Kotak
Kolaborasi: Jiesea galerijiesea (Fantasi) - Jede Fuseliar (HTM)
* * *
Zejaf mendengkus kesal, sebab ia harus berangkat terlalu pagi untuk ke sekolah. Ini karena papanya ada kerjaan mendadak, yang mana membuat gadis tersebut terpaksa ikut beranjak dari rumah. Kalau tidak, dirinya tak akan berniat.
Menggendong tas teramat berat dengan isi buku, bekal makanan dan alat tulis lainnya membuat raut wajahnya menjadi lesu. Hari ini mata pelajaran memang lebih banyak dibandingkan jadwal pada hari lainnya. Terlihat jam masih belum menunjukkan pukul 6 pagi. Jangankan kelas atau koridor, lapangan dan gerbang masuk aja belum terlihat keramaian siswa.
Zejaf tak ingin menyia-nyiakan sedikit waktu. Gadis itu bergegas menuju ruang kelasnya yang berada di lantai tiga untuk tidur. Anak tangga terakhir sudah dilewati. Kini ia menempelkan telapak tangannya ke dinding, menyeretnya dan membawanya sembari berjalan tanpa semangat melewati koridor.
"Sial, mata ini tidak bisa dibuka," desis Zejaf sambil menghentikan langkah guna mengucek kedua netranya.
Tanpa sengaja, Zejaf merasakan sebuah jejak asing berwujud cahaya masuk ke dalam kelasnya. Hal ini dapat ia lihat melalui matanya yang begitu unik. Sebelum gadis itu sampai di pintu, ia sempat melihat seorang gadis asing dari jendela. Sungguh aneh. Dia bukan sekelas yang sama dengan Zejaf. Namun, mengapa dia masuk ke kelas dan meletakkan sebuah kotak di kolong meja ketua kelas.
"Oh, tidak. Gadis aneh itu akan keluar." Zejaf segera mempersiapkan diri untuk berkamuflase dengan dinding di sebelahnya.
Sebuah mantra sihir terucap dari bibirnya, seketika tubuhnya menjadi tak kasat mata. Zejaf memeluk erat dinding seakan-akan ia menempel. Seusai gadis asing tersebut berlari meninggalkan kelas, Zejaf penuh penasaran dan tanda tanya tentang sebuah kotak yang terletak di kolong meja ketua kelas sang anak ambis itu.
Zejaf segera merogoh kolong meja, ekspresinya langsung berubah saat mendapati kotak tersebut tidak ada di dalamnya. "Hah, serius? Tadi aku benar melihatnya."
"Apa yang Kau lakukan di mejaku?" tanya seseorang dengan tubuh tinggi, tampan, memakai kaca mata dan aura wibawa serba rapi.
Zejaf terkejut bukan main. Kini lengan gadis itu sempat terpental dari kolong meja. Bahkan ia mundur beberapa langkah dari pemuda tersebut. Saat itu pula Zejaf menggaruk rambut di kepalanya yang tidak gatal dengan alasan mencari kalimat tepat untuk memberi tahu soal tadi.
"Gehan, ada sesuatu yang diletakkan di kolong mejamu. Aku melihatnya sendiri dan itu terasa aneh."
"Kebanyakan tidur, makannya suka berkhayal," ucap Gehan begitu membuat Zejaf kesal. Karena anak lelaki ambis itu memang jarang mempercayai seseorang.
Zejaf kembali datang saat pagi buta seperti kemarin. Ia ingin memastikan apakah yang ia lihat kemarin benar atau tidak. Menariknya ia melihat lagi sosok gadis asing itu. Seperti kemarin gadis itu masuk melalui jendela kelas dan menuju meja Gehan. Gadis itu kembali meletakkan sebuah kotak di laci meja Gehan.
Tanpa berpikir panjang Zejaf membuka pintu kelas dan langsung menatap ke arah si gadis aneh.
"Hoi, siapa kamu?!" tanya Zejaf dengan nada tinggi, sedikit menggertak.
Gadis itu mengangkat wajah dengan wajah marah.
"Ada saksi mata. Saksi mata harus mati," ucap gadis itu.
Seketika rambut panjang gadis itu menjulur sangat panjang seperti tentakel. Rambut-rambut hitam itu menyatu membentuk seperti bilah pedang. Berusaha menyerang Zejaf. Tentu saja si protagonis buru-buru menutup pintu kelas dan lari sekencang-kencangnya.
Gadis dengan sihir rambut itu kemudian menghancurkan pintu kelas. Lalu mengejar Zejaf tanpa ampun. Zejaf berlari menyusuri lorong sambil menghindari semua serangan pedang rambut yang berusaha melukainya. Hingga sampai di tangga, Zejaf lompat turun ke lantai dasar. Ia sempat merapal sihir angin untuk menahan tubuhnya. Begitu menapakkan kaki di lantai, Zejaf cepat-cepat lari menuju pintu gerbang sekolah.
Gadis gila itu masih terus mengejar dan sihir rambut yang berbahaya itu juga masih berusaha membunuh Zejaf. Dengan napas tersengal-sengal Zejaf berhasil keluar gedung sekolah dan masih berlari menuju gerbang. Sayangnya tidak ada murid yang terlihat di sekitar gerbang. Tapi secercah harapan muncul saat seorang guru laki-laki baru saja datang dan melewati gerbang sekolah.
"Pak guru! Tolong aku!" teriak Zejaf keras-keras.
Beruntung sekali sang guru mendengar teriakkan Zejaf. Meskipun agak kaget melihat muridnya di kejar penyihir aneh yang menggunakan sihir rambut, sang guru memutuskan untuk membantu. Zejaf langsung bersembunyi di balik tubuh sang guru.
Melihat situasi itu, sang penyihir rambut semakin marah. Bahkan ia berusaha menjadi monster rambut dengan 12 tentakel rambut.
Sang guru hanya bisa menghela napas. Tiba-tiba sang guru mengeluarkan payung dan membuka payung itu. Tidak lupa mengangkat payungnya seperti saat hujan turun. Sedetik kemudian hujan turun. Si monster terdiam sejenak, kaget karena hujan tiba-tiba muncul. Fokus monster itu kembali kepada Zejaf dan sang guru. Zejaf yang masih ketakutan masih bersembunyi di balik sang guru.
Monster itu mulai menyerang menggunakan seluruh tentakelnya ke arah sang guru. Tapi belum sampai serangan ke lawannya, sebuah petir menyambar monster itu. Petir itu sangat keras sampai-sampai Zejaf harus menutup telinga. Setelah petir menyambar, hujan tiba-tiba berhenti. Saat Zejaf melirik ke arah Monster yang mengejarnya. Monster itu sudah menjadi abu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro