Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9 - Just Kidding

Kana tidak setuju dengan ide Hikaru karena dia tahu betapa liciknya Shin. Mustahil Shin tidak mengetahui tentang adik Hikaru sebelum menculiknya. Bisa-bisa keberadaan adik Hikaru akan memperparah situasi keluarga Akazawa jika rencana kaburnya ketahuan.

Kau jadi naif, ya, Hikaru? Kau terlalu banyak maunya, padahal kau baru mengenal mereka kemarin dan bukannya dia bukan adik kandungmu?

Dada Hikaru terasa mencelus mendengarnya. Dia memang sadar diri, tapi Kana sudah keterlaluan. "Terus, kau apa? Bukan kakak kandungku, kan? Tsukasa dan yang lain juga bukan saudara kandungku. Apa salahnya aku ingin selalu bersama orang yang peduli denganku? Kau juga banyak maunya dan menyebalkan, padahal aku sudah bersedia membantumu."

Meski hanya sebuah teks, Hikaru bisa merasakan bahwa Kana mulai menyebalkan sejak datang ke sana. Hikaru ingin marah, tetapi ia menahan amarah tersebut dengan mengepalkan tangan sekuat-kuatnya karena bukan hal baik jika Kana terluka lagi.

Shiki yang berada di tengah-tengah mereka segera melerai adu mulut mereka. "Sudah, sudah. Kana, kau juga jangan keterlaluan begitu. Kenapa kau nggak bisa jujur pada dirimu sendiri, sih?" Setelah Kana tidak berbicara lagi, Shiki mengalihkan pandangan ke Hikaru. "Hikaru, ini memang sulit, tapi aku usahakan membantumu sebisa mungkin. Apa kau bisa beri tahu namanya?"

Hikaru memberi tahu nama lengkap Uzuki serta lokasi tempat tinggalnya. Ketika lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, Shiki menyudahi pertemuan mereka dan Kana masih tidak berbicara sekalipun. Hikaru pun jadi merasa bersalah tanpa bisa menyampaikan sesuatu sebelum Kana dan Shiki pergi.

Bersamaan dengan kepergian mereka, Hikaru mendapatkan notif pesan baru dari Kana. Maaf, moodku lagi jelek gara-gara Yukito. Aku hanya tidak ingin adikmu terlibat dengan ayah. Sampai kelas nanti, kalau Tsukasa tanya-tanya sambil menyebut namaku, jawab yang sekiranya takkan membuat dia curiga.

Hikaru menghela napas lega, masalah sepele bisa diluruskan semudah itu. Tentang Yukito, Hikaru teringat bahwa sebelum mereka berangkat sekolah, Kana sempat berbicara sesuatu dengan Yukito. Kelihatannya Yukito ingin bertanya langsung ke Kana yang datang ke kamar Hikaru malam-malam dan Kana malah berakhir dengan terlihat marah besar.

Baru berapa hari Hikaru tidak sekolah, ia merasa nyaman dengan keseharian di sekolah barunya yang tidak ada bedanya dengan keseharian di sekolah lamanya. Keseharian itu berlalu dengan cepat. Saat anak-anak di kelas membubarkan diri, Hikaru dapat notif pesan baru lagi, tetapi bukan dari Kana, melainkan Rei. Hei, ada waktu luang setelah ini, nggak? Kalau ada, ayo main. Kutunggu di loker sepatu, ya.

Jika tidak ada Tsukasa, Hikaru pasti sudah menerima ajakannya. Hikaru sudah membayangkan kalau dia izin ke Tsukasa untuk reuni dengan teman lamanya, lalu Tsukasa menginterogasinya, bahkan bersikeras ingin ikut. Lama-kelamaan, Tsukasa seperti orang tua yang protektif bagi Hikaru.

Namun, menyebut Rei adalah teman lamanya merupakan pilihan yang tidak tepat jika nanti Tsukasa melaporkan ke Shin. Tak ada yang tahu, Tsukasa berpihak kepada Shin atau Hikaru.

"Hei. Kok, diam saja? Ayo pulang, kayaknya Kana sudah menunggu, deh." Tsukasa mendatangi meja Hikaru secara tiba-tiba.

"Oh, Tsukasa. Ini ada temanku ngajak mampir-mampir. Kamu pulang duluan saja dengan Kana," ucap Hikaru sambil berusaha menyembunyikan kegelisahannya di wajah.

Raut wajah Tsukasa yang ceria berubah drastis menjadi serius. Sambil menyilangkan tangan, ia bertanya, "Teman? Siapa temanmu itu? Dari mana kelasnya? Apa perlu kutemani?"

Menduga reaksi Tsukasa begitu beserta pertanyaannya yang bertubi-tubi, Hikaru melakukan hal yang sama seperti ketika waktu istirahat. "Nggak perlu. Dia menyuruhku datang sendirian. Dah, Tsukasa." Setelah berbohong, Hikaru cepat-cepat berdiri dan melesat ke luar kelas.

*****

Selama perjalanan pulang bersama Kana, ada sesuatu yang membuat Tsukasa gelisah. Apakah sekarang Hikaru membencinya karena terlalu protektif? Bahkan, tadi setiap kali Tsukasa mendatangi mejanya, Hikaru selalu cepat-cepat menjauh darinya. Sebenarnya, Tsukasa juga tidak ingin seperti itu, tetapi Shin menyuruhnya harus seperti itu agar Hikaru tidak macam-macam.

Kana yang merasa tidak nyaman dengan Tsukasa yang menghela napas terus pun berterus terang. Bersikaplah yang sewajarnya. Aku yang berdiri di sebelahmu malu, tahu.

"Heh, kau benar-benar nggak seru, ya." Tsukasa ingin mengabaikan Kana karena sebal, tetapi dia teringat sesuatu yang menarik. "Kelihatannya, kau mulai akrab dengan Hikaru, ya? Bagaimana menurutmu tentang dia?" tanya Tsukasa yang memulai percakapan baru.

Kenapa kau tanya itu? Jelas-jelas, dia orang yang terlalu naif dan bodoh. Padahal, dia bisa lolos dari ayah kalau dia tidak peduli denganku. Apa yang membuatnya berubah pikiran, ya?

Tsukasa malah terkekeh mendengar keluhan Kana yang lumayan panjang. "Wah, baru sehari kenal dia, kau sudah tahu sebanyak itu. Kalau begitu, apa kalian membicarakan hal yang sama seperti kemarin malam saat waktu istirahat tadi?"

Kana langsung menyorotnya tajam tanpa ampun. Apa Hikaru yang memberitahumu?

"Bukan, bukan. Kau tahu, kan, instingku kuat. Kenapa harus seserius itu, sih?" Tsukasa tertawa kembali. Ia memang senang mempermainkan Kana yang tidak pernah bisa diajak bercanda.

Kana melangkah lebih cepat. Nggak ada yang perlu kamu tahu.

Tsukasa menyusulnya dengan langkah yang panjang. "Hei, aku hanya bercanda. Kau ini selalu membuat Yukito khawatir, tahu. Waktu itu, mereka terbunuh gara-gara kau memanfaatkan mereka, kan? Yukito takut Hikaru juga akan berakhir seperti itu kalau kamu masih bertindak seenaknya." Nada suaranya terdengar santai, tetapi terasa kecemasannya di balik itu.

Tak lama, Kana berhenti melangkah dan Tsukasa mengikutinya. Kana membalikkan badan dan Tsukasa mendapatkan dirinya sedang dipelototi.

Apa yang kau tahu? Sudah berapa kali kubilang, aku nggak memanfaatkan mereka. Aku hanya menyuruh mereka kabur kalau sudah tidak tahan di rumah itu, lagi pula waktu itu, aku juga nggak ada keinginan kabur. Kenapa kalian membuatku seperti orang jahat? Padahal yang membuat aku terpaksa membunuh mereka adalah Yukito. Dia melaporkan mereka kabur ke ayah dan juga memberitahunya kalau aku yang membuat mereka kabur. Aku takkan pernah memaafkan Yukito, camkan itu.

Tsukasa perlu menunggu lama sampai Kana selesai mengetik di ponsel dengan penuh emosi, bahkan Tsukasa tidak sempat menelan ludah melihat Kana yang tampak menakutkan. Dari niat ingin menggoda Kana, Tsukasa malah berakhir dengan mematung di tempat sampai selesai membaca teks panjang itu.

"Duh, iya, ya. Aku tahu kau sudah memikul beban seperti itu. Aku ini hanya bercanda, kenapa harus emosi seperti itu, sih?" Kali ini, Tsukasa tidak berani menertawakannya. Meski begitu, itu membuat Kana semakin marah sehingga dia bersungguh-sungguh meninggalkan Tsukasa.

Karena langkah Kana yang cepat, Tsukasa kewalahan menyusulnya. "Tunggu, Kana. Apa kau tahu teman barunya Hikaru? Tadi dia bilang mau mampir ke suatu tempat bersama temannya," tanyanya untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Nggak tahu. Jangan ngomong lagi ke aku. Kana hanya menyodorkan layar ponsel ke Tsukasa, lalu berjalan lebih cepat lagi.

Dilihat dari cara berbicaranya, Kana tidak mungkin berbohong. Berarti, hanya ada satu cara untuk mencari tahu teman baru Hikaru. Di antara para saudara, Senri menjadi senjata terakhir Tsukasa karena kemampuannya yang hebat di bidang teknologi dan informasi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro