Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 24: Jatuh Cinta?


Chapter 24: Jatuh Cinta?


Jihan menidurkan diri di atas ranjangnya. Dengan kedua tangan teracung di depan wajah melihat foto dari layar smartphonenya. Ia tak hentinya tersenyum. Berkali-kali –entah sudah keberapa ribu kalinya- terus saja melihat dan memperbesar foto tersebut. Foto yang menampilkan dirinya dan Nadhif yang berdiri bersampingan dengan latar belakang rak buku. Seperti pasangan remaja yang baru mengenal asmara.

Masih malu-malu.

Nadhif terlihat berbeda siang tadi, sikapnya terasa lebih peduli dan makin ... ganteng?

Jihan menggelengkan kepala. Geli sendiri. Tetapi kembali menarik bibir bahagia. Ada dimana mereka sedang berada di lorong rak buku yang sepi berdua dan tiba-tiba Nadhif mengajak Jihan foto menggunakan kamera depan dengan susunan buku yang menjadi penyangga hape untuk mereka berfoto. Mereka masih terlau malu untuk memita bantuan orang lain. Jihan malah tertawa melihat ekspresi wajah Nadhif yang dibuat lucu ketika gambar diambil.

Atau juga ketika di motor, Nadhif yang bercerita tiada henti dan Jihan yang selalu berusaha mendekatkan mendekatkan kepalanya agar bisa mendengar suara Nadhif dengan jelas. Sesekali tertawa lepas karena sama-sama merasa bodoh akan sesuatu dan makan ice cream di taman kota.

Tiba-tiba Jihan melompat-lompat di kasur kegirangan, kemudian menutup kedua wajahnya yang memerah sejak mendengar ucapan murahan Nadhif siang tadi.

"Woi, psstt! Woi!" bisik Nadhif keras di samping Jihan.

Jihan menoleh kaget. "Apasih bisik-bisik. Gue punya nama, wai woi wai woi," balasnnya jadi menggosok pelan daun telinganya.

Nadhif tersenyum lebar melihat respon Jihan. Kemudian bersandar pada pohon tua besar dipinggir taman. Menikmati hembusan angin. Lebih tepatnya memandangi gadis bermata bulat yang sedang mengambil beberapa gambar untuk dibuat story WA ini.

"Ji, Jihan."

"Hmm."

"Jihan Najla."

"Apa," balas Jihan masih lembut dan sabar.

"Sayang," kata Nadhif sangat pelan, mungkin hanya daun jatuh yang bisa mendengarnya. Pemuda itu jadi tersipu malu sendiri menyadari kelakuannya.

Ia kembali berdehem. "Han," panggilnya lagi berusaha memanjangkan kaki agar bisa menyenggol kaki Jihan.

"NGAPASIH DHIF? APA KENAPA? ADA APAA??"

"HAHAHA, muka lu biasa aja woi. Mata lo dah kaya mau lepas."

Jihan menghela napas sabar. "Jangan ngancurin mood gua dah, Dhif."

"Bahagia kan lu jalan ama gue?"

Jihan mengernyit. "Dih, pede lu," balasnya cepat kemudian memalingkan wajah, tidak mau ketahuan salah tingkah.

Nadhif mengulum bibir ke dalam. "Jujur aja kali, gue emang bikin nyaman banget sih orangnya."

"Kaca di rumah kurang gede apa gimana pak? Ngaca dulu deh."

"Iya, gue ganteng. Makasih." Jihan melemparkan beberapa daun ke tubuh Nadhif. Kesal mendengar jawaban pemuda itu.

Jihan berpindah, jadi duduk di samping Nadhif, ikut meluruskan kakinya.

"Kalo aja gue gak manggil lo tukang nguping, mungkin kita gak bisa akrab kaya sekarang."

Jihan menoleh pada Nadhif, menunggu kelanjutan pemuda tinggi ini.

"Ada untungnya juga gue ngomongin lu waktu itu," lanjut Nadhif ikut menoleh pada Jihan.

Gadis itu mendecih. "Nyesel gue gak nyalahin lo kemaren."

Nadhif tertawa. "Bercanda cil, kaku amat lu kaya triplek." Ia memperbaiki posisi duduk. "Tapi kok badan lo pendek amat cil, sampe bisa gue ketekin."

Jihan mendelik. "Lo emang demen ngatain gue ya? Mau berantem? Ayok, kaga takut gua, mentang-mentang badan lo gede gue gak bakal kalah."

Nadhif menoyor pelan kening Jihan. "Banyakin minum susu makanya cil, biar jadi tulang, gak daging semua."

Pemuda itu terkekeh pelan di akhir.

Jihan menepis tangan Nadhif. "Lo emang gini ya orangnya Dhif?"

Nadhif menoleh penasaran.

"Bercanda mulu, sering ngegodain orang. Eh tapi perasaan ke Hana lo gak gini dah. Lo dendam ya sama gue? Kemaren gue dipanggil tukang nguping sekarang bocil, besok apa lagi?"

Nadhif diam, tidak menjawab. Alisnya jadi menyatu, tampak berpikir.

"Sialnya gue gak bisa bales ngejekin lo, gue bingung mau manggil lo apa," Jihan terkekeh sendiri. Tetap melanjutkan bicaranya walau Nadhif tidak menjawab. Gadis itu hanya berceloteh sambil melihat lurus ke depan dan menikmati desiran angin alam.

"Lo tuh kadang baik, kadang ngeselin. Di awal sering ngejekin, sokab banget lu dulu njir, haha. Terus pas gue ada masalah kemaren lo yang paling care nanya ini itu. Lo juga orangnya pemaaf ternyata, walau udah gue katain kemaren, lo tetep mau nemenin gue di sini, sekarang."

Nadhif tersadar. Iya ya, kenapa dia kaya gitu? Padahal Nadhif buka tipe yang mau ikut campur masalah orang selain keluarganya.

"Lo banyak kepribadian ya, Dhif?"


Itu ... bukan Nadhif. Kenapa Nadhif harus peduli dengan masalah Jihan? Mengapa ia mau menemani Jihan hari ini padahal dirinya bisa diam saja di kamar bermain game.


Tidak ada jawaban. Jihan menoleh. "Woi, malah melamun," serunya kesal.

Pemuda berambut tinggi itu memegang dadanya, refleks membulatkan mulutnya. "Pantes aja gua jadi gini..." gumamnya tetapi bisa terdengar Jihan.

"Apa? Lo kenapa?" tanya Jihan penasaran.

Nadhif menoleh sepenuhnya pada Jihan. Menatap mata bulat gadis cantik di depannya ini.




"Ji, kayanya gue ... suka sama lo."



Jihan tersentak kaget. "Hah?"

"Saat lo kena masalah kemarin, entah kenapa gue marah banget. Gue selalu seneng tiap chatan sama lo, nungguin bales lo gimana dan berharap chat gue gak cuma lo read. Gue gak juga gak pemaaf kaya yang lo bilang, tapi anehnya gue gak bisa gak suka sama lo. Gue mikirin lo tanpa sebab." Nadhif menerawang ke atas. "Kenapa gue gitu ya?"

Jihan masih diam, menunggu pemuda gila ini menyelesaikan kalimatnya. Walau terlihat tenang, dalam hati Jihan sudah meledak-ledak tak karuan. Gadis itu berusaha mati-matian untuk menyembunyikannya.

Nadhif kembali menatap mata Jihan. "Sekarang gue tau," katanya jadi duduk lebih dekat, membuat Jihan menjauhkan tubuhnya.

"Kayanya gue suka sama lo, Ji. Iya. Gue suka sama lo."

Tatapan mata Nadhif begitu dalam, semuanya langsung menjadi seserius ini. Jihan memalingkan wajahnya, tidak kuat menahan napas sedari tadi.

"Nadhif, lo...."






"Lo bercanda kan? Anjiiir gue hampir ketipu. Gila lo. Ini trik tipuan lo yang mana lagi? Kaga bakal kemakan gua," heboh Jihan jadi kesal sendiri merasa dibohongi.

"Gue gak bohong, Ji. Gue suka sama lo," balas Nadhif cepat, dengan serius.

"Wah ... lo lagi latihan akting ya? Casting film ftv gih sono, bisa lolos kayanya."

Jihan langsung berdiri melangkah menjauh. "Pulang aja deh, lo makin ngelantur gua liat-liat."

"GUE SUKA LO JIHAN!" teriak Nadhif membuat Jihan terhenti dan melotot kesal.

"Lo lucu gini, gue malah makin suka. Dih, gemes banget sih."

Nadhif tersenyum lebar menyusul gadis itu.



Jihan memukul bantalnya kuat, merasa tersipu sendiri mengingat itu. Cewek itu mulai menemukan titik nyamannya bersama pemuda ini.

Jihan jadi mengubah posisi duduk, membuka aplikasi chatnya ingin menghubungi pemuda itu dan menanyakan sudah sampai di rumah atau belum. Rasanya gemas. Jihan benar-benar merasa mabuk. Hatinya menari, semuanya terasa jadi menyenangkan.

Sial. Rasa macam apa ini?








***

Author Note:

Emang ya, kalo lagi suka sama orang tu hati suka mabuk sendiri. siapa yang lagi diposisi Jihan?

K.A

27 Juli 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro