Tiga : Tiang Ada Di Sini?!
Gue menenggak habis air soto di dalam mangkok, rasanya segar banget udah makan soto di tengah hari gini. Sonia yang di seberang gue menikmati somaynya dengan khidmat.
"Kok gue gak lihat Jeje, ya dua hari ini?" tanyanya.
"Gak tau. Sibuk kali itu anak." Gue menyeruput es jeruk sampai tandas. Sejak dua hari yang lalu gue telat, Jeje emang gak munculin batang hidungnya.
"Sibuk ngapain coba? Gangguin asdos yang cakep itu?" Sonya mencibir.
Gue tertawa mendengarnya. Jeje itu teman gue yang paling malas, centil, dan bawel banget, kebayang gak tuh gimana pertama kali gue lihat dia. "Gue gak tau. Males mikirin."
Sonia memutar dagu gue supaya menatapnya. "Kurang tidur ya, lo? Kok mata panda, sih," ujarnya.
"Begadang gue."
Sonia mengernyit. "Tumben. Ngerjain tugas lo?"
"Iya. Kebetulan aja semalem gue gak bisa tidur, ya udah kelarin tugas aja," jelas gue.
"Masa, sih." Sonia menatap gue curiga.
"Elah, apaan sih, lo."
"Bokis ya, lo!"
Bola mata gue berputar malas menanggapinya. "Gue 'kan rajin ngerjain tugas, emangnya elo!" kata gue yang mengeluarkan makalah dari tas. "Nih, hasilnya!"
"Heh, gue juga rajin tahu!"
"Berisik lo, ah. Abisin aja tuh makanan lo."
"Yeee... galak lo gak ilang-ilang."
Gue membuang pandangan ke arah lain. Menimbang-nimbang apa harus gue bilang kalau agak kepikiran sama omongan Jeje tempo hari.
"Son?"
"Tunggu bentar." Sonia beranjak dari kursi. Elah, apaan sih, ini anak, gue mau ngomong woy! "Ada panggilan alam dulu."
Gue mendengus. Membiarkan Sonia pergi. Karena gak ada kerjaan lagi, gue lanjut membaca novel yang sempat gue tunda beberapa hari kebelakang. Sebagai cewek tulen, gue lebih suka novel romance yang cowoknya loveable, dan bakal teriak "Ini sih, gue banget!" saat si cewek nasibnya sama kayak gue—friendzone.
Pas SMA dulu, gue pernah mencoba baca novel fantasi, tapi gak pernah gue baca sampai tamat saking malasnya.
Sementara Sonia masih belom balik dari toilet setelah lima belas menit yang lalu, bahkan baksonya udah kelewat dingin.
"Ini dia gak kelupaan kalau gue nunggu di kantin, 'kan," gumam gue. Mata kuliah kedua hari ini akan segera dimulai, kan gak lucu banget kalau misal gue gak masuk dua kali dalam seminggu.
Hape gue bergetar, ada pesan masuk dari Sonia.
Sonia : Gue lagi di ruang dosen sama bu Winda, lo duluan aja.
Karina Az : Bangke lo.
Sonia : 🤣🤣🤣
Tuh, kan, kurang ajar emang dia. Dengan tergesa-gesa gue beranjak dari kursi, lalu meninggalkan kantin. Bodo amat dengan bakso Sonia yang belom dibayar.
"Hei, kamu, cewek rambut kuda!" seru seseorang di belakang. Karena merasa terpanggil, gue pun menoleh.
Dada gue berdebar hebat, sama seperti lima tahun lalu saat pertama kali bertemu. "I-iya?"
Cowok itu berjalan mendekat.
Rasanya jantung gue mau copot saat itu juga! Kenapa si Tiang itu ada di sini?!
°°°
Baru setengah jam yang lalu kelas dimulai, tapi gue udah gak bisa diam di tempat, pengin keluar kelas dan kasih tahu Tara sekarang juga hal penting apa yang udah terjadi sekian menit lalu. Ini menyangkut kelangsungan hidup gue di masa depan!
"Kenapa sih, Na? Cacingan lo, ya?" Sonia berbisik di sebelah gue.
"Pantat gue gatel-gatel, pengin cepetan keluar," jawab gue yang langsung mendapat tatapan jijik dari Sonia.
"Najis lo, ya!"
Gue terkikik geli.
Sonia lebih mendekatkan diri ke arah gue, mempermudah ia berbisik. "Eh, apa hal yang gue lewatkan selama di ruang dosen tadi?"
"Ada gak, ya?"
"Ketemu cowok cakep ya, lo!"
"Sonia!" seru dosen di depan. Matanya melotot sempurna, tangannya yang berkacak pinggang itu pasti udah gatel banget pengin lempar buku ke muka Sonia yang cantik.
"Maaf, Bu." Sonia merutuki kebodohannya.
"Keluar dari kelas saya sekarang!" Penyataan mutlak itu tak dapat dibantah oleh siapa pun.
Sonia keluar dengan menatap gue sebal. Lho, bukan salah gue 'kan kalau dia dikeluarin dari kelas? Jangan salahin kaki gue yang gak mau diam dan bikin Sonia penasaran, tapi salahin mulutnya yang kepo banget.
°°°
Baru juga masuk Son, udh keluar aja wkwk. Emang nasibnya Karina yang bagus nih haha.
Vomments gaes!!!💙💙💙
27/04/20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro