Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 : Hati Yang Buruk

Chapter 11 : Hati Yang Buruk


"Ibu masak apa?"

Bu Miya menoleh kaget. "Astaga, Kak. Ngagetin Ibu aja."

"Maaf, Bu," balas Jihan duduk di kursi meja makan. Gadis itu menuangkan segelas air kemudian meminumnya sampai habis.

"Haus banget kayaknya, Kak. Abis ngapain, sih?"

"Enggak ngapa-ngapain. Jihan cuma haus aja, hari ini kayaknya lebih panas dari kemaren ya, Bu," kata Jihan mengipaskan kedua telapak tangan ke arah wajahnya.

"Kamu belum mandi kali, makanya panas," goda Bu Miya meniriskan gorengan bakwan terakhir dari wajan.

"Enak aja, Jihan udah mandi tau. Mataharinya nih keknya lagi bahagia hari ini, Bu, makanya bersinar terang banget."

Bu Miya terkekeh. "Kamu tuh ada-ada aja sih, Kak. Nih, makan bakwan goreng buatan Ibu," kata Ibu meletakkan sepiring bakwan yang baru saja digoreng.

"Behh, siang-siang gini emang paling enak makan bakwan bikinan Ibu tersayang," kata Jihan menusukkan garpu pada adonan tepung dan beberapa jenis sayur itu.

Bu Miya mencibir. "Manis banget kalimatnya, ada mau apanih?"

Jihan mendelik. "Astaghfirullah Ibu, Jihan tulus mengucapkannya dari relung hati terdalam," balasnya dramatis.

Bu Miya hanya diam tidak membalas, memisahkan beberapa bakwan untuk diletakkan di piring terpisah.

"Bakwan yang ini punya Ayah, ya. Nanti pas Ayah pulang tinggal dipanasin aja," kata Bu Miya menunjuk pada piring yang disimpan ke bawah tudung saji.

"Siap, Bos!"

Jihan diam, sibuk mengunyah. Bu Miya ikut duduk dan makan di kursi samping Jihan. Ibu dan anak itu menikmati ketenangan rumah di hari minggu. Cia dan Zidan sedang berkunjung ke rumah Bibi sedangkan Pak Gani menghadiri pesta pernikahan anak teman kerjanya.

"Gimana sekolahnya, Kak?" tanya Bu Miya membuka percakapan.

Jihan menoleh. "Ada murid baru di kelas."

Bu Miya mendelik, jadi menghadap Jihan sepenuhnya. "Murid baru? Siapa? Cewek atau cowok?"

Jihan mengernyit. "Jihan belum cerita ke Ibu, ya? Iya, ada murid baru di kelas Jihan, namanya Nadhif, dia bahkan duduk di belakang Jihan banget tau, Bu. Jihan udah temenan baik sama dia sekarang, orangnya pinter juga," jelasnya dengan semangat.

"Oalah, cowok toh," Bu Miya menganggukan kepala pelan. "Hati-hati loh, Kak, ntar suka," goda sang Ibu.

"Ibu apaan sih, Jihan mau fokus sekolah dulu, Bu."

"Namanya perasaan gak bisa diatur mau datengnya kapan, Kak. Ibu cuma bilang hati-hati aja. Eh tapi kamu sama Rizky gimana, Kak?"

Jihan mendelik. "Ya gak gimana-gimana, tetep kayak biasa. Kita temenan baik."

"Yakin temenan doaang? Dia Ibu liat lebaran tahun kemaren dateng ke rumah sendiri, mana bawa parsel, Ibu berasa lagi didatengin calon mantu," ucap Bu Miya membuka memori tahun lalu.

"Udah berapa kali Jihan bilang, Rizky emang baik, Bu, royal juga. Dia sering kok beliin Jihan sama Hana susu cokelat di kantin. Bukan cuma ke Jihan doang," jelas Jihan mulai tidak suka membicarakan hal ini.

Bu Miya mengangguk mengerti. "Oh emang baik ya ... Ibu kira dia suka sama kamu, Kak."

"Enggaklah, Bu, baik bukan berarti suka. Jihan juga jaga hati biar gak gampang baper sama kebaikan kaya gini, masa orang cuma mau bersikap baik kitanya baper," balas Jihan.

"Iya deh si paling gak baperan," sinis Bu Miya.

Jihan tertawa ngakak. "Muka Ibu gak cocok julid kaya gitu, hahaha."

"Udah ah, Jihan mau tidur siang dulu, dadah, Ibu," lanjut Jihan menghabiskan satu bakwan terakhir di piring kecilnya kemudian meminum secangkir air putih dan berjalan menuju kamar.



***

Jihan menidurkan tubuhnya ke ranjang, meluruskan kaki dan tangannya, terasa otot tubuhnya mulai meregang.

Jihan menghembuskan napas pelan. Gadis itu benar-benar menikmati ketenangan di minggu ini.

Jihan selalu merasakan sakit pada tulah ekornya kerena terlalu lama duduk untuk belajar, jadi kesempatan seperti ini tidak akan Jihan sia-siakan untuk memperbaiki kondisi badannya.

Ya beginilah penderitaan remaja lansia.

Jihan mengambil hape di dalam laci meja samping ranjang, terkejut melihat ada tujuh panggilan tak terjawab dari Hana.

"Kenapa Hana nelpon sampe tujuh kali?" heran Jihan.

Gadis itu menyandarkan punggungnya ke dinding kamar, menyilangkan kaki dan balik menelpon Hana, sepertinya ada hal penting yang mau diberitahu temannya itu.

Sambungan terhubung. "Hallo?"

"Astaga Jihan, lo kemana aja? Mendaki gunung lewati lembah? Buset dah, susah bener dihubungin," omel Hana dari seberang telepon.

Jihan mendelik. "Gue seharian beresin kamar sama tidur, hape gue silent terus gue taro di laci meja, makanya gak kedengeran lo nelpon," jelas Jihan sebelum Hana bertambah marah.

"Emang ada apa, sih? Kayaknya penting banget sampe lo nelpon berkali-kali."

Terdengar hembusan napas Hana. "Lo buka grup angakatan deh. Cepet." Kemudian sambungan telepon terputus.

Jihan mengernyit, segera mengaktifkan data dan membuka WhatsApp terlihat sudah ada seribu pesan belum dibaca dan beberapa teman sekelas Jihan mengirimkan pesan spam.

"Ada apa nih rame-rame." Jihan membuka grup angkatan.




Angkatan Kelas X, XI, XII

Andre : Mengirim video durasi 03.48 menit.

Unknow : Itu beneran kak Jihan?

Unknow (2) : Astaga, gue gak nyangka Kak Jihan ternyata suka nguping....

Unknow (3) : Parah anjir, ngupingnya di ruang guru lagi, pantes aja juara mulu

Kak Jaja : Jangan menyebaran berita yang belum dibenarkan, bisa jadi hoax ini

Unknow : Kurang jelas apalagi, Kak? Jelas-jelas itu suara dan muka Kak Jihan

Kak Bina OSIM : Tenang adik-adik, ini pasti ada salah paham, mohon untuk pengirim, videonya segera dihapus sebelum membuat keributan.

Unknow (4) : Ternyata pinternya hasil dari nguping di ruang guru, haha

860+ pesan baru



Jihan melotot membaca semua ujaran kebencian itu, segera menonton video yang dikirimkan Andre.

Ternyata video rekaman pembicaraan Jihan dan Nadhif di kelas minggu lalu saat Jihan piket di mana mereka membicarakan tentang kejadian di ruang guru.

Jihan mengumpat. "Andre, lo keterlaluan."

Jihan membaca semua pesan grup, beberapa adik kelas dan teman seankatan yang dikenal Jihan memberi balasan pembelaan di grup. Sisanya kalimat kebencian dan stiker sindirian dari nomor-nomor yang tidak Jihan kenali.

Jihan menutup mulutnya tidak percaya. "Ya Allah, kenapa bisa gini...."


Hana : Udah baca?

Jihan : Gue salah apasih sama Andre?

Hana : Udah gue duga dia itu bukan manusia

Hana : Setan menyamar

Hana : Bisa-bisanya setega itu

Hana : Otaknya beneran gak ada

Hana mengirim banyak umpatan kesal pada Andre.

 



GRUP KLARIFIKASI

Rehan added you and Hana

Rehan : Close the door 1 2 3!!!

Rehan : Mohon kepada saudari Jihan untuk memberikan kesaksiannya

Nadhif : Bego

Hana : Bego (2)

Rehan : Iya deh, si paling pinter

Nadhif : Emang

Hana : Emang (2)

Rehan : Gak guna lo berdua

Rehan : Jihan ke mana?



Gadis berambut sebahu yang dibicarakan itu kini telah menangis, hari minggu tenangnya rusak sekejap mata. Jihan tidak menyangka Andre bisa melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini.

Jihan malu, seperti ada yang menekan hatinya. Sesak sekali. Jihan hanya bisa menangis.




Jihan : Kenapa lo lakuin ini?

Andre : 👍













***

Author Note :

Selamat Hari Kartini buat wanita Indonesia yang semuanya hebat! Kita hebat! Semangat terus memperjuangkan hak perempuan.

Untuk Andre, kata gua lo tega banget, sih :))))
Ketemu lagi senin depan, Ya! See uu

K.A
21 April 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro