada pergelangan tangannya. Pria itu pun menghela nafasnya.
"Kalian," kepala sekolah itu menatap satu persatu muridnya. "Karena kalian sudah melanggar peraturan sekolah, kalian dihukum membersihkan toilet seluruh sekolah sepulang sekolah. Satu orang satu gedung," ucapnya langsung yang setelah itu meninggalkan mereka bertiga.
Kiyomi menatap bingung kepala sekolahnya itu, biasanya guru lain akan menanyakan kenapa muridnya terlambat. Tapi ini tidak, pria itu hanya mendatangi mereka dan langsung memberikan hukuman pada mereka tanpa mengatakan hal lain.
Mengangkat kedua bahunya, memilih untuk mengabaikannya. Gadis itu mengambil tasnya dan berjalan cepat menuju kelasnya.
Sore hari, semua murid tampak dengan santai berjalan menuju rumah masing masing. Sedangkan salah seorang gadis sedang sibuk mengangkat ember yang berisi alat alat kebersihan.
Kiyomi menghela nafas, sudah waktunya untuk menjalankan hukumannya. Sebelumnya dia sudah meminta izin pada manager cafe tempatnya bekerja dan untungnya diizinkan.
Gadis itu kembali menghela nafasnya, entah sudah berapa banyak kebahagiaannya terbuang begitu saja lewat helaan nafasnya itu. Dia pun memasuki toilet laki laki, ini adalah toilet ketiga yang dia bersihkan. Tinggal tersisa ini dan toilet perempuan sebelah toilet ini, setelah itu dia bisa pergi ke tempat kerjanya.
Gadis itu memasuki salah satu bilik toilet, dan mulai membersihkannya. Menyirami air dan memberikan pewangi lalu mengelapnya. Setelah dia rasa bersih, ia keluar dari bilik tersebut. Baru saja dia membuka pintu bilik dia dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di depan pintu masuk kamar mandi.
Seorang pemuda tinggi, bersurai cokelat dan bermanik hijau. Paras yang tampan itu tampak mempesona semua orang.
Namun saat ini, bukan itulah wajah yang ingin Kiyomi lihat sekarang. Gadis itu sesaat membelalak terkejut dengan keringat dingin yang perlahan mulai muncul di pelipisnya.
Berbeda dengan pemuda itu, seringai tipis terpatri di wajahnya. Menatap Kiyomi dengan tatapan yang sulit diartikan, yang pasti bagi instingnya tatapan itu menunjukkan kalau dirinya berada dalam bahaya sekarang.
"Ke~te~mu~"
Niatnya mau publish besok, tapi karena gabut ya... Sekarang aja :v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro