Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26: Mall


Chapter 26: Mall



"Kakak Jihaaan!" teriak Cia langsung membuka pintu kamar Jihan.

Terlihat Jihan yang sedang tidur tengkurap memegang hape dengan kedua siku yang menjadi tumpuan. Cia duduk ke atas ranjang mendekat pada kakak perempuannya.

"Kak, kapan kita mau ke mall?" tanya Cia dengan berbisik.

Jihan mengernyit. "Ke mall? Ngapain?"

"Kan kemaren Kakak janji kalo Cia dapet juara satu mau ngajak ke mall," balas Cia kesal.

"Emang iya? Kok Kakak lupa, yaaa," kata Jihan bermaksud menggoda Cia, padahal ia sudah ingat.

"KAK JIHAN IHH!!" amuk Cia menendang kaki Jihan.

Jihan tertawa. "Bercanda. Kak Jihan inget, kok." Jihan mengubah posisi jadi duduk di depan Cia. "Emang Cia mau beli apa?" tanyanya.

Gadis mungil cantik itu tampak berpikir. "Cia mau beli ... beli pena sama pensil warna warni buat sekolah," katanya dengan semangat.

Jihan tersenyum. "Yaudah iya, besok sore Kak Jihan temenin ke mall. Sekarang Cia tidur sana, Kak Jihan juga udah ngantuk," ucapnya sambil menguap.

Cia refleks ikut menguap. "Cia mau tidur sama Kak Jihan aja," gumamnya dengan mata sayu. Tanpa menunggu jawaban Jihan langsung berbaring memeluk guling, mencari posisi nyaman.

Jihan tersenyum kecil, kemudian beranjak untuk menutup pintu dan mematikan lampu. Menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua.

"Kakak...."

Mata Jihan jadi terbuka, terlihat Cia yang ternyata belum terlelap.

"Kakak lagi marahan sama Ibu, ya?"

Jihan mendelik. "Enggak kok," jawabnya.

"Kata ibu guru kalo bohong masuk api neraka loh," bisiknya terdengar jelas.

Jihan terkekeh. "Iyaa, ngapain Kakak marahan sama Ibu coba? Emang Cia tau dari mana?"

"Soalnya Kakak dari kemarin di kamar terus, Cia kira Kakak lagi marahan," gumamnya mulai mengantuk.

"Enggak. Dah tidur. Jangan lupa baca doa," kata Jihan memeluk Cia.



***

Sore ini, gadis berambut sebahu dengan kaus abu dengan rok hitam di bawah lutut dan tas selempang hitam kecil bergandengan bersama gadis mungil cantik. Kakak beradik ini memasuki area mall.

Sejak turun dari motor, Cia tidak pernah melepas kaitan tangan dengan Jihan, karena Jihan sudah berpesan dari rumah untuk tidak terlalu jauh dengan dirinya.

Jihan menghirup aroma mall kuat-kuat dari dalam maskernya. Seharusnya sudah dari lama ia pergi ke sini. Otaknya jadi lebih fresh melihat pernak-pernik cantik yang menggoda mata. Tidak salah kemarin Jihan pernah menjajikan mengajak Cia ke mall jika adiknya itu mendapat juara satu.

Sebenarnya tidak harus menunggu Cia mendapat juara untuk mengajaknya ke mall atau jalan-jalan, tetapi Jihan hanya ingin menambah motivasi adiknya agar lebih semangat belajar. Walau jika saja Cia gak dapet juara, Jihan akan tetap mengajaknya.

Sedang asik melihat-lihat, mata bulat Jihan menangkap sosok yang tidak asing.

Hana.

Iya, itu Hana dengan Mamanya.


"Eh, Jihan," panggil Mamah Hana dari jauh, ternyata beliau melihat Jihan.

Jihan kikuk, bingung ingin mendekat atau langsung pergi. Karena jika Jihan ke sana, Mama Hana akan tau jika mereka sedang bertengkar.

Gini nih gak enaknya kalo lagi berantem.

Jihan mendekat dengan senyum tipis. "Eh belanja ya, Te?" tanyanya, mencoba biasa saja.

"Iyaa. Eh ada Cia."

"Iya nih, Te. Dari kemarin minta ngajak ke mall mulu."

Mama Hana tertawa saja.

"Tante ke sini bareng Hana juga," Jihan melihat Hana sudah berjalan menjauh diam-diam di belakang Mamanya. "Eh? Hana di mana?"

"Loh, Han? Kok pergi? Ini ada Jihan loh," kata Mama Hana.

"Ayoklah, Mah. Ntar dagingnya abis," teriak Hana.


Jelas sekali gadis itu sedang menjauhi Jihan.


Mama Hana menghela napas. "Maaf ya, Jihan. Hana belum mau diajak ngobrol kayanya," ucapnya tidak enak.

Jihan tersenyum tipis. "Iya gak papa, Tante. Jihan ngerti kok."

"Tante duluan, ya."

Jihan mengangguk. "Iya, Tante."

Mata Jihan menyayu. Sedih melihat Hana yang sengaja menjauhinya. Jihan mulai menyadari bahwa kemarin memang salahnya. Hana sudah cukup banyak mengerti akan dirinya. Tetapi karena emosi dan masalah kemarin membuat Jihan jadi tidak berpikir benar.

"Kak Jihan, ayok cepeet!"

"Iya iya."


Cia tampak senang memilih barang-barang kecil keperluannya sekolah. Adik bungsu Jihan ini selalu bersemangat kalo diajak berbelanja.

"Jihan," panggil seseorang dari belakang.

Jihan menoleh, terkejut ternyata orang itu adalah Nadhif.

"Oi, ngapain ke sini?"

"Mancing."

"Dapet banyak gak?"

"Lumayan, dapet ikan cupang lima."

Jihan tertawa ngakak. "Saran gua balik ini lu ke puskes dah, Dhif. Kayanya otak lo udah gak bener."

"Bukan cuma otak, kerja hati gue juga udah mulai berantakan sejak kemarin gara-gara elo," balas Nadhif santai membuat Jihan terdiam.

Jihan mendorong pundak Nadhif pelan. "Udah napa, Dhif. Bercanda mulu dari kemaren, dah gak lucu."

"Yang bercanda siapa sih?"

Tawa Jihan seketika berhenti. Menatap Nadhif kaget.


"Kakak," panggil Cia.

Jihan menoleh, dalam hatinya berterima kasih banyak pada Cia yang suda menyelamatkannya dari situasi berbahaya tadi.

"Cia beli ini, ya?" katanya memperlihatkan beberapa pena dan pensil warna.

"Oh ini adek lo?" tanya Nadhif.

Jihan mengangguk. "Cia, kenalin, ini temen sekolah Kakak. Namanya Kak Nadhif."

"Hai Kak Nadhif," sapa Cia ceria.

Nadhif jongkok di depan Cia. "Halo cantik. Lagi belanja, ya?"

Cia mengangguk. "Kak Jihan kemarin janji mau ajak Cia ke mall kalo Cia juara satu."

"Widih, keren dapet juara satu. Yaudah Kak Nadhif juga mau kasih hadiah ke Cia. Ikut Kakak belanja yok."

Cia tampak ragu, seketika melihat ke arah Jihan untuk meminta persetujuan.

Jihan mengangkat alis melihat keduanya. "Iya, boleh."

"Asiiik!"



***

Jihan membulatkan mata melihat keranjang belanjaan Cia yang sudah penuh. "Heh, banyak banget belanjanya."

Cia menunduk. "Kak Nadhif yang bolehin Cia ambil," cicitnya kecil.

"Santai aja kali, Han," kata Nadhif mengelus kepala Cia.

"Lu enak ngomong santai doang, ini yang bayar sapa, duitnya gak cukup."

"Gue yang bayar," jawab Nadhif cepat.

Jihan mendelik. "Dih gaya lu, kek punya banyak duit aja."

"Alhamdulillah hasil kerja serabutan hari ini, mayanlah buat nraktir Cia," balas Nadhif bercanda.

Jihan terkekeh. Cowok ini memang tidak pernah serius.

"Gosahlah, Dhif. Gak enak gue."

"Kata sapa gratis? Lo harus nraktir gue makan kapan-kapan." Nadhif berjalan menuju kasir diikuti Jihan dari samping. "Anggep aja ini hadiah buat Cia," lanjutnya.

"Ini beneran?"

"Iyalah woi, kapan sih gue maen-maen sama lo, yang kemaren aja gue serius."

Jihan tertegun, tersipu tanpa sadar. "A-apasih, gak lucu woi!" kesal Jihan.

Sial, hati Jihan mabuk lagi.

Nadhif hanya tersenyum melihatnya. Kemudian mengantri bersama Cia dan Jihan menunggu di dekat pintu keluar.





"Dhif, thank you ya, sorry banget jadi ngerepotin lo gini. Pake dibayarin segala."

Mereka bertiga kini sudah berjalan menuju parkiran. Dengan Cia bergandengan dengan Jihan dan Nadhif yang membawa kantong belanja.

"Iyaa, Ji. Makasih mulu dari tadi."

"Kak Nadhif, makasih yaa," kata Cia tersenyum senang. "Cia seneng banget hari ini."

"Sama-sama,cantik. Yang rajin belajarnya, ya," kata Nadhif mengelus kepala Cia.

Cia mengangguk. "Siap!"

"Mau gue anter gak?" tanya Nadhif pada Jihan.

Jihan menggeleng cepat. "Gosah, gue bawa motor kok."

"Yaudah. Nih, belanjaannya. Gue pulang duluan, ya," kata Nadhif pamit. "Dadah Cia," lanjutnya.

"Babai, Kak Nadhif."

Pemuda itu ternyata baik juga.

"Ciee Kak Jihan," goda Cia tersenyum.

Jihan berdehem. "Apa?"

"Pacaran ya sama Kak Nadhif? Ntar cerita ke Ibu ah."

"Bocil tau-tau aja pacaran. Dia tuh temen sekelas Kakak, Ci," kata Jihan.

Emang bener, kan?















***

Author Note:

Empat part lagi menuju ending. Antara seneng sama sedih :(((


K.A

27 Juni 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro