[5] Still with him
Transit sementara di Stasiun Gubeng Surabaya membuat Haru kewalahan. Ia lelah, dan mengantuk. Semalam ia tidak mau mendengarkan Jeff agar tidur saja, hasilnya ia begadang hingga pagi dan sekarang matanya terasa berat.
"Kita belum kenalan," kata teman Jeff bertubuh tinggi itu.
"Eh iya," kata Haru dengan canggung, ia membalas jabatan tangan dan memperkenalkan dirinya, "Haru."
"Gue Johnny. Dan mereka," tunjuknya pada ketiga pemuda itu, "Tara, lalu ada Jeno dan Hendery." katanya pada Haru.
Lalu Haru berkenalan kembali dengan ketiga teman Jeff. "Salam kenal,"
"Ya, senang bisa berkenalan dengan lo, Haru. Tapi, sayangnya lo sudah ditandai sama Jeff." celetuk Jeno.
Jeff menyikut tubuh Jeno dan berdiri di sisi Haru. "Kita istirahat di Cafe aja gimana? Di loby ada cafe, lumayan kita butuh kopi pagi ini."
"Ya udah ayok, gue lapar Jeff.." keluh Hendery.
Haru tertawa melihat Hendery yang memiliki sifat supel itu. "Begini lah, saya punya teman yang memiliki sifat seperti bayi, Haru. Tolong, pahami."
Pria bernama Tara itu kemudian merangkul bahu Haru secara sengaja. "Ayo Haru, jangan diladenin, mereka memang lama."
Haru mengangguk setuju pada Tara, namun dengan cepat Jeff memisahkan Tara dengan Haru. "Tara, stay away from Haru please.." katanya dengan nada bicara yang di buat-buat.
Johnny menunjuk wajah Jeff. "Lihat Haru, betapa berlebihannya Jeff."
Haru hanya tertawa saja, dengan kesal Hendery menyikut tubuh Jeff. "Lo jangan agresif lah, Jeff. Haru bisa kabur ketakutan kalau lo posesif nggak jelas."
"Apaan sih kalian ini! Noh!" ujar Jeff melemparkan ransel milik Haru pada Hendery, "Bawain tas Haru!" perintahnya.
Haru tergelak dan menggeleng dengan wajah tidak enak. "Nggak usah, aku bisa bawa sendiri kok."
"Nggak usah malu-malu, Haru.. Hendery sudah biasa jadi kuli kok." timpal Johnny.
Jeff tertawa puas, sedangkan Hendery hanya komat-kamit mengumpat karena kelakuan Jeff yang sangat menyebalkan itu.
Jeff menggenggam tangan Haru dan tersenyum pada Haru. "Ayo, kamu harus makan, semalam kamu nggak makan apa-apa."
"Cie... Belum jadi pacar aja udah perhatian!" ledek Tara.
Hal itu berhasil membuat Haru tersipu, tubuh dan wajahnya terasa menghangat karena merasa senang sekaligus geli. Aneh-aneh saja pikirnya.
Jeno hanya diam ia sesekali hanya membalas ucapan teman-temannya dengan senyuman, sementara itu, Haru terus memandangi tangannya yang digenggam oleh Jeff.
Jeff memiliki bahu yang kokoh dan lebar, melihat betapa tegapnya tubuh Jeff membuat Haru menelan ludahnya merasa terpukau. Haru benar-benar memuji fisik seorang Jeff, tolong apakah dia berlebihan? Karena Haru rasa, ia memiliki ketertarikan yang sangat kuat pada Jeff.
Haru memandangi Jeff dengan cara yang tidak biasa. Meskipun ia terus menyangkal dan berpikir, apa benar ada dua manusia yang baru berjumpa untuk pertama kalinya bisa merasakan nyaman melakukan skinship seperti dirinya dan Jeff? Sangat mustahil bukan?
Ini bukan hanya sekedar perkenalan biasa, entah kenapa Haru merasa bahwa Jeff memang pandai memberikan kenyamanan pada orang-orang disekitarnya.
"Hei, bengong aja mau kopi apa teh?" tanya Jeff pada Haru.
Haru tercengang dan ia melihat ke sekeliling, Jeff sudah membawanya masuk ke dalam cafe. Di depan, wanita yang menjaga kasir tersenyum pada Haru dan berkata.
"Mbaknya mau pesan apa?"
Oh, dia sudah melamun dan berpikir tentang Jeff selama itu.
"Aku mau teh aja deh, sama cheese croissant satu." jawab Haru.
"Baik, ada tambahan lagi?"
Haru terlihat bingung dan ia menggeleng. "Nggak deh, Mbak."
Jeff tersenyum pada Haru, ketika Haru baru saja akan mengeluarkan ATM-nya, pembayaran dilakukan lebih dulu oleh Jeff.
"Jeff!" kata Haru dengan nada yang tidak biasa, "Kenapa kamu bayarin makanan aku, sih?"
"Nggak apa-apa," jawab Jeff simpel, "Lain kali, kalau kita ketemu lagi, kamu bisa bayar dengan traktiran kamu."
Haru tersenyum tanpa sadar mendengarkan kata ketemu lagi. "Memang yakin kita bakal ketemu lagi, ya? Gimana kalau perjalanan ini, terakhir buat kita bertemu?"
Jeff mengangkat bahunya dan membawa pesanan makanan mereka menuju meja yang kosong. "Aku nggak berpikiran kayak gitu, sih. Kalau kita ketemu lagi, bukannya bagus?"
Kening Haru mengernyit bingung. "Bagus?"
"Ya, bagus."
"Why?"
"Karena aku, bisa memandangi mata hijau kamu lagi, dan kita bisa saling berbincang lebih jauh dari sekarang." kata Jeff pada Haru.
"So, Haru.. Your name sounds like Japanese. Aku tebak kamu orang Jepang?" tebak Jeno yang kini duduk di depan Haru.
Jeff berdecak malas, karena merasa obrolannya dengan Haru sudah di ganggu.
Haru tersenyum dan membenarkan apa kata Jeno. "Aku hanya numpang lahir di sana."
"Oh, ya? Interesting," timpal Jeff ikut-ikutan.
"Hmm, Ibuku.. I mean, mendiang Ibuku melahirkan aku di sana, ketika dia bekerja dengan teman-temannya."
"Oh, I'm sorry." kata Jeno dengan tidak enak.
Haru menggelengkan kepalanya. "It's okay, jangan terlalu merasa berlebihan."
Jeff memandang Haru dengan tak biasa, sementara Haru meminum tehnya, Jeno dan Johnny terus melemparkan pertanyaan pada Haru.
"Kenapa lo percaya secepat itu pada kami. Gimana kalau kami ini penjahat, yang bisa aja culik lo kapan aja?" tanya Jeno pada Haru.
Haru tidak bisa menahan tawanya. "Ya, kalau aku di culik, aku nggak bakalan mungkin bisa menikmati teh pagi sama kalian, bukan? Dan ya, aku bahkan satu kereta lagi sama kalian menuju Banyuwangi."
"That's cool, apa lo selalu seramah ini sama orang baru?" tanya Johnny kali ini.
"Nggak sih, nggak tahu kenapa juga. Mungkin, karena dari awal Jeff bawa aku sesantai ini, dan aku nggak kepikiran hal-hal jelek sama kalian."
"Wah, Jeff.. Memang sih, Jeff ini good looking, gue tahu kok." timpal Hendery, "Tapi lo harus hati-hati sama cowok kayak Jeff."
Jeff memandangi Hendery dengan sinis. "Jangan aneh-aneh, Dery.."
Dery mengangkat kedua jarinya melakukan sumpah. "Serius, demi Mama gue.. Jeff sudah memutuskan dua wanita di bulan yang sama."
"Oh shit.." umpat Tara yang kini malah tertawa.
"Kenapa lo harus mengatakan hal ini semua, Dery?"
"Ya, barangkali Haru juga harus jaga-jaga dari lo, Jeff!" balas Hendery blak-blakan.
Haru menutup mulutnya dan berkata. "Apa Hendery selalu sejujur ini?"
"Untuk soal aib orang? Ya." balas Jeff kesal.
Haru hanya menggeleng saja, melihat pertemanan erat Jeff dengan kawan-kawannya. Ia hanya memiliki dua sahabat sejak SMA yang tidak pernah putus komunikasi. Dengan Anjana, dan Ishana.
Keduanya adalah teman yang tahu baik buruknya seorang Haru. Haru can't stay alone and calmless with them. Seperti kata Haru, teman akhlakless lebih dibutuhkan untuk kehidupannya yang terlalu serius kadang-kadang.
Sayangnya obrolan hangat itu harus terhenti kembali karena panggilan untuk Kereta Api Mutiara Timur Siang yang akan Haru naiki. Semua teman-teman Jeff kini berusaha membuat Haru nyaman diantara mereka berlima. Tapi di samping itu, hanya Jeff yang terus menerus membuatnya berpikir sesuatu hal yang kelihatannya tidak mungkin akan menjadi mungkin.
"Well, satu gerbong dan tempat duduk kita pun akhirnya sama lagi." keluh Tara, "Tapi bedanya, Jeff harusnya sekarang duduk sama Hendery dan Johnny yang duduk sama Haru."
"Itu harusnya jadi keputusan Haru mau duduk sama siapa." timpal Hendery.
Jeff benar-benar sudah kesal, ia tidak akan pernah ikut berkomentar, tapi Haru sudah mengangkat ranselnya ke atas bagasi.
"Kalian.. Sengaja bikin Jeff kesal, ya?" ujar Haru pada keempat teman-temannya itu.
Hendery yang pertama tertawa, lalu disusul oleh Jeno.
"Buset, Haru lo polos banget. Wah, emang nih, pas banget tipe-tipenya Jeff!" jawab Hendery.
Jeff melemparkan tissue bekas pada wajah Hendery dengan kesal. "Just shut up!"
"Tell me, Jeff.. You're really okay with Haru? Last night and right now?" tanya Johnny serius.
Jeff mengangguk dengan pasti. "Of course, basically banyak yang harus gue bicarakan dengan Haru."
Suara riuh dan teriakan girang keempat teman Jeff cukup memalukan. Seluruh penumpang kereta kini melihat mereka, dan membuatnya menjadi atensi fokus.
Haru menutup wajahnya dan dengan cepat ia mengambil tempat duduknya.
"God!" keluh Jeff, "Lo semua norak, Haru malu nih!" adunya.
"Lo kali yang malu! Bukan Haru!" timpal Jeno.
Haru tertawa sekali lagi, ada apa dengan semua teman-teman Jeff ini?
Berusaha agar tidak memperhatikan apa yang Jeff lakukan, Haru fokus membuka ponselnya dan membalas grup keluarga yang tengah meracau menunggu kedatangan Haru agar datang lebih cepat.
Calista, saudara sepupunya terus merengek bahwa malam ini ada bachelor party para wanita, dan Haru tidak boleh absen dalam party itu.
Ia melihat dress yang sudah Calista pilihkan, seluruhnya dress berwarna merah yang sangat menonjolkan kesan berani, hanya saja beberapa modelnya berbeda.
"I like this one," tunjuk Jeff pada ponsel Haru.
Haru mengangkat wajahnya dan melihat wajah Jeff. Jeff baru saja menunjuk dress merah dengan kerah sabrina. Haru tahu model apa yang akan dipakai jika ia memakai pilihan yang Jeff tunjuk. Bahunya akan terpampang dengan sempurna, apa lagi jika Haru membuat rambutnya menjadi satu gulungan besar layaknya bun.
"Oh, ya?" pancing Haru pada Jeff.
Jeff mengangguk dan duduk disisinya. "Ya, dress code untuk apa?"
"Bachelor party."
"At beach?"
"Ya," balas Haru senang.
"I guess, this is a beautiful dress." kata Jeff sekali lagi.
Haru menggigit bibirnya terlihat sedang berpikir. "Jadi, menurut kamu aku harus pilih ini?"
Kereta baru saja jalan ketika Jeff dan Haru memulai percakapan lagi. "Ya, kecuali kalau kamu suka dengan pilihan aku."
"Sayangnya kamu nggak ada dan nggak akan melihat aku pakai dress ini, kan?" tanya Haru jujur.
Jeff mengulum senyumnya dan menyugarkan rambutnya. "Just give your number?"
"What?"
"Your number please, Madam." bisik Jeff di telinga Haru.
Well, ini sudah masuk ke dalam tahap saling menggoda? Haru pikir iya. Karena sejak tadi, entah kenapa apa yang Jeff lakukan padanya terasa...
"Haru," panggil Jeff kembali.
Dan ya, Jeff tidak sabaran.
"Okay," kata Haru sambil menghela napasnya, "Give me your phone. I will text my phone number,"
"Sangat mandiri," puji Jeff.
Jeff mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeansnya. Haru melihatnya sendiri, dengan pin ponsel 1402, Haru jadi ingin tahu apa arti dari angka tersebut.
"Bisa-bisanya kamu membuka password ponsel kamu sendiri di hadapan orang lain, Jeff." kata Haru.
"Memang kamu akan mencuri ponsel aku?" tanya Jeff dengan wajah menggoda Haru.
"Nggak sih, tapi aku yakin orang bisa aja berlaku jahat dengan ponsel kamu."
"Nggak ada orang jahat, Haru.."
"Ada Jeff, kamu nya aja yang nggak tahu." balas Haru dengan gemas.
Haru mengetikkan nomor ponselnya pada ponsel Jeff. Setelah menyimpan kontaknya dengan baik, Haru mengembalikan ponselnya pada Jeff.
"Haruka Tamara Alatas," gumam Jeff membaca nama lengkap Haru.
"Ya, this is my name."
"I like it," kata Jeff.
"Thank you, my Mom give my birth name Haruka Tamara Silaitayana not with Alatas."
Jeff mengernyitkan keningnya bingung. "Dan kenapa kamu menghilangkan nama Silai-yana? Oh, I'm sorry your name.."
"Susah ya? Itu makanya, aku selalu memperkenalkan diri sebagai Haruka Tamara Alatas, bukan Haruka Tamara Silaitayana Alatas."
"Dan aku tebak, Alatas adalah nama Ayahmu?" kata Jeff kali ini.
Haru mengangguk dengan senyuman. "Ya, kamu benar Jeff.."
"Alatas.. Sangat familiar," gumam Jeff sambil memandangi pemandangan di luar jendela.
Haru pun melakukan hal yang sama. Di depan matanya kini, terdapat hamparan sawah hijau yang luas dan kebun tebu yang indah.
"Beneran, aku nggak menyesal ambil jalur darat." Haru terpukau dengan apa yang ia lihat.
"Aku juga," gumam Jeff yang kini matanya menatap wajah Haru.
Haru menolehkan wajahnya dengan gerakan cepat hingga terkejut bahwa wajah Jeff sudah berada di jarak yang begitu dekat sehingga membuat hidung Haru dengan hidung Jeff saling bersentuhan.
"Jeff.. What are you doing?" tanya Haru terkejut.
Jeff tersenyum dan menampilkan lesung pipinya, Haru rasa Jeff melakukan itu semua demi menarik perhatian setiap gadis yang menatapnya. Apa itu senjata yang Jeff miliki?
"Staring at you."
Haru berdeham guna meredakan rasa gugup yang ia rasakan. Gila, batinnya. Jeff itu seperti senjata yang terus menerus menerkamnya. Hatinya tetap berkata bahwa ia harus hati-hati pada Jeff. Tapi kenapa, Jeff seolah membawa hal-hal menyenangkan yang Haru rasakan.
Haru tidak pernah sebegini hebatnya merasakan cinta pandangan pertama. Ini salah, pikirnya. Haru tidak boleh berlebihan seperti ini dalam menilai Jeff.
"Hmm, Jeff." kata Haru sambil memundurkan wajahnya.
"Hm?" balas Jeff tidak mau kalah terus menerus menggoda Haru.
"I need a space." bisik Haru.
Jeff tersenyum penuh arti dan tetap menatap Haru. "Oh, aku terlalu menyempitkan kamu?"
"Hah?" tanya Haru tidak mengerti. "Oh, nggak, tapi baiknya kita—"
"Can we be friend?" tawar Jeff.
"Friend?"
"Ya, teman. Aku menawarkan suatu hubungan bernama teman pada kamu. Apa kamu keberatan?" tanya Jeff kali ini.
Haru lagi-lagi menelisik wajah Jeff yang terlihat serius. Ia tahu, Jeff mungkin memang memiliki niat baik padanya.
"Boleh," jawab Haru tanpa keberatan.
Jeff tersenyum tulus dan menggenggam tangan Haru. "Thanks,"
Haru mengangguk dan menatap kedua tangan Jeff yang sedang menggenggam tangannya. "Apa teman boleh seperti ini?"
"Like what?"
Haru mengarahkan kedua bola matanya pada tangannya. Lalu Jeff lagi-lagi terkekeh pelan. "Nggak tahu kenapa, aku nggak mau melepaskan tangan kamu. Gimana dong?"
Ah, menggoda lagi. "Hm, harus kamu lepas sih." balas Haru tidak mau kalah.
"Kenapa?"
Bertanya? Aneh. "Karena tujuan aku ke Bali, dan aku tidak tahu tujuan kamu. Kita hanya akan bertemu sampai di sini, di perjalanan saja."
"Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Jeff.
"Ya," jawab Haru cepat.
Jeff menggeleng dengan wajah tidak yakin. "Kalau kita bertemu lagi, kamu mau apa?"
"Apa? Memang aku harus bagaimana?"
"Bukannya aku yang bertanya? Kamu bilang, kita berdua tidak akan bertemu lagi, hanya dalam perjalanan ini saja. Tapi, jika diluar perjalanan ini kita bertemu kembali, apa yang akan kamu lakukan?"
"Menyapa kamu," jawab Haru jujur dan penuh kepolosan.
Jeff terkekeh lagi, ia merasa terhibur dengan kepolosan Haru. "Oh, ya?"
"Ya, aku akan menyapa kamu dan kita berdua akan saling sapa dengan mengatakan, hei kamu kan yang satu seat denganku di kereta."
Lagi-lagi Haru tersenyum kepada Jeff. Sepertinya, kalau dinilai-nilai Jeff ini piawai bersikap kepada perempuan. Ayolah, Haru bukan cewek bodoh kok, dia ngerti mana cowok yang sekali tangkap main andil dalam hubungan dan mana cowok yang persuasif mendorong jauh perempuan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dan sepertinya, Jeff memiliki poin penting dalam keberanian ini. Ya, apa lagi kalau bukan keberanian.
Haru tahu, bagi sebagian orang, Haru adalah challenge bagi mereka. Terutama, karena orang-orang, dan pria-pria menganggap bahwa Haru mempunyai culture yang berbeda. Seakan-akan, culture tersebut akan bertabrakan jika kita mencobanya. Padahal, Haru adalah Haru, separah apa pun, Haru akan mengakuinya. Seperti saat ini, bahwa perkenalannya dengan Jeff, sangat lah luar biasa. Haruskah Haru menganggapnya sebagai peluang?
***
a/n:
Run Haruka run!!!! Ada buaya!!!
Buaya zaman sekarang mepetnya di kereta!
Halu dulu aja, lagi holiday perjalanan jauh ketemu yang modelan Jaehyun. Mau dikekepin🤣🤣, aku tidak akan melepaskan kesempatan wkwkwk.
p.s: kalau ada typo tolong kasih tanda ya:)
Kamis, 26 Januari 2023.
Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro