24 - True Siblings Bond
Sudah hampir seminggu, Tsukasa masih sakit sehingga tidak bisa masuk sekolah. Hikaru lah yang paling khawatir. Tak hanya itu, meski Tsukasa sakit, dia selalu pulang malam-malam di saat semuanya sudah masuk kamar. Hikaru yakin Tsukasa berbohong tentang sakitnya. Saudara lain tidak tahu karena tidak pernah mengecek kamarnya. Apa yang dilakukan Tsukasa akhir-akhir ini?
Hikaru, kenapa kamu masih belum siap-siap? Nanti kita terlambat, lho.
"Oh, aku nunggu Tsukasa keluar," jawab Hikaru yang masih dalam posisi duduk sama dan melupakan persiapannya ke sekolah.
Ngapain nunggu dia? Bukankah tadi dia bilang masih sakit? Ayo!
Kana menarik Hikaru secara paksa meski Hikaru meronta-ronta. Gara-gara itu, mereka hanya punya waktu lima belas menit buat harus sampai sekolah. Tanpa mempedulikan Hikaru, Kana melangkah lebih cepat.
"Tunggu, Kana. Aku ingin bicara soal rencana besok. Apa persiapannya sudah siap?" tanya Hikaru yang berusaha menyamakan langkah Kana.
Kana mengangguk sambil mengetik sesuatu di ponsel dengan cepat. Besok malam, ayah ada pekerjaan di luar kota dan ini kesempatan yang takkan pernah datang kedua kalinya. Pokoknya, kau nggak boleh buat rencanaku berantakan. Apa kamu masih belum menemui adikmu?
Ucapan Kana cukup tepat sasaran sehingga Hikaru terkesiap. "Aku sudah bilang, kan, kalau aku yang menemuinya bakal berbahaya. Jadi, aku diam-diam minta bantuan ke Shiki buat langsung mampir ke studio Uzuki sepulang sekolah."
Mendadak, Kana berhenti melangkah, lalu menendang kaki Hikaru. Bodoh! Kau minta bantuan ke Shiki tanpa izin padaku? Sudah mulai berani, ya? Kalau sampai Shiki memberi laporan padamu dan bukan ke aku, aku nggak akan mengizinkan adikmu ikut.
Hikaru terbungkam di tempat. Ancaman Kana tidak main-main. Apa dia sebegitunya tidak suka dengan adik Hikaru?
Saat istirahat, Kana memanggil Hikaru ke tempat biasanya. Di sana juga sudah ada Shiki yang terlihat takut karena pasti dia habis kena semprot dari Kana. Sebelum datang ke sana, Shiki sempat mengechat Hikaru.
Hikaru, bagaimana ini? Aku nggak tahu kalau Kana bakal semarah ini. Kau tahu, ini pertama kalinya dia marah padaku. Aku nggak tahu harus ngapain buat menghiburnya. Ayo, dong, cepat ke sini.
Hikaru dan Shiki berdiri sejajar dengan kepala tertunduk, sedangkan Kana yang bersandar ke tembok menyilangkan tangan dengan tatapan ke bawah seolah sedang merendahkan kedua orang di depannya.
Kalau kalian berdua diam-diam saling mengechat tanpa sepengetahuanku, berarti ada yang kalian sembunyikan dariku, ya?
Entah kenapa, Shiki merasa pertanyaannya seperti pertanyaan yang diberikan ke orang yang ketahuan berselingkuh darinya. Sayangnya, Shiki tidak bisa mengutarakan isi hatinya. Agar kecurigaan Kana tidak berlangsung lama, Shiki memberikan ponselnya untuk menunjukkan isi chatnya dengan Hikaru.
"Kami nggak menyembunyikan apa-apa, kok. Kalau nggak percaya, lihat saja chatku dengan dia."
Justru, Shiki mendapatkan balasan yang tidak ingin didengarnya dari Kana. Siapa yang menyuruhmu menunjukkan isi chat? Memangnya aku sedang menginterogasi orang berselingkuh?
Pada akhirnya, Shiki minta maaf ke Kana dengan merengek dan Kana memaafkannya dengan syarat, selama Shiki sedang dalam perjalanan menuju studio Uzuki, ponselnya harus terhubung ke Kana sampai ke tempat tujuan. Syarat yang cukup mudah, lagi pula itu takkan membuat ribut karena mustahil Kana akan bersuara.
Shiki langsung meluncur ke studio Uzuki sepulang sekolah. Sambil menunggu balasan dari Shiki, Kana menghampiri ke kelas Hikaru. Karena Hikaru masih mengobrol dengan seorang perempuan, Kana menunggunya keluar di depan kelas.
Shiki di seberang telepon tak henti mengoceh meski tahu Kana takkan meresponsnya. Ocehannya mulai dari stasiun yang ramai, tersesat di suatu jalanan, dan akhirnya menemukan studio Uzuki. Anehnya, Shiki bilang, dia harus bersembunyi dan tidak bisa bertemu dengannya langsung. Kana menanyakan alasannya melalui chat.
Aku nggak tahu ini informasi penting atau nggak buatmu. Aku bisa menemukan studio adik Hikaru karena kebetulan dia ada di depan studio bersama orang yang nggak asing bagimu. Kalau kulihat dari besar tubuhnya dan model rambutnya, sepertinya Tsukasa.
Kana sangat terkejut mendengar nama Tsukasa. Setelah dipikir-pikir, ternyata selama ini Tsukasa berbohong tentang sakitnya demi menemui Uzuki. Namun, apa tujuan Tsukasa mendekati Uzuki? Jika niatnya adalah untuk menyakiti Uzuki, Kana tidak bisa membiarkannya. Hikaru akan menderita kedua kalinya gara-gara orang yang sama. Lebih parahnya lagi, Kana semakin tidak bisa memaafkan perbuatan Tsukasa berdasarkan kesepakatan dari mereka berdua.
"Kana, maaf lama menunggu. Apa kau—" Hikaru yang baru keluar dari kelas terkesiap melihat wajah Kana yang dipenuhi kebencian. Belum sempat menanyakan apa yang terjadi, Kana sudah melesat duluan dengan berlari cepat. Terasa seperti deja vu, pikir Hikaru sambil berusaha menyusul Kana.
Menurut perkiraan dari jam telepon terakhir dengan Shiki, sepertinya Tsukasa sudah sampai di rumah. Tanpa bisa mengendalikan emosinya, Kana semakin berlari kencang, bahkan napasnya tidak beraturan. Begitu tiba di rumah, dia tak sadar melakukan hal yang sama seperti Yuuma saat tiba di rumah, mendobrak pintu dengan keras.
Tentunya, Yuuma, Yukito, dan Tsukasa yang sedang mengobrol bersama terkejut sekali sampai mengalihkan pandangan ke Kana yang tidak seperti biasanya. Tanpa sempat bertanya apa pun, Kana mendekati Tsukasa dan mendorongnya hingga jatuh. Belum sampai situ, Kana menampar pipinya dengan keras, lalu menarik kerah baju Tsukasa.
Apa kau masih belum puas membuat Hikaru menderita, hah? Apa maksudmu mendekati adik Hikaru? Jangan sampai kau mengulang kesalahan besarmu kedua kalinya.
Kana terlalu frustrasi, bahkan sampai mengeluarkan air mata dengan deras. Kenapa semuanya tidak berjalan sesuai rencana? Dia tahu Tsukasa dan lainnya tidak punya salah. Orang yang seharusnya disalahkan adalah Shin, tetapi kenapa Kana melampiaskannya ke Tsukasa?
Yuuma segera melerai mereka dengan menarik Kana untuk menjauh dari sana, sedangkan Yukito membantu Tsukasa. Bertepatan pada saat itu, Hikaru baru tiba dan penasaran apa yang barusan terjadi.
"Tenanglah, Kana. Tsukasa punya alasan sendiri. Lagi pula, aku dan Yukito juga sempat mengunjungi tempat adik Hikaru sekali. Memangnya itu nggak boleh?" Yuuma berusaha menenangkan Kana dengan mengusap kepalanya.
Di dalam ruangan itu, hanya Hikaru yang tidak tahu kalau itu pertama kalinya Kana menangis sejak kejadian waktu itu. Dengan begini, mereka tahu selama ini Kana memendam sangat banyak penderitaannya sehingga sekarang meledak tiba-tiba.
"Aku…" Tsukasa pun akhirnya mengangkat suara dengan berhati-hati. "aku ingin membayar kesalahanku pada Hikaru dengan melindungi adiknya. Apa itu sudah cukup?"
Hikaru yang baru datang dan bingung apa yang terjadi akhirnya paham. Tsukasa mengungkapkan perbuatan buruknya secara tidak langsung meski sebenarnya Hikaru sudah tahu soal tersebut. Tanpa perlu Tsukasa mengunjungi Uzuki setiap hari pun, Hikaru pasti akan memaafkannya. Untuk sekarang, mungkin Hikaru tidak perlu terlalu mengkhawatirkan keselamatan Uzuki jika Tsukasa berada di sisinya selama ini.
Hikaru berjongkok di depan Tsukasa. "Tsukasa, aku sudah memaafkanmu, kok. Makasih telah menjaga Uzuki akhir-akhir ini." Ia menyunggingkan senyuman hangat.
Tsukasa tertegun dan langsung menundukkan kepala. Beban di pundaknya mulai berkurang dan amat bersyukur bahwa dia punya saudara seperti Hikaru. Yuuma dan Yukito turut senang juga. Karena Hikaru sudah memaafkan Tsukasa, Kana terpaksa memaafkannya juga dan minta maaf sikapnya barusan.
Mereka semua tidak punya hubungan darah, tetapi itulah sebuah ikatan saudara yang kuat sesungguhnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro