Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23 - Depend on Us

Sudah hampir setengah tahun lebih, Hikaru baru menyadari sesuatu yang mengganggunya selama ini, bahkan sejak pertama kali bertemu dengan para saudara. Interaksi Kana dengan Yukito membuatnya tidak nyaman. Awalnya, kesan pertama Hikaru terhadap Yukito buruk karena dia tidak membolehkannya membantu Kana. Di hari pertama masuk sekolah pun juga, Yukito memarahi Kana dengan alasan Kana masuk ke kamar Hikaru malam-malam. Apakah dari dulu hubungan mereka seburuk itu?

Saat pulang sekolah, tidak seperti biasanya, Yuuma dan Yukito sudah ada di rumah. Tampaknya, mereka berdua diberi cuti selama tiga hari karena pekerjaan kemarin menghasilkan untung banyak. Nyawa kedua orang tua Hikaru semahal itu, padahal Hikaru tidak ingin memikirkannya lagi.

"Oh, ya, bagaimana keadaan Tsukasa? Apa dia sudah sembuh?" tanya Hikaru ke Yukito sambil meletakkan tasnya ke sofa dan melonggarkan dasi.

"Kata Senri, Tsukasa sudah nggak ada di rumah sejak kalian berangkat sekolah. Anak itu memang bolos sekolah terang-terangan. Kayaknya aku harus memarahinya dulu baru dia mengerti." Lalu, Yukito mengalihkan pandangan ke Kana yang duduk di sofa yang terpisah. "Kana, hari ini kamu giliran masak, kan? Tadi aku sudah masak banyak, jadi kau nggak perlu masak lagi."

Enyahlah. Siapa yang membolehkanmu bicara denganku?

Kana sangat dingin, bahkan tidak sudi melihat Yukito sekalipun. Hikaru yang mengamati interaksi mereka semakin penasaran. Padahal, saudara lain ke Kana tanggapannya tidak sedingin itu.

Suasana menjadi canggung setelah itu. Karena itu, Hikaru cepat-cepat mengundurkan diri ke kamar dengan alasan ingin ganti baju dulu. Selagi tidak ada Hikaru, Yukito ingin mengungkapkan sesuatu ke Kana.

"Kana, kau nggak bisa terus-terusan begini. Gara-gara kau, Hikaru jadi merasa nggak nyaman, kan? Begini saja, kau mau aku ngapain sampai kau bisa memaafkanku? Yah, kurasa memang sulit memaafkanku, aku hanya ingin kau tahu permintaan maafku itu tulus." Raut wajah Yukito terlihat serius dengan penuh harapan.

Sayangnya, respons Kana tidak sesuai ekspektasi. Lalu, aku harus bagaimana padamu? Padahal, hari itu aku melihatmu bersungguh-sungguh ingin menghancurkanku tanpa belas kasihan. Sampai sekarang pun, aku sudah nggak pernah menggunakan tanganku. Kau pikir bisa menggantikan tanganku dengan tanganmu?

Yukito terbungkam bukan karena ucapan Kana sepenuhnya benar, dia benar-benar sudah tidak punya harapan Kana akan memaafkannya. Seakan suasana hatinya semakin buruk kalau berbicara lagi dengan Yukito, Kana pun pindah ke kamar dan tidak keluar dari sana sampai malam.

Yuuma yang selama ini hanya menonton pertengkaran mereka mulai tidak tahan dengan sikap Kana yang seenaknya. Yuuma sendiri menyaksikan kejadian waktu itu dan Yukito sangat mendesak saat itu sehingga terpaksa melukai Kana. Namun, berkat itu, Kana masih hidup sampai sekarang. Padahal, Yukito sudah menyelamatkannya, tetapi kenapa Kana masih belum berterima kasih sekalipun?

Kali ini, Yuuma memutuskan untuk memberi tahu perasaan Yukito sesungguhnya ke Kana. Jika Kana masih tidak mau mendengarnya, maka Yuuma harus memaksanya. Di tengah malam, Yuuma mengunjungi kamar Kana. Sebelumnya, dia sudah memberi pesan ke Kana bahwa dia akan mengunjunginya saat tengah malam.

Sudah lama sekali, Yuuma tidak pernah memasuki kamar Kana. Saat mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, hal yang menarik perhatiannya adalah sebuah keyboard yang terlihat sudah tidak pernah disentuh dalam jangka waktu yang lama, bahkan banyak debu yang menyelimutinya. Seperti yang Kana ucapkan ke Yukito, Kana benar-benar tidak pernah lagi menggunakan tangan untuk memainkan keyboard. Seingatnya, Shin selalu memuji-muji Kana dengan sebutan 'musisi jenius'.

Cepat, katakan alasanmu ke sini.

Yuuma pun terbuyar dari lamunan, lalu membuka mulut dengan pertanyaan yang mengejutkan untuk Kana. "Ini hanya dugaanku, sih. Apakah kau merencanakan kabur dengan Hikaru?"

Kana memasang wajah terkejut meski hanya sekilas. Yuuma bisa mengetahuinya setelah melihat kamar Kana yang berantakan dan berkurang sedikit. Menurutnya, Kana sudah lama merencanakannya dan akan melaksanakan rencana tersebut dalam waktu dekat.

Begitulah. Apa kau punya masalah dengan itu? Silakan saja kalau melaporkan ke ayah, aku nggak akan takut dengannya.

Yuuma menghela napas karena sedikit sebal dengan jawaban Kana. "Untuk apa aku melaporkan ke ayah? Toh, tidak menguntungkan atau merugikan aku juga. Kita itu saudara. Sekali saja, coba kau mempercayai kami." Lalu, ia membicarakan tujuan pertamanya ke kamar Kana. "Kami juga sedikit merasa bersalah padamu karena tidak memberi tahu rencana kabur kami. Tapi, Yukito menyuruh kami tutup mulut darimu agar kesalahan tidak terjadi kedua kalinya. Apa sekarang kau sudah paham kalau Yukito itu benar-benar tulus?"

Kana menggigit bibir serta mengepalkan tangan dengan kuat. Dia kembali teringat kejadian masa lalu yang membuatnya membenci Yukito. Dulu, di kediaman Akazawa terdapat sembilan bersaudara. Setengah dari mereka ada yang bertahan dan ada juga yang sangat menderita karena Shin. Satu perempuan dan tiga laki-laki yang menderita selalu bergantung ke Kana. Setiap harinya, Kana hanya bisa mendengar keluhan mereka hingga suatu hari, Kana sadar bahwa dirinya sama sekali tidak membantu saat satu anak laki-laki bunuh diri.

Agar bunuh diri tidak terjadi lagi, Kana mengumpulkan satu anak perempuan dan dua anak laki-laki untuk menyuruh mereka kabur dari rumah. Dia juga bilang kalau ketahuan, dialah yang akan bertanggung jawab agar mereka tidak takut melakukannya. Saat itu, Kana masih mempercayai Yukito dan meminta bantuannya.

Rencana kabur berhasil. Seminggu kemudian, lima saudara yang tersisa dipanggil ke ruang bawah tanah oleh Shin. Kana terkejut melihat tiga anak yang seharusnya melarikan diri berada di sana. Rupanya, mereka ketahuan karena Yukito melaporkannya ke Shin. Pada saat itulah, perasaan ketidakpercayaan pada Yukito mulai tumbuh di dalam diri Kana.

Kana segera mengakuinya bahwa dia yang menyuruh mereka kabur. Shin tidak memberikan pengecualian kepada siapa pun sehingga ia menyuruh Yukito untuk memalu tangan kiri Kana sampai tulangnya retak dan tidak bisa digerakkan. Setelah itu, Kana merasa sangat putus asa karena tidak bisa lagi memainkan keyboard. Belum merasa puas, Shin memerintah Kana terakhir kalinya, yaitu membunuh tiga anak yang kabur.

Kana kehilangan banyak hal-hal yang berharga baginya, sama halnya yang dirasakan Hikaru sekarang. Setelah kejadian itu, Yukito meminta maaf kepada Kana sebesar-besarnya. Ia mengaku diancam oleh Shin jika tidak mengungkapkan keberadaan tiga anak itu. Dari awal, Shin sudah tahu Kana lah di balik alasan tiga anak itu kabur, maka itu dia menambahkan satu ancaman lagi bahwa kalau tidak memberitahunya, Kana akan terancam mati. Yukito terpaksa melakukan itu demi melindungi Kana meski sudah melukai fisik dan mentalnya.

Karena tak ada lagi respons dari Kana, Yuuma mengucapkan terakhir kalinya sebelum kembali ke kamar. "Aku tahu kita semua tidak punya hubungan darah. Tapi, aku sebagai anak tertua tidak ingin ada pertikaian di antara kita. Bagaimana kalau kau membangun hubungan kepercayaanmu kembali pada yang lain dengan bergantung dengan mereka?"

Kana anggap Yuuma terlihat tidak seperti biasanya, lebih tepatnya terlihat dewasa. Apa karena mulai merasa lelah dengan skenario Shin? Yuuma dan Yukito sudah membunuh banyak orang tidak bersalah dari pekerjaan mereka, Tsukasa tidak bisa lepas dari rasa bersalah setelah merenggut nyawa orang-orang berharga bagi Hikaru, begitu pun dengan Senri yang tidak bisa bebas melakukan sesuatu yang diinginkan. Semuanya menderita karena Shin.

Kana pikir rencana kaburnya takkan berguna jika Shin masih berkeliaran di dunia ini. Maka itu, Kana memutuskan akan membunuh Shin dengan tangannya sendiri sebelum terbebaskan dari sangkar yang mengurung mereka selama ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro