[6] Now and past
Kalau dipikir-pikir lagi oleh Haru, mimpi semalam ternyata sebuah kualitas bukan kuantitas. Terkadang, setiap orang beranggapan bahwa ketika manusia tertidur, berapa lama dia tertidur maka dia akan merasa baik. Ternyata tidak, itu adalah teori yang salah.
Dari yang Haru pahami, sebagaimana suatu kendaraan dalam lost control—sama seperti ketika alam sadar kita sedang berjalan, dan tidak tergerak oleh rangsangan dari luar tubuh, maka sinyal yang menandakan bahwa tubuhmu tidak sedang dalam kendali. Dan itu pun yang Haru rasakan. Kendalinya dalam momen tertidur semalam tidak bisa dikendalikan hingga ia malah mendapati memori busuk yang sudah lama terjangkit di otaknya
Memimpikan Jeff, dan teman-temannya itu bukan sesuatu hal yang mudah. Tahu nggak? Sejujurnya mood Haru jadi buruk karena sebuah mimpi. Ya, meskipun entah itu bahasa psikologisnya Haru yang merindukan Jeff, atau Jeff yang merindukan Haru. Tapi opsi yang kedua sepertinya enggan membuat Haru mengakuinya.
"Ampun, harus banget gue mimpi pertama ketemu sama dia. Sial ini pasti, gue harus mandi besar." gumam Haru kepada dirinya.
Lebih sialnya lagi, Haru mendapatkan jadwal syuting dadakan. Padahal, sebelumnya di galeri Master Chef, Haru sudah mengerjakan segmen terakhir dalam minggu ini. Pasti karena ulah manajernya, atau mungkin Direktur Master Chef malah menambahkan jam tayang.
Manajernya, Beno benar-benar menguras tenaga Haru. Haruskah dia mengambil hiatus? Sepertinya iya.
"Apa lagi?!" jawab Haru kesal kepada ponselnya. Ya, siapa lagi kalau Beno, manajernya yang menelepon.
"Jelek amat mood lo pagi ini, baru aja gue telepon ah elah."
"Ya gimana nggak jelek, lo kirim jadwal syuting master chef minggu depan. Baru aja segmen kemarin gue beresin."
"Oh—gue salah kirim, I'm sorry Haru.. Tapi jadwal yang sekarang lo collab elah.."
"Kolaborasi? Sama siapa?"
"Lori Hadanta, Beb. Lo lupa ya? Lori Hadanta ajak lo ke rumah dia buat masak bareng. Dia pengen diajarin bikin cake pastry ala Chef Haruka Alatas."
Duh, ribet tapi Haru lupa. Ia memang sudah dikontak secara langsung oleh Lori Hadanta, selebriti papan atas yang sedang tersohor dengan karakternya yang sangat amazing. Mampu menjual berjuta-juta tiket, dalam sekali premier Lori Hadanta selalu berhasil booming di jagad internet. Nggak heran, pria itu akan mengadakan fan meeting. Setiap fans yang datang, rencananya akan diberi cake dan kue kering.
"Sori, gue lupa." kata Haru menyadari kesalahannya. Ia baru saja terbangun pagi ini dengan keadaan loading karena mimpi masa lalu. "Jemput gue kalau gitu."
"Okay, lo ada dimana Beb?" tanya Beno.
"Gue ada di rumah Bokap, datang langsung aja nggak apa-apa."
"Gue mau ajak nail art, katanya Mama lo membutuhkan staf nail art dari tim manajemen kantor."
"Oke, bebas deh." meskipun Haru tidak tahu apa yang diinginkan oleh Mamanya itu.
"Siap-siap ya, Beb." putus Beno dari seberang sana.
Haru menghela napasnya kesal, mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia yakin, setelah ini Haru harus potong rambut demi membuang sial. Bisa-bisa hal yang tidak diinginkan akan terjadi kalau dia tidak potong rambut.
*
"Lho, mau pergi?" tanya Aulia kepadanya.
"Iya, Ma."
"Nggak pulang malam, kan?"
"Memangnya ada acara?" tanya Haru curiga.
Aulia tersenyum masam dan mencium pipi Haru dengan gemas. "Jutek banget sih, mirip banget kayak Dada kalau jutek gitu."
"Aku nggak jutek, Ma.." keluh Haru. Lalu Beno datang dengan santainya memberikan baju kepada Haru. "Apa ini?" tanya Haru bingung.
Aulia malah terkekeh pelan, Beno menghela napasnya. "Lori Hadanta maunya lo dress code sama dia, biar couple-an."
"Ih apaan sih?!"
"Ya gimana dong? Nggak buruk lho, si Lori itu. Dia ganteng, mapan, punya nama. Dan.. He look so hawt."
"Sumpah lo kelihatan kayak gay."
"Haru.." ujar Aulia mengingatkan putrinya itu agar tidak keterlaluan.
Haru berdecak. "Apa pun itu, kenapa gue harus samaan kayak dia? Kemeja putih pula!"
"Lori pakai pakaian yang sama. Jeans pudar, sama kemeja putih. Kalian berdua bakal kelihatan bagus nanti saat in frame."
"Anjir ya, buat YouTube doang." gerutu Haru.
"Maka dari itu harus totalitas." jawab Beno.
Haru menyipitkan matanya curiga. "Jangan bilang kalau ini ulah fans? Dan si Lori pengen bikin fans-nya geram sama gue? Please, udah nggak zaman shipper gitu tuh!"
"Ide lo oke juga," timpal Beno sambil menyengir. "Walaupun nggak seperti yang lo pikirkan, Lori hanya ingin terlihat cocok."
"Dan kenapa?" tantang Haru.
"Aduh Tante.." keluh Beno pada Aulia. "Kenapa Haru harus ribet gini sih, Tan?"
"Udah bawaan genetik." timpal Aulia jahil.
"Mama!" Haru mencebik kesal pada Aulia. Memang gara-gara sikapnya yang katanya sebelas dua belas dengan Anton Alatas alias Dadanya itu, Mamanya senang mengejek Haru.
"Iya, Sayang? Cepetan ganti, terus berangkat. Biar kamu nggak kemaleman pulangnya." Aulia menepuk bahu anak perempuannya dengan santai.
Haru mengangguk cepat. "Kalau aku kemaleman, gampang lah. Aku balik ke apartemen aja."
"Oh, kamu mau di susul sama Dada kamu?" timpal Aulia dengan nada menjahili Haru kembali.
Aulia tahu bagaimana posesifnya Anton pada anaknya sendiri, apa lagi... setelah Haru memutuskan membeli apartemen beberapa tahun yang lalu dan memutuskan ingin hidup mandiri.
Anton yang baru saja bertemu dengan Haru sejak Haru berusia belasan tahun jelas tidak akan mudah melepaskan anak itu, terlebih, Anton selalu menyesal karena dia telat menyadari kehadiran Haru.
Banyak waktu yang tidak bisa di ulang kembali, dan sudah seperti keinginannya, Anton selalu ingin anak perempuannya berada di sisinya.
Haru memelas dengan wajah malas. Masa iya, Haru ingin balik ke apartemen ya harus di susul oleh sang Ayah? "Jangan lah, Ma.. Haru juga bakal balik tiap minggu, kan?"
"Kan Mama nggak bilang Mama yang bakal susulin kamu, tapi Dada kamu."
"Mama rayu Dada dong."
"Heh! Kamu ini!"
Haru manyun, tidak sanggup dengan keinginan Ayahnya yang semakin hari semakin aneh karena dia belum kunjung menikah.
"Ya udah, lihat nanti."
"Hmm, good luck, Sayang."
"Thank you, Mama."
*
Kediaman Lori Hadanta yang berada di kawasan komplek elit nan mahal itu membuat Haru kesal sekesal-kesalnya. Tolong, betapa murahnya hati Lori Hadanta hingga menyiapkan set semegah ini hanya untuk mengundang dirinya as a celebrity chef ke rumahnya. Oke, Haru sadar kok kalau dia sangat terkenal, tapi apa nggak keterlaluan kalau namanya sampai digadang-gadang teman spesial Lori Hadanta?
Pria itu menggelar red carpet sepanjang sepuluh meter menuju rumahnya. Ini gila, baru saja Haru turun dari mobil dan di sambut oleh para kru tim manajemen Lori Hadanta. Well, nggak main-main memang totalitasnya.
Sebelum acara vlog ini terjadi, Haru memang melakukan briefing dadakan di telepon tadi. Lori bilang, ikuti saja apa kata aktor itu, bahkan Lori menjanjikan bahwa dia tidak akan membuat drama-drama murahan. Hanya sedikit sambutan untuk celebrity chef berbakat from Indonesia katanya.
Suwer, Haru sudah merasa malu banget sekarang.
"Welcome to my vlog, Haruka Alatas!" sambut Lori Hadanta ketika Haru turun dari mobilnya.
Haru tersenyum pada kamera yang sedang menyorot dirinya. "Ow thank you, Mas Lori."
Lori lalu memeluknya dengan hangat. "Apa kabar nih, Chef?"
"Eh, hahaha.. Jangan panggil gue gitu, Mas. Haru aja cukup kok."
"Lah, kan lo memang Chef beneran. How your day? Is it great?" tanya Lori kepadanya.
Jujur, kalau boleh memuji sekarang, Lori Hadanta itu sangat tampan. Saking tampannya, Haru sejak tadi ingin memuji betapa hebatnya potongan wajah Lori. "Great, always. Apa lagi di undang jadi tamu spesial sama Lori Hadanta."
"Duh, gini ceritanya gue jadi kesemsem sendiri. Jadi, gimana nih, guys? Auh nggak nih kalian lihat Chef Haruka in my home? Pasti penasaran kan kita mau ngapain sekarang?" tanya Lori kepada kameranya. Ya gayanya memang sudah seperti vlogger profesional.
"So, kita masuk sekarang?" tanya Lori kepadanya.
Haru mengangguk sopan. "Of course. Tapi, gue jadi penasaran pengen house tour Mas Lori."
"Okay! Itu akan ada di segmen terakhir, apa mau tour kitchen dulu aja nih, sekarang?" tawarnya ketika masuk ke dalam rumah pria itu.
Haru tersenyum kepada Lori bergantian pada kamera. "Kalau gini caranya, ketebak dong sama penonton kita mau ngapain."
Lori menepuk tangannya dan terkekeh pelan. "Special guest hari ini, memang lo—Haruka Alatas, yang akan menemani gue plus membantu gue memasak."
"We can do it?" tanya Haru menggoda Lori.
Lori tentu saja mengangguk dengan jumawa, belum lagi tatapan seorang playboy yang jelas mengisyaratkan 'di dunia ini hanya cuman kamu seorang' dan untungnya Haru tidak akan terpedaya. "We did, dong.."
"Oke," jawab Haru tersenyum pada kamera.
Jadi, rencana Lori Hadanta adalah memasak di dapur utama rumah pria itu. Sengaja, memperkenalkan kitchen set modern Lori, lalu dapur idaman setiap penyuka hobi memasak, dan tentu saja apa lagi kalau bukan menggoda wanita-wanita di Indonesia akan ketampanan Lori di dapur?
Meskipun jujur nih, otak Haru agak mikir keras ketika membayangkan; untuk apa seorang bujang kelas kakap seperti Lori Hadanta punya rumah yang konsepnya sudah homey begini. Istri saja tidak punya, cewek saja tidak jelas yang mana bentuknya, jadi... untuk apa pria sekelas Lori membuat rumah masa depan seperti ini?
"So, Chef.. Gue akan ikuti instruksi dari lo. Hari ini, oke—gue jelasin dulu pertama for my fans, gue akan adakan fan meeting tiga hari lagi. Dan sekarang, gue akan membuat kue spesial buat kalian, dan tentu saja dengan resep spesial dari Chef Haru. So, Chef tolong jelaskan cake apa nih yang pas buat fans gue nanti?" tanya Lori kepadanya.
Haru menepuk kedua tangannya dan menerima appron putih dari Lori. "Okay, for the first wear your appron."
Lalu Lori membantunya. "Okay, gue pasangin buat lo ya, Haru."
Haru tertawa kecil. "Thanks," setelahnya Haru memutarkan tubuhnya dan membiarkan Lori mengikat tali appron di sekitar pinggang belakangnya. "Duh, mimpi apa gue semalam sampai bisa ada di dapur sama Chef cantik kayak lo."
Haru bersyukur dalam keadaan freak-nya Lori Hadanta, dia tetap punya tim manajemen yang setia dan selalu mengapresiasi kata-kata buaya yang Lori lontarkan padanya sejak tadi.
Suara riuh para kameramen dan kru membuat Haru malu. "Duh, gombal banget Mas Lori."
"Ya habis, ini kan keinginan setiap para jantan di Indonesia. Haruka Alatas adalah daftar nomor satu wanita yang harus dinikahi lho, gini-gini gue baca artikel tentang lo."
"Hahaha, thanks Mas Lori.. Tapi gue nggak sebaik itu kalau jadi pasangan."
"Masa iya?" tanya Lori menimpali jawaban ngawurnya, ini sudah jauh dari bagian script. "Haruka Alatas dikenal sebagai perempuan sempurna yang bisa membuat pasangannya bangga. Lo baca nggak sih artikel tentang lo itu?"
"Baca, tapi malu." jawab Haru jujur.
"That's it. Fakta baru yang gue temui, Haru adalah cewek pemalu." kata Lori kepada kamera sambil menjentikkan jarinya.
Haru menyelipkan helaian anak rambutnya yang sudah diikat. "Astaga, Mas Lori.."
"Astaga, Haruka.." goda Lori kali ini.
Haru benar-benar malu, ia berusaha bersikap profesional sekarang. "Can we start?"
"Yuk," ajak Lori. "Jadi, apa nih yang akan kita buat?"
"Sebenarnya, ini sangat sederhana. Do you see guys? Di sini ada satu dough instan yang bisa kalian beli di supermarket, pasar, atau toko bahan kue."
"Okay, kayaknya ini bakal jadi kue kering yang spesial."
"Of course, gue bakal kasih resep pilihan paling mudah buat Mas Lori dan penonton juga tentunya—bagi yang ada di rumah dan suka cemilan garing bisa ikuti resep simpel hari ini."
"Oke, jadi di sini.. Ada dua telor, yang akan kita pisahkan nanti bagian kuningnya dan putihnya."
"Oh, jadi butuh telor kuning apa putih nih?" tanya Lori sambil memberikan gloves kepadanya.
"Telor kuningnya, saja. Bisa kan, Mas Lori?"
"Oh, bisa dong.. Serahin yang satu itu sama gue."
"Oke," lalu Haru mulai membuka adonan dough-nya. "For your information, dough ini nggak usah diuleni lagi ya, guys. Jangan lupa siapkan loyang yang sudah kita olesi mentega."
"Jadi, bahan sederhananya tetap dough, keju dan gula ya, Haru." timpal Lori.
"Betul Mas Lori.. Kalian bisa ganti sama toping apa pun. Entah it selai stroberi, blueberries, atau coklat. Sesuai selera kalian!"
"Oke, udah nih gue pisahin kuning telor sama putih telornya." kata Lori laporan kepadanya.
Haru tersenyum senang. "Good job!"
Reaksi berlebihan biasa dikeluarkan oleh Lori Hadanta pemenang kategori Best Actor itu yang sedang memegang dadanya. "Gilak! Gue di puji sama Haruka katanya, dengar nggak guys tadi? 'Good Job' katanya—feels like gue balik lagi jadi anak kecil dan baru saja mengerjakan misi penting, padahal cuman.."
Seluruh kameramen tertawa lagi dan Haru pun ikut tertawa. "Oke, cukup Mas Lori basa basinya, coba ini kenalkan bahan-bahan lainnya sama penonton."
Terdengar helaan napas kecewa dari Lori yang kini tengah menatapnya. "Sulit banget deh, mau bikin lo baper."
"Eh hei!" bantah Haru cepat sambil tertawa, begitu pun dengan para kru. "Jangan bilang, undang gue jadi guest malah berujung modus nih!"
"Tadinya mau gitu," jawab Lori jahil. "Tapi udah ketahuan aja niatnya."
"Hm, Mas Lori.. Ayo mulai!"
"Jadi, ini tuh pewarna makanan. Iya nggak sih? Kalau bisa gue tebak, ini buat pewarna telor biar warnanya semakin keluar."
Haru bertepuk tangan membenarkan jawaban Lori.
"Betul sekali, sekarang, gue kasih loyang ini sama Mas Lori. Karena sengaja, gue lebih pengen Mas Lori banyak kerja nih, namanya juga kue buat fans ya, kan?"
"Percaya nggak percaya, guys." ujar Lori memuji dirinya sendiri. "Gue beneran akan buat kue untuk kalian, dengan tangan gue sendiri."
"Ya itu signature-nya!" kata Haru dengan semangat.
"Good, untuk bahan-bahan yang sudah disiapkan ini, apa perlu gue pakai langsung?" tanya Lori.
Haru mengangguk. "Iya, Mas Lori. Kejunya di parut, tapi sebisa mungkin jangan hancur atau bubuk ya, kita parut keju sesuai dengan arah."
"Ah, I see.. Kayak di iklan gitu ya, Haru?"
"Betul Mas Lori,"
"Duh, baper nih gue." timpal Lori yang mulai bercanda.
"Bagaimana? Laper?"
"Baper, Chef Haru.. Baper, not laper.
"Ah.. I feel like you love everything, right? Mas Lori ini gampang ketebak orangnya, dia aja saking cintanya sama fans rela terjun ke dapur." tanggap Haru mengalihkan pembicaraan tidak bermutu itu.
"I do," jawab Lori sambil membuka adonan dough yang ada di atas meja pantry. "I do love eating. I mean—if it's food, generally I and my fans will like it's."
"But that's true," timpal Haru setuju sambil mengocok kuning telor. "Pernah dengar nggak, kalau cara menyampaikan cinta selain dengan ungkapan itu bisa dengan makanan."
"Cie.. Chef Haru ternyata punya sisi melankolis, ya." ledek Lori.
"Eh, nggak gitu konsepnya. Gue belajar dari ahlinya tahu, Mas."
"Oh ya? Good for listening, nih. Pengungkapan bahasa cinta—dalam cara lain. Chef Haru memang terbaik dalam segala hal, dan gue akui itu. Certified." kata Lori memuji Haru.
Haru tampak malu, namun dengan lihai ia memberikan semangkuk kuning telor itu kepada Lori dan memberikan pewarna makanan ke dalamnya. "Thanks, Mas Lori. Duh, buat fans Mas Lori, sori ya gue masak sama dia malah jadi bicara ngalor ngidul gini."
Lori tertawa puas hingga kedua matanya hilang menjadi segaris. "But I like this moment, serius. Kapan lagi, woy? Jangan terlalu serius iya nggak, sih?"
"Ya betul, nikmati boleh, tapi jangan keseringan ngalor ngidul juga dong, ini konten bisa jadi panjang banget." kilah Haru.
"Oke deh, lanjut nih.."
"Oke, for the next step. Mas Lori tahu kue pie monde?"
"I know,"
"Nah, kali ini.. Kue yang kita bikin rasanya akan hampir sama dengan pie monde."
"Berlapis-lapis itu, ya?"
"Ya," timpal Haru. "Setelah di bake adonan dough akan mengembang ke atas. So, for the first one, kita olesi adonan dough dengan kuning telor yang sudah kita siapkan."
"Oke," jawab Lori menurut. Ia melakukan semua instruksi Haru.
"Nah, setelah semuanya rata di olesi kuning telor, next taburkan keju parut di atasnya, Mas Lori."
"Nggak rapi nggak apa-apa, nih?" tanya Lori ragu saat menuangkan keju parut di atasnya.
"It's okay, it's a signature from Lori with love for your fans." puji Haru.
"Ah elah, Haru.. Gue baper nih."
"Baper mulu elah, lulus dulu di dapur baru baper!" hardik Haru.
Semua kru dan kameramen tertawa lagi. Lori menatap kamera dan menunjuk Haru. "Susah banget dibaperin ya ampun."
Haru tersenyum miring. "Kenyang ah sama baper!"
"Cie, bau-baunya ada yang pernah kecewa." ledek Lori.
Haru tertawa kecil, membantu Lori yang kini tengah menuangkan gula pasir di atas adonan dough dan keju itu. "Iya, kecewa banyak. Udah khatam."
"Duh, mantannya Haru nggak bersyukur banget nih kayaknya. Kurang apa lagi, coba?"
"Eits, kok pembahasannya jadi mantan?"
"Nggak boleh ya?" tanya Lori pura-pura polos.
Haru menggelengkan kepalanya. "Diharamkan,"
"Astaga!" teriak Lori heboh dengan tawanya. "Kejam amat deh."
"Lebih baik kejam sama orang, daripada kejam sama diri sendiri."
"Baik," jawab Lori patuh. "Ini kita potong adonan sesuai selera?"
"Yap, Mas Lori.."
"Okay, Chef Haru.."
Haru berdecak dan berkacak pinggang sambil menatap kamera. "Susah ya, collab sama Mas Lori flirting mulu nih dia. Jadi, buat fans-nya lihat ya, bukan gue yang geli sama Mas Lori, tapi Mas Lori yang geli sama gue."
"Cheesy banget sih memang, tapi Chef Haru nih memang idaman semua cowok—termasuk gue. Nah kan, jadi confess!"
"Skip!" pinta Haru sambil tertawa.
Akhirnya kue kering buatan Lori dan Haru selesai, tidak memakan waktu banyak hanya saja oceh mengoceh yang Lori lakukan dengan Haru berhasil menyita waktu lama.
"So, this is cookies ala Chef Haruka and Chef Lori Hadanta.. Tunggu fan meeting bersama Lori Hadanta ya! See you next week, guys! Bye, bye!"
Kameramen yang bertugas menjentikkan jarinya, memberikan arahan bahwa syuting untuk vlog Lori Hadanta telah selesai. Haru menghela napasnya lega, ia berterima kasih kepada seluruh staf Lori yang sudah bekerja keras hari ini.
"Thanks, Mas Lori.. Udah undang gue, dan ya lo asik banget orangnya." kata Haru kepada Lori.
Lori melepas appron-nya dan tersenyum. "Gue lho, yang makasih. Gila.. Pantesan aja Haruka Alatas selalu menjadi trending nomor satu di tagar Twitter Indonesia, lo memang semenarik itu ya."
"Ah bisa aja," kilah Haru sebal. "Oh, ya, kalau ada apa-apa bisa chat gue aja ya, Mas Lori."
"Thanks buat resep simpelnya."
"Okay, tapi ingat jangan lupa pewarna untuk kuning telor biar berwarna kuenya."
"Sip sip, ini bentuknya udah kayak cheese stick. Sengaja sih, ah—sempurna sesuai dengan ekspektasi gue. Setelah fan meeting, gue mau ajak lo makan boleh nggak nih?"
"Traktir?" tanya Haru jahil.
"Iya lah,"
"Boleh, Mas Lori.. Hubungi Beno aja ya, manajer gue."
Lori tampak mengerutkan keningnya. "Kan gue punya kontak lo, Haru. Buat apa gue kontak manajer lo, resmi amat elah."
"Oh jadi nggak mau resmi, nih?"
"Santai aja," kata Lori sambil tersenyum ramah. "Dinner."
"Oh—okay," jawab Haru canggung. "Tentukan tempatnya aja ya, Mas."
"Siap, I'll be waiting that day, Haruka."
Haru tersenyum kepada Lori, entah lah firasatnya tidak enak. Apa lagi, untuk pria sekelas Lori Hadanta mengajaknya dinner. Apa itu tidak aneh?
for example, kue kering yang
Lori Hadanta buat dengan Haruka.
***
a/n:
Spesial weekend mau double update ah wkwk. Karena besok kan sudah Senin, yang sekolah dan kuliah tetap harus semangat, yang bekerja... jalani sesuai kewajiban dan tanggung jawabnya masing-masing.
Btw, aku bakal buat lapak kosong gitu, di sana ada chapter demi chapter tentang makna kehidupan sehari-hari di sana. Buat kalian yang merasa nggak punya teman curhat, dan butuh tempat untuk mengeluarkan keluh kesah kalian, aku akan buat wadah itu menjadi sebuah tempat untuk bisa mengutarakan isi hati kalian.
Jadi penulis, bukan hanya menulis saja. Tapi dengan cara begitu, aku berharap aku bisa mengenal para pembacaku lewat cerita kesehariannya. Mau ngeluh juga nggak apa-apa, kalau mau marah juga boleh. Kayaknya mulai minggu depan aku akan buat lapaknya.
Hitung-hitung sharing mental health, setiap orang punya benteng masing-masing untuk menghadapi masalah, dan aku berharap sebaik-baiknya kita sebagai manusia bisa membantu manusia yang lain.
Pokoknya, kita berbagi beban sama-sama di dunia oren ini. Mari kita saling berbagi kesenangan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, kesungkanan, keletihan, kecapekan, segalanya....
Kita obati satu persatu, saling dukung satu sama lain.
Kalau kalian merasa tidak punya rumah, semoga Wattpadku bisa menjadi rumah bagi kalian yang membutuhkan tempat untuk membuat semua rasa yang menyakitkan.
Segitu aja. Projectnya, bakal aku buka minggu depan. Ingatan lagi ya!
Minggu, 29 Januari 2023.
Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro