Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter two

Ribut dan kacau begitulah keadaan yang terjadi. Begitu murid yang bernama Nath itu mengatakan sesuatu yang mengejutkan, mendadak kepanikan menyerang Eva, sangat takut bila hal yang tidak diinginkan terjadi. Ia ikut bersama yang lainnya berlari ke hutan sekolah, kendati telah dilarang, bahkan oleh Mr. Hans.

Mereka sampai di belakang sekolah yang lumayan jauh dari ruang guru, segera menutup hidung dan mata begitu melihat mayat mengerikan tersebut. Eva rasanya mau pingsan setelah melihatnya, ia menjadi sedikit menyesal karena tidak mendengar larangan. Namun, ia bisa mengembuskan napas lega karena mayat itu bukanlah Anya.

Meskipun tetap saja memberikan efek mengerikan pada setiap orang yang ada di sana. Perlahan Eva mundur tidak ingin berlama-lama dengan bau itu. Bukan bau busuk bangkai, tetapi amis. Sepertinya mayat itu baru. Beberapa menit kemudian, sekelompok manusia berseragam datang. Memberikan garis polisi dan mengamankan tempat kejadian. Saksi mata ditahan sementara untuk dimintai keterangan terkait penemuan jasad tersebut.

Gilanya adalah, kegiatan belajar mengajar tetap dilanjutkan setelahnya. EPHS memang gila dengan kedisiplinan. Namun, bagi Eva itu sangat menyulitkan dirinya, terlebih ia mana bisa fokus karena terbayang-bayang jasad mengerikan itu. Belum lagi pelajaran yang sedang berlangsung adalah praktikum kimia yang membutuhkan tingkat fokus yang baik.

Maka dari itu, ia akhirnya gadis itu memutuskan untuk izin ke toilet. Ia butuh membasuh muka agar kesadarannya kembali, walaupun mungkin hanya sedikit berpengaruh.

Sampai di sana, saat itu cukup ramai juga bising oleh sekolompok garis dengan topik pembicaraan yang coba Eva hilangkan. Ia sadar bila kasus begini memang mudah untuk menyebar bak virus. Mencoba mengabaikan, ia fokus ke tujuan awal.

"Kau tahu siswa yang meninggal itu siapa?" Perempuan dengan rambut blonde itu bertanya pada empat teman antusias.

Karena teman-temannya tidak ada yang menjawab ia dengan segera mengatakan jawabannya. "Merry!"

Sontak nama itu membuat terkejut teman-temannya pun dengan Eva yang sedari tadi mendengarkan. Tidak mungkin, Merry termasuk perempuan yang baik dan aktif di kegiatan keagamaan sekolah. Desember lalu Marry bahkan menjadi ketua panitia Natal. Gadis sebaik itu tidak terbayangkan bisa dibunuh dengan cara keji.

Walaupun memang tidak ada manusia yang benar-benar disukai semua orang, yang artinya pasti ada juga yang tidak suka.

"Ya Tuhan, mengerikan sekali ... semoga saja pelakunya cepat tertangkap. Aku harap dia dapat hukuman seberat-beratnya!"

"Aku pun berharap begitu, sekarang aku menjadi sangat takut."

Mereka lalu keluar meninggalkan Eva sendiri, perempuan itu masih merinding sendiri. Belum lagi dirinya masih mencemaskan kabar sahabatnya Anya, yang sampai sekarang tidak kunjung berhasil ia hubungi.

Setelah dirasa cukup segar dan siap untuk belajar kimia, Eva pun kembali. Namun, begitu keluar ia tarik oleh seseorang.

"Alex?!"

"Kau ke mana saja Eva? Apa kau masih marah?"

"Aku hanya ingin mencuci muka sebentar, dasar," sebal Eva lalu menarik tangannya dari cengkraman Alex. "Dan, aku memang masih marah."

Alex tadi sangat khawatir dengan Eva yang sepertinya punya banyak pikiran, terlihat dari wajahnya yang muram. Tiba-tiba saja wanita itu keluar dari laboratorium, bahkan tanpa permisi pada asisten yang mengajar. Juga Eva sangat lama berada di kamar mandi. Ya, Alex memang sedari tadi mengikuti Eva.

"Maaf, tapi aku mencemaskanmu. Lagi pula kita 'kan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Anya. Jangan terlalu berpikiran buruk, siapa tahu besok Anya muncul."

Kata-kata itu mungkin dapat sedikit meringankan pikiran, juga benar selama ini Eva yang terlalu takut terjadi apa-apa dengan Anya. Bisa saja ia ada urusan mendadak dan tidak sempat memegang ponsel.

"Mungkin aku yang terlalu berpikiran negatif, baiklah. Maafkan aku juga."

Alex mengacak puncak kepala perempuan itu dan berkata, "Tidak apa-apa, ayo kembali. Pagi tadi kau bisa saja lolos dari Mrs Vaa, tetapi tidak tahu dengan Miss Kely, aku tidak ingin dihukum membersikan laboratorium."

Keduanya pun kembali, tidak menyadari seseorang dari tadi mengawasi gerak-gerik mereka dan tersenyum miring.

***

Miss Kely membuka sarung tangan karet yang sedari tadi ia pakai untuk melindungi kulitnya dari bahan-bahan kimia yang dapat mengiritasi. Ia menatap kedua murid yang tengah tertunduk di hadapannya itu. Waktu pelajaran praktikum memang sedikit lama dikarenakan banyak kegiatan yang banyak memakan waktu lama.

"Kenapa batu kembali sekarang? Tidak sekalian saja tidak masuk?"

Eva menggigit bibir bawahnya, perasaan ia tidak selama itu di toilet. Ia juga sedikit merasa bersalah karena Alex ikutan kena imbasnya. Miss Kely adalah asisten laboratorium baru di bawah pengawasan Madam Tina yang sedang cuti karena sakit. Wanita yang baru berumur dua puluh lima tahun itu adalah asisten laboratorium yang paling kejam dan tidak mentolerir barang sedikit saja kesalahan.

"Bahkan kau tidak permisi padaku, nona Ford?"

"Aku minta maaf. Aku tidak melihat kau tadi, dan aku begitu sesak. Jadi kuputuskan untuk pergi saja karena tidak tahan lagi." Baiklah, Eva harus berbohong kali ini agar wanita itu tidak terlalu memarahinya.

"Lalu kau Alex? Kenapa kalian bisa datang bersamaan?"

Alex dan Eva saling berpandangan, menyadari hal tersebut akan mengundang kecurigaan. Seharusnya tadi mereka datang dengan waktu yang berbeda.

"Jangan diam saja, masih banyak yang harus kuurus bukan hanya kalian!"

"Kami bertemu di pintu," jawab Alex. Toilet perempuan dan laki-laki memang berbeda arah dan jaraknya jauh. Bertemu di pintu adalah ide terakhir yang dapat Alex katakan.

Miss Kely memutar mata tidak mempercayainya. "Nanti setelah ini, kalian bersikan lab, jangan ada yang terlewat."

Alasan-alasan itu ditolak dengan mentah-mentah membuat Eva dan Alex mengumpat dalam hati.

"Sudah sekarang kembali ke kelompok kalian dan segera selesaikan praktiknya."

***

"Wanita itu menyebalkan sekali!" Eva rasanya ingin membanting tabung reaksi yang sedang ia cuci tersebut mengingat wajah Miss Kely.

Alex yang tengah mengelap kaca preparat tertawa kecil. Kaca-kaca itu telah bersih dan mengkilap, ia lalu memasukkannya dalam kotak, masing-masing berisi lima papan.

"Sudahlah, mengeluh tidak akan membuat semuanya bersih. Ayo selesaikan dengan cepat."

Eva mengangguk, ia memberikan tabung-tabung yang telah bersih dan kering kepada Alex untuk di simpan dalam lemari. Satu meja lagi yang harus mereka bersihkan, milik kelompok pertama yang biasanya berisi orang-orang pintar. Anya pun sebenarnya anggota kelompok tersebut.

Setiap praktikum memang selalu dikerjakan perkelompok. Yang anehnya adalah tiap kelompok itu berisikan yang pintar-pintar saja atau yang malas-malas saja. Siswa yang pintar tidak mau sekelompok dengan yang malas, Eva selalu ditolak dan akhirnya mendapatkan kelompok sisa.

Barangkali sudah menjadi kebiasaan, setiap pembagian kelompok pasti seperti itu yang terjadi. Kendati Anya adalah sahabat Eva, tetapi mereka tidak pernah berada dalam kelompok yang sama, Anya selalu ditarik oleh siswa pintar lebih dulu dan perempuan itu tidak enak bila menolak tawaran dari mereka. Eva sendiri tidak keberatan, ia nyaman dengan kelompoknya yang walaupun sangat bobrok, lagi pula pacarnya Alex selalu bersamanya.

Saat membersihkan meja tersebut, Ev merasa bahan-bahan dan alat-alat yang ada di sana berbeda dengan meja sebelumnya. Terlalu banyak bahan kimia, anak-anak pintar itu terlalu banyak berkreasi mungkin, pikir Eva.

"Kenapa?" tanya Alex yang baru saja selesai menyimpan barang tadi.

"Lihat. Mereka anak-anak yang pandai itu selalu berbeda dengan yang lain."

Alex memperhatikan meja itu dan menemukan satu hal yang menarik perhatiannya. "Miss Kely tidak memberitahukan kita perlu etanol."

"Aku pun begitu. Mereka bereksperimen. Dasar otak encer. Aku dengan tugas saja malas," kata Eva kemudian tertawa lalu segera membereskan meja itu.

Berbeda dengan Eva yang mudah mengabaikan hal tersebut, Alex malah semakin curiga dan itu membuat ia penasaran apa yang dilakukan kelompok tersebut.

"Tapi .... Apa boleh melakukannya sewaktu pelajaran?"

Eva berhenti sejenak dan memandang Alex, ia jadi berpikiran sama. "Mereka melakukan ...."

Brakkk

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro