Chapter 30 : Setelah Kita Selesai (End)
Chapter 30: Setelah Kita Selesai -Last part
Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur semester.
"Zidan cepet mandinya, Kakak juga mau sekolah!" teriak Jihan dari meja makan.
"Ibu, kaos kaki Cia mana?"
"Di laci, Dek," balas Bu Miya.
Cia mengernyit. "Gak ada, Bu."
"Udah Ayah bilangin semalem siapin dulu perlengkapan sekolah sebelum tidur. Liat kan, jadi kelabakan sendiri," celetuk Ayah membuat Cia bungkam.
"Kasian deh lo," bisik Zidan melewati Cia dengan handuk mandi yang tergantung ke leher. "Omelin aja, Yah," kompornya.
"Ibu, Kak Zidan nihh!"
Ibu membuang napas berat. "Masih pagi udah ribut aja. Zidan kamu pake baju cepet, biar bisa bareng Kak Jihan."
"Iya, Bu," balas Zidan.
Begitulah keadaan rumah Jihan pagi itu. Ada yang berebut kamar mandi, heboh cari barang sampe sarapan sambil pake seragam.
Suasana yang pasti Jihan rindukan jika akan merantau jauh dari rumah.
Zidan keluar dari kamar, berjalan tergesah keluar sambil memakai sepatu. Terlihat Pak Gani dan Cia yang sudah siap pergi dan Jihan yang menunggunya dengan kesal di atas motor.
"Pangeran lama amat ganti bajunya," kata Jihan bermaksud menyinggung.
"Ayah, uang jajan Abang?" tanya Zidan tidak memperdulikan ucapan Kakaknya.
Zidan mendekat pada Pak Gani kemudian mencium tangan Ayah dan Ibunya lalu berjalan ke arah Jihan dengan memakai helm.
"Fans Kakak ya, Dek? Seragamnya tiru punya saya soalnya," celetuk Jihan membuat Zidnan mendelik.
"Sinting ya, Kak? Kata saya mending gausah sekolah," balas Zidan tersenyum miring.
Jihan mengumpat.
"Ibu Ayah, Kakak pergi, ya," pamit Jihan membawa motornya menuju sekolah.
"Bang," panggil Jihan hanya dibalas deheman oleh Zidan.
"Ntar di sekolah gosah genit. Awas aja kalo Kakak sampe dipanggil ke guru BK karena kamu berantem," kata Jihan mengingatkan.
Zidan mendecak. "Iyaa, fokus liat jalan sana, ntar nabrak."
Ya. Zidan sekarang satu sekolah dengan Jihan. Kemarin Zidan mengikuti tes tertulis di sekolah Jihan dan cowok itu berhasil lulus dengan nilai yang lumayan. Jarak umur yang hanya berbeda dua tahun membuat mereka sering dikira pacaran karena Zidan lebih tinggi dari Jihan.
Siap-siap saja setelah ini akan ada adik kelas cewek yang mendekatinya agar bisa mendapat info tentang Zidan.
Mereka sampai di parkiran sekolah. Seperti biasa, motor Jihan terpakir duluan setelah Pak Yayan –satpam sekolah-, Zidan turun dan berpamitan dengan Jihan. Adiknya itu tidak akan mau dekat-dekat dengan Jihan jika sudah di sekolah.
Pagi ini Jihan datang ke sekolah sebagai anak kelas dua belas. Angkatannya sudah menjadi kakak tingkat tertua di sekolah.
Terkadang Jihan merasa ini terlalu cepat.
Rasanya belum lama Ia dan Hana merasa segan setiap melewati koridor kelas dua belas, tetapi sekarang mereka akan menempati salah satu kelas itu. Juga hari ini sudah ada murid baru yang pasti banyak menarik perhatian para kakak kelas cowok yang sedang mencari target dede gemes.
Jihan merasa bahunya meringan kini. Alam seakan mendukung kebahagiaan gadis itu. Hana kemarin datang ke rumahnya, mengajak Jihan untuk menemaninya membeli perlengkapan sekolah. Gadis berambut panjang kecoklatan itu kegirangan sendiri mendengar apa yang terjadi pada Jihan dan Nadhif malam itu.
Tentang hubungan Ia dengan cowok tinggi bermata sipit itu, mereka akhirnya memutuskan untuk tidak berpacaran tetapi tidak lagi menyembunyikan perasaan masing-masing.
Kupu-kupu di perut Jihan terus saja beterbangan setiap malam akibat ulah pemuda itu. Terkadang bersemu membaca chat dari kontak yang sudah ia sematkan paling atas.
Nadhif semakin terang-terangan menunjukkan rasa sukanya, terkadang ia memposting foto Jihan di story WhatsApp yang sesekali dikomentari alay oleh Jihan. Entah memang alay atau gadis itu yang masih terlalu malu.
Gadis berambut pendek berwarna hitam alami yang terjatuh sebahu itu melangkahkan kaki dari parkiran memasuki lapangan sekolah. Memegang tas ransel abu-abu dengan senyum ceria, berjalan ringan menyusuri koridor depan kelas.
Jihan memasuki kelas barunya.
Ternyata ia tidak sendiri, sudah ada orang lain yang datang lebih dulu darinya. Orang itu duduk di kursi belakang ujung dekat jendela, kepalanya menoleh ke arah Jihan.
"Pagi, Andre. Kita satu kelas lagi ternyata," sapa Jihan membuat pemuda itu mendelik.
Ya. Orang itu adalah Andre. Seseorang yang sudah membuat Jihan hampir dihujat satu sekolah.
Andre diam, tak langsung menjawab. Pemuda itu mengernyit bingung melihat gadis itu tampak sedang memilih tempat duduk. "P-pagi?"
Jihan mengangkat alis, kemudian mengangguk. "Apa kabar?" tanyanya lagi dengan tersenyum.
Andre merapatkan bibir, kali ini benar-benar tidak menjawab. Merasa hatinya tersentil kini melihat seseorang yang sudah dijahatinya belum lama ini malah menyapanya baik. Pemuda itu mengaku bahwa ia kemarin terlalu iri pada Jihan sehingga tega membuat cewek itu dibenci banyak orang. Tetapi Andre menyadari bahwa yang dilakukannya tidak benar.
Andre ingin meminta maaf tetapi ia sudah terlalu takut akan tatapan kebencian Jihan padanya walau memang wajar jika Andre mendapatkan perlakuan seperti itu.
Namun, apa yang terjadi sekarang?
Jihan malah menyapanya seakan semua yang terjadi kemarin tidak berarti apa-apa.
Andre merasa malu. Tidak mau membiarkan Jihan menyadari rasa bersalahnya pemuda itu memilih pergi sambil berucap pelan tetapi bisa didengar oleh Jihan.
"Sinting."
Jihan tersenyum tipis mendengar ucapan Andre. Libur semester ternyata tidak banyak merubah cowok itu, ia masih menyebalkan. Tetapi memang apa yang Jihan harapkan?
Sifat seseorang tidak bisa berubah begitu saja.
Setelah menceritakan semuanya pada Ayah dan Ibu, Jihan jadi mulai menerima apa yang sudah terjadi kemarin. Karena walau Jihan menangis darah pun tidak akan merubah kenyataan bahwa ia yang menjadi juara dua.
Jihan belajar banyak tentang rasa syukur setelah kejadian itu. Berterima kasih pada Tuhan yang telah memberinya sahabat seperti Hana yang selalu menemani bagaimanapun keadaanya, dipertemukan dengan Nadhif yang juga memberi banyak pelajaran padanya, dan telah diberi keluarga yang selalu mendukung Jihan.
Sehingga sekarang gadis itu sudah bisa memaafkan Andre dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi kemarin.
Tentang semua plan Jihan kemarin, gadis itu tetap berusaha mewujudkan semuanya. Jihan bertekad, ia akan terus belajar dan tidak mendengarkan komentar buruk dari orang-orang yang membuatnya tidak maju. Jihan akan fokus pada mereka yang sudah mendukungnya selama ini.
Mereka yang sudah menyayangi Jihan dengan kelebihan dan kekurangannya.
Seseorang menjitak pelan kepalanya, membuat Jihan mengaduh. Ia refleks menoleh, menemukan Nadhif yang sudah di depannya tersenyum tidak bersalah.
"Sakit, Nadhif," keluh Jihan.
"Utuk utuk, Jihan kepalanya sakit, mau Abang Nadhif tiupin gak biar cepet sembuh?" tanya Nadhif dengan nada yang dibuat seperti anak kecil.
Jihan mengumpat. "Geli gue."
Nadhif kemudian duduk di kursi depan Jihan. Membalikkan posisi kursi jadi ke belakang dan duduk menopang dagu ke atas meja memandang gadis itu.
Jihan mendelik. "Apa lo liat-liat? Gue emang cantik, makasih," kata Jihan mengibaskan rambut.
"Iya, cantik."
Jihan mengerjap salah tingkah.
Kan. Baru dibilang cantik doang bahagianya udah kaya dibeliin jalan tol.
Maklum, lagi bucin.
"Diem deh lo," balas Jihan hendak menjitak dahi Nadhif tapi cowok bermata sipit itu menegakkan badannya menjauh.
Nadhif mendengus geli. "Apa? Oh mau bales? Tinggiin dulu makanya," ucap Nadhif membuat Jihan mengumpat.
"Yaudah nih jitak," lanjutnya sambil mendekatkan wajah. Tidak mau merusak mood Jihan.
Jihan langsung mendongak dengan mata berbinar, lalu menjitak dahi Nadhif dengan kuat membuat pemuda itu berteriak. "Jitaknya pake cinta paling dalem kayanya," gumam Nadhif dengan senyum tipis.
Nadhif hendak mencubit tapi Jihan berlari menjauh dan bersembunyi di belakang Hana yang baru memasuki kelas bersama Rehan.
"Indah banget kisah cinta orang. Pagi-pagi udah kejaran kaya sinetron india," kata Rehan berkomentar dengan iri.
"Sabar ya, Han. Jomlo pasti berlalu," kata Hana yakin.
Nadhif mencibir saja memandangi wajah riang Jihan mendengar ucapan Hana dan Rehan.
"Kita sekelas lagi, nih?" tanya Nadhif mendekat.
Rehan mengangguk, kemudian merangkul Nadhif. "Tuhan gak akan ngebiarin lo jauh dari gue. Karena lo juara satu, jadi lo harus ngajarin gue setiap tugas," katanya tersenyum lurus.
"Ogah!" balas Nadhi sewot. Pemuda itu menjitak kuat kepala Rehan dan lari keluar kelas.
"NADHIF, AWAS YA LO!" teriaknya mengerjar Nadhif.
Jihan dan Hana menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka.
"SADAR UMUR WOI, KITA UDAH KELAS DUA BELAS!"
Untuk semua mimpi yang sudah direncanakan, mari kita usahakan bersama. Tidak ada yang sia-sia, mungkin memang belum waktnya saja. Nikmati semua moment selagi bisa karena hari itu tidak akan bisa terulang.
-selesai, 07 Juli 2022
Author Note:
AKU PIDATO DULU YA
AAAA FINALLY!!!!! Cerita pertama yang benar-benar tamat, gak nyangka aku bisa nyelesain huhuhuhuu proud of meee
Bener-bener bangga, walau aku sadar masih ada plot hole, karakter tokoh yang gak konsisten dan kekurangan di sana sini dalam cerita ini ... tapi kalo inget aku yang dulu, yang buat nulis cerpen 500 kata aja harus pusing tiga hari sampe mau nangis karena berasa gak bakal bisa dan sekarang aku berhasil namatin satu cerita dengan 30 part
Bisa update dua kali seminggu dengan satu chapter minimal 1000 kata ... WAH! Bagi aku ini udah perkembangan yang cukup banyak dalam hal nulis
Terimakasih yang tak terhingga buat WDT yang udah kasih ilmu dan pengalaman hebat ini buat aku. Makasih buat kakaaa admin yang cantiik cantiik. Kak Sari, Kak Nanat, Kak Nurand, Kak Mief, Kak Nanas, Kak Qia yang sebelum project ini udah kasih bekal ilmu yang bermanfaat banget dan maaaaaf kalo cerita ini belum bisa sebagus ekspektasi kalian huhuhuhuuu
Thank youu juga untuk temen-temen WDT, Lady terutama. Gomawoyoo udah kenalin aku ke WDT. Buat Kak Ana, Kak Bulan, Kak Febby, Kak Anin, Kak Arini, Kak Rena, Amal, Teh Piya, Nando, Manda, Wawa, Revina, Riana, Kak Dila, Kak Serly, Kak Ayu, Kak Eva, Kak Dee, Kak Asa, Kak Uun, Kak Tya, Kak Tiwi, Kak Haekal, Ara, Fina, Kak Nifla, Kak Mila, Kak Nopri, Kak Husna, Kak Shioo, Kak Rani, Kak Eva, Kak Rian thank youuuu so muuuch buat dukungan kalian
Karya dan branding kalian selalu ngebuat aku jadi semangat nulis waktu lagi males. Ngerasa beruntung banget bisa kenal dan tanya langsung sama penulis-penulis hebat kaya kaliaan. Mereka tuh selalu kasih suport dan tanggapan baik mau sejelek gimanapun tulisan aku. Kasih masukan yang bisa diterima dengan baik
Pokoknya baikk bangeeet deh!
Jadi beneran pidato ini mah, hahahaha.
Selamat membaca, semua! Ketemu lagi sama aku di cerita yang berbeda, ya
Arigato!!!
K.A
07 Juli 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro