Ishana, Anjana dan Haruka itu berteman sejak di bangku SMA. Dari kedua temannya yang selalu membantu Ishana, Ishana tergolong paling mengkhawatirkan karena ia hanya lah yatim piatu yang mendapatkan kasih sayang dari kedua sahabatnya Anjana dan Haru.
Ishana selalu bertanya, kenapa kehidupan Anjana dan Haru begitu sempurna? Sehingga semua orang bahkan menginginkan kehidupan bahagia, keluarga harmonis yang menyayangi kamu, sementara Ishana tidak memilikinya.
Dari yang Ishana lihat, Anjana memiliki kekasih yang luar biasa, pembalap Moto-GP yang dielu-elukan satu Indonesia, pantas saja Anjana banyak mendapatkan haters akhir-akhir ini karena seorang pria hebat seperti Marshall pun bisa Anjana miliki. Ishana merasa iri, ia bahkan belum pernah memiliki seseorang dalam hidupnya.
Lalu, sahabat lainnya Haru yang sangat beruntung, kekasihnya seorang dokter begitu mencintai Haru dan menyayangi Haru bagaikan Haru adalah sebuah harta yang harus dimiliki. Kenapa orang-orang disekitar Ishana selalu memiliki nasib yang baik dibandingkan dirinya?
Kala itu, pertemuan dia dengan kekasih Haru atas dasar membantu sahabatnya. Haru ingin memberikan kejutan yang berbeda dengan merayakan ulang tahun kekasihnya di cafe dimana Ishana bekerja sebagai barista.
Namanya Jeffryand Pramudya. Jika dibandingkan dengan kekasih Anjana, Marshall yang sangat terkenal itu, Jeff ini tipikal laki-laki yang sangat sopan, humble, dan bahkan tergolong baik kepada Ishana yang notabenenya sahabat Haru.
Jeff tidak pernah membandingkan dirinya, apa dia teman Haru atau bukan, bahkan sikap Jeff saat pertama kali bertemu pun sangat membuat Ishana terkejut. Perangainya yang tampan mampu membuat semua wanita menyukainya, oh jelas pikir Ishana, Haru sahabatnya memang sangat cantik, dibandingkan dirinya ia tidak akan pernah bisa mendapatkan Jeffryand Pramudya seorang dokter bedah anak.
Romantisnya Haru dan Jeff itu benar-benar membuat Ishana iri. Ia menginginkan Jeff, atau pria lain seperti Jeff menjadi kekasihnya juga. Apa ia bisa? Bagaimana bisa Haru mendapatkan tipe ideal yang Ishana inginkan?
Jeff sangat gentle, bahkan pria itu yang mengajak Ishana berbicara lebih dulu dan penasaran akan pekerjaan yang Ishana miliki sebagai barista. Pria itu cukup menyukai kopi, apa pun atensinya, Jeff selalu meminta diajarkan agar bisa menjadi seorang barista seperti Ishana.
"Lo tahu kan, pekerjaan lo sebagai barista ini keren banget." puji Jeff kepadanya.
Demi hati yang meleleh atas pujian itu, Ishana tersenyum santai. "Mau pindah profesi dari dokter jadi barista?" tawar Ishana.
"Boleh memang?"
"Boleh lah, siapa bilang nggak boleh? By the way, kenapa nih tumben ke cafe sini sendirian? Haru mana?"
"Haru ada syuting mendadak, jadi gue ditinggal sendiri."
"Ah, pasti Haru sibuk banget ya?"
Jeff mengangguk. "Banget, tapi ya.. Nggak apa-apa lah, namanya aja kudu saling ngerti, gue juga kadang-kadang ninggalin dia kalau ada pasien emergency."
"I see, sudah berapa lama lo sama Haru? Tiga tahun ada?"
"Ada deh, kayaknya." ujar Jeff sambil tersenyum.
Pada saat itu juga Ishana menyadari satu hal, ia menyukai kekasih sahabatnya sendiri Jeffryand Pramudya yang sempurna tanpa cela. Bagaimana bisa Haru mendapatkannya?
"Belum ada niat lanjut ke jenjang serius?" tanya Ishana.
"Uhm, sahabat lo belum siap. Haruka sangat mencintai karirnya, Ishana."
Oh, Ishana hanya fokus bagaimana pria itu memanggil namanya dengan gentle. "Lo, unpredictable banget deh,"
"Maksud lo?" tanya Jeff bingung.
"Ya lo, ternyata lo humble pakai banget. Dari mantan-mantan Haru sebelumnya, gue nggak pernah akur sama pacar dia. Tapi sama lo, kok bisa kita ngobrol sepanjang ini?"
Jeff terkekeh pelan mendengarnya. "Nggak tahu juga kenapa ya, mungkin karena lo humble juga? By the way, Haruka punya berapa mantan, Sha?"
"Uhm, lima maybe? Gue lupa, Jeff.. Kenapa nggak lo tanya aja sama Haru, sih?"
"Kata Haruka, kalau bahas mantan nanti jadi bikin gue emosi. Jadi, dia nggak pernah berani ceritain mantan-mantan dia, tapi.. Cukup banyak juga ya ternyata."
Ishana mengangguk setuju. "Jangan lupa kalau pacar lo itu cantiknya kebangetan, dari SMA aja dia udah jadi primadona, paripurna banget."
"Mm-hm, sampai sekarang saingan gue banyak, bahkan bertambah. Herannya punya pacar kayak Haru tuh bikin gue senang, khawatir, takut. Ah, pokoknya kayak roller coaster deh."
Ishana hanya menanggapinya dengan senyuman, dalam hatinya ia bertanya sendiri bagaimana rasanya dibanggakan oleh kekasih sendiri? Haru benar-benar beruntung.
Semakin banyak Ishana memikirkan keberuntungan Haru, maka semakin banyak juga Ishana memikirkan Jeff dan mendambakan pria itu. Hebat, Jeff bisa mempengaruhi pikirannya dalam waktu yang singkat, karena awalnya Ishana tidak ada niat buruk kepada sahabatnya, tapi Ishana benar-benar menanamkan definisi dimana dia tidak akan masuk jika pintu tidak terbuka.
Dan Jeff.. se-welcome itu kepadanya.
Jeff jadi lebih sering datang ke cafe hanya untuk sekedar ngopi, nongkrong, menghabiskan waktu bersama rekannya, dan jika Haru sibuk itu pun. Karena jika Haru ada bersamanya, pria itu tidak akan datang ke cafe.
Anehnya, Jeff semakin baik saja kepadanya. Ishana berani meminta kontak Jeff kepada Haru, dengan alasan bahwa Jeff ingin belajar membuat kopi dengannya.
Tapi itu memang benar adanya, Jeff belajar menjadi barista beberapa kali dalam satu bulan, Ishana mengajarinya dan mereka berubah menjadi dekat hingga pada akhirnya, Jeff mengeluh tentang ketidak beradaan Haru di sisinya.
Pria itu sepertinya pesimis, mendapatkan perempuan sehebat Haru, untuk ukuran dokter bedah anak seperti Jeff pun merasa malu dan tidak percaya diri memiliki Haru, hal itu berhasil membuat Jeff tertekan dan Ishana selalu ada untuk pria itu. Menerima keluhan Jeff, curhatan Jeff, sedihnya Jeff. Hingga akhirnya pemikiran Jeff berkembang dan Jeff mengatakan bahwa Ishana lebih baik daripada Haruka Alatas seorang celebrity chef.
Kepercayaan Ishana meningkat, dan ia percaya bahwa Jeff bisa menjadi miliknya. Dan begitu pun dengan dirinya yang bisa dimiliki oleh Jeff.
Untuk semua waktunya yang berharga, Ishana memberikannya kepada pria itu.
*
"Gue nggak akan minta maaf untuk kesalahan yang nggak gue buat, Haruka. Apa mencintai seseorang itu menjadi sebuah kejahatan?"
Ishana dengan berani melayangkan pertanyaan itu kepada Haru. Jeff sudah memandangnya sejak tadi dengan raut wajah kesal, bagaimana tidak kesal? Bukan ini yang Jeff harapkan.
"Lo nggak salah, gue nggak salah. Nggak ada yang salah, stop memusingkan keadaan." kata Haru dengan tenang. "Gue udah nggak apa-apa, I am really fine with this struggle. Entah itu lo ataupun Jeff, gue sudah biasa menerimanya."
Ishana tersenyum dengan tenang lantas memandang Jeff sekarang. "Kayaknya Haru memang sudah nggak cinta lagi sama kamu, Jeff. Kamu dengar? Jawaban dia terdengar sangat hopeless."
Jeff mengerang kesal, di ruang rawat inap Haru, hanya mereka bertiga yang tersisa dengan emosional Haru yang tidak bisa Jeff tebak sama sekali.
"Haruka, aku minta kamu—"
"Apa sih, Jeff?" potong Haru jengah, serius Haru sudah muak dengan keadaan yang dia rasakan sejak kemarin. "Aku nggak mempermasalahkan lagi, kalian berdua benar-benar membuat aku jengah saja!"
"Ishana, you better explain to Haruka." tegas Jeff kepada Ishana.
Ishana menyunggingkan senyuman miringnya. "Aku bisa apa kalau Haruka sudah nggak mau sama kamu, Jeff? Jangan terus menerus menyalahkan aku, perselingkuhan itu ada karena kita berdua. Bukan hanya aku saja."
"Itu benar," timpal Haru setuju. "Sekarang, lebih baik lo berdua keluar dari ruangan gue, thanks kepada Ishana yang sudah berani menyuarakan isi hati lo. Jeff beruntung karena dicintai oleh lo."
"Haruka!" teriak Jeff tidak terima.
Haru menghiraukannya, ia tidak peduli jika Jeff akan marah lagi kepadanya. "Gue sudah selesai dua tahun yang lalu, lo tahu, kan? Gue memaafkan lo berdua. Seriously, sekarang gue minta leave me alone.. Jeff juga harus kerja, lo pun mungkin kalau masih ada urusan sama Jeff silakan keluar." usir Haru baik-baik.
Haru lantas bangkit dari ranjang dan mengambil tiang infusnya. "Gue mau jalan-jalan, sumpek, dengar drama lo berdua yang nggak kelar-kelar."
Jeff berjalan cepat menghadang tubuh Haru. "Bisa kita selesaikan ini semua? Aku nggak cinta sama Ishana, Haruka."
"I DON'T REALLY CARE!!!" teriak Haru murka kali ini. "Please, get out! Muak gue, udah cukup ya.. Cukup, berhenti buat gue pusing!"
"Haru, lo nggak seharusnya marah sama Jeff." interupsi Ishana kini.
Haru mengangkat alisnya dan mendorong tubuh Jeff agar menyingkir dari hadapannya. "Kenapa? Nggak terima cowok yang lo cintai gue marahi?"
"Haruka, please!" pinta Jeff kali ini.
Haru menggeleng tegas. "Kalian berdua sangat kekanak-kanakan, udah ya.. Gue mohon, berhenti."
Lalu Haru pergi meninggalkan Jeff dan Ishana di ruangannya. Ia melihat Bian yang tengah menunggu dengan wajah gusar, hebatnya Haru memberikan respon tenang dan tersenyum kepada Bian.
Bian tahu, kesabaran kakaknya sudah habis sekarang. Dan usahanya mungkin tidak akan bernilai lagi di mata Haru jika dia terus membantu Jeff.
Sebenarnya, bukan hanya keinginannya saja, tapi Bian juga masih memiliki belas kasih untuk tetap membantu Jeff. Itu kenapa, dia berusaha membantu Jeff sebisa mungkin, tapi jika Haru memang sudah memutuskan, Bian bisa apa? Lagipula kakaknya terlihat tertekan, ya sudahlah.
"Yuk, temani gue ke taman." ajak Haru.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Bian khawatir.
Haru mengangguk antusias. "Gue nggak apa-apa, yuk pergi, ke kantin atau nggak taman gitu, gue sumpek di kamar terus."
Lalu pandangan mata Bian bertemu dengan sorot lelah kedua mata Jeff yang tengah memandang punggung Haru.
"Apa perlu gue tonjok dia?" tanya Bian menawarkan diri untuk mengurangi rasa sakit kakaknya.
Haru ikut menoleh, melihat wajah Jeff yang tengah menatapnya dengan frustrasi. Amarah pria itu pasti sedang berkumpul dan siap meledak kapan saja.
"Nggak usah, you better stop. Gue minta jangan berurusan lagi sama dia, bisa?" pinta Haru kini.
Bian menarik napasnya dan mengangguk. "Okay, kita pergi. Selesai ya? Jangan mau jadi cewek bodoh yang terus menanggapi drama konyol ini. Lo berhak mendapatkan hubungan yang sehat."
Haru mengangguk setuju. "That's what I mean. Lo pintar banget."
"Yuk,"
Bian dan Haru akhirnya pergi, Jeff hanya bisa memandangi kepergian Haru dan Bian dengan gamang. Sementara pelaku egoisnya, tengah menatap punggung lebar Jeff dengan sendu. Entah kenapa keinginannya memiliki Jeff semakin besar saja.
"Kamu orang paling egois yang pernah aku temui, Ishana." balas Jeff kala melihat Ishana melewatinya.
Ishana menghentikan langkah kakinya dan memutarkan tubuhnya memandang Jeff. "Bukannya kita berdua memang sudah egois?"
"Kamu tahu aku mencintai Haruka, Ishana."
"Dan sayangnya kamu dan aku menyakiti dia. Begitu? Maksud kamu?"
Jeff mengepalkan kedua tangannya kesal. "Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan aku, Ishana."
"Kalau begitu.." ujar Ishana dengan tenang. "Kita buat adil, aku tidak bisa bersama kamu, maka kamu pun tidak bisa bersama Haru. Bagaimana?"
"Konyol!"
"Aku suka ide itu,"
"Jangan gila karena aku, Ishana. Kamu tahu aku tidak sebaik yang kamu kira."
Ishana tertawa jengah. "Memang, tapi aku lebih nggak rela lihat kamu dan Haru bahagia bersama."
Jeff pergi meninggalkan Ishana sendirian, benar-benar pergi. Setelah ini, Jeff akan memastikan semua koneksi yang berhubungan dengan Ishana akan tertutup. Dan terlebih, bantuan yang sudah Jeff berikan kepada Ishana akan ia bekukan.
Jeff benar-benar harus bersikap jahat karena wanita gila seperti Ishana.
*
Haru benar-benar menikmati hari terakhirnya di rumah sakit bersama Bian adiknya, hingga tidak tersadar ia sudah menjadi bahan perhatian oleh orang-orang sekitar. Terkadang Haru tuh lupa kalau dia itu celebrity berkedok chef, jadi ya apa boleh buat? Ketika semua orang di rumah sakit menatap Haru dengan kagum atau tidak mereka menyemangati Haru agar cepat sembuh.
Itu lebih baik pikirnya, daripada ia mendengarkan ocehan Jeff dan Ishana yang tidak kelar-kelar. Haru jadi kehilangan respect beneran sama Jeff, gila pikirnya, Jeff seakan mencintai ego dan obsesinya sendiri. Membuang Ishana seenaknya, mengkhianati dirinya tanpa berpikir dua kali, barangkali Jeff memang perlu Haru jauhi deh kayaknya.
Lama-lama toxic relationship itu nggak terjadi pada setiap pasangan saja. Buktinya, Jeff itu terkesan toxic pada dirinya sendiri. Haru malah tidak mengerti, sebenarnya apa yang Jeff rasakan kepadanya itu sebagian dari rasa bersalah atau memang obsesinya yang ingin memiliki dirinya?
Bukan Haru kepedean, tapi Haru mencoba berpikir rasional sekarang ini. Mana ada wanita yang baik-baik saja ketika tahu, pria yang masih dia cintai ternyata dicintai oleh wanita lain? Lebih baik Haru mengalah dan memberikan Jeff kepada Ishana. Jika dilihat juga, cintanya Ishana ini lebih besar daripada cinta yang Haru miliki kepada Jeff.
Ah ya sudah lah ya, ini waktunya move on. Haru juga nggak mau berlarut-larut dalam keadaan konyol seperti ini. Kesannya, Jeff kayak direbutin sama dua cewek aja, najis deh..
"Gimana? Dah tenang?" kata Bian kepada Haru.
Haru mengangguk, melingkarkan tangannya diseputar lengan Bian. "I wonder how many times we can forgive someone.. Just because we don't want to lose them."
"Easily, sebenarnya lo dan Bang Jeff bisa aja bersatu, tapi ya.. Butuh waktu aja kali ya, sekarang lo tata aja dulu hidup lo, Ishana juga kelihatannya punya dendam sama lo, Kak."
Haru mengangguk setuju. "Iya, kayaknya gue pernah berlaku jahat sama dia, sampai nggak sadar apa kesalahan yang pernah gue buat."
"Lo terlalu baik, Kak. Serius."
Haru tertawa mendengarnya, ini pujian paling baik yang pernah Haru dengar. "Lo tumben banget manis sama gue?"
"Karena gue merasa... gue sama lo itu pintar, Kak."
"What?!"
"Pintar bermain peran." tambah Bian lagi dengan senyuman kecut.
"Ah... ternyata lo lagi galau," timpal Haru mengerti.
Bian terkekeh pelan. "Tentang lo dan Bang Jeff, atau gue dengan Aika. Nggak ada yang tahu akhirnya. Aika tuh mirip banget kayak lo, keras kepala dan nggak pernah mau dikasihani. Padahal, yang gue tunjukkan sama dia selama ini tuh rasa sayang, dasar si bodoh."
"Usaha lo berarti harus lebih kencang agar dia mengerti."
"Sama kayak Bang Jeff yang harus mengusahakan lo, begitu? Mau sejauh apa lo uji cinta Bang Jeff?"
"Sampai dia sadar kalau cinta nggak seremeh itu buat dia permainkan."
"Kayaknya Bang Jeff udah kena batunya tuh."
"Dua tahun introspeksi, kayaknya masih kurang." balas Haru sebal. "Tapi semalam, dia gila sampai bikin gue... eh, lo kan lihat gue cipokan sama dia!" sewot Haru kepada Bian.
Bian berdecak malas mendengarnya. "Keenakan kali lo, udah lama nggak selepat selepet gitu, untung aja Dada nggak ada."
"Kalau ada kenapa?" tanya Haru bodoh.
"Ya lo langsung dikawinin lah, Kak. Heran banget gue sama otak minimalis lo."
"Sialan!"
"Ya udah deh, healing... butuh waktu sendirian berapa lama? Gue nggak yakin Bang Jeff bakal diam aja, pasti dia bakal ganggu lo."
"As you see, Bian. Gue kayaknya harus kabur deh."
"Kemana?"
"Kabur yang jauh aja pokoknya dari Jeff, biar gue dan Jeff bisa saling memahami betapa pentingnya jarak dan kepercayaan? Entahlah, kenapa gue terdengar seperti memberikan kesempatan sama dia."
"You did, stupid. Semalam lo menerima ciuman Bang Jeff, itu artinya lo terima dia." omel Bian kesal. "Hm, dan akan selalu terima dia kayaknya." katanya lagi dengan anggukan yang menandakan kecurigaan untuk selanjutnya.
Haru menggeleng tak pasti, dia pun mendambakan masa depan yang lebih bebas dan tidak ada lagi Jeff di dalamnya. "Belum tentu."
***
a/n:
Aku lagi baik dan lagi rajin.
Selamat hari Senin teman-teman! Martha nanti malam updatenya ya! Ini curi-curi waktu di kala senggang tahu, takut dikata update sebulan sekali lagi hahahahah.
Tapi sori, memang iya lho... wkwkwk
Senin, 22 Mei 2023.
Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro