2 - Happy Birthday for My Real Brother
Suara alarm nyala lebih awal. Hikaru yang terjaga sepanjang malam mematikan alarmnya tanpa menunggu lebih dari lima detik. Ia sengaja harus bangun lebih pagi karena tidak mau bertemu wajah Uzuki. Lagi pula, Hikaru yakin Uzuki akan terbangun kesiangan karena mengobrol dengan ayah dan ibu sampai mereka berangkat ke Osaka untuk dinas seminggu.
Hikaru memandang sekitar kamarnya setelah memakai seragam lengkap. Rak buku kosong. Tanpa sadar, Hikaru melampiaskan amarahnya dengan mengeluarkan semua buku di sana dan melemparkannya ke tempat sembarang tadi malam. Ia juga merobek buku pelajaran dan catatannya beserta lembaran-lembaran nilai dari SD hingga SMA yang terpasang di dinding. Melakukan semua itu membuat Hikaru perlahan tenang. Ia takkan terkekang lagi dengan yang namanya nilai.
Dengan kamar yang tampak kapal pecah, Hikaru memilah-milah barang yang akan dibawanya kabur. Baju, laptop, tabungan, dompet dan terakhir kalender. Tidak sengaja, Hikaru melihat lingkaran di tanggal hari ini, 'ulang tahun kakak'. Hikaru bahkan sampai melupakan tanggal ulang tahunnya, 30 Mei. Ia memang tak pernah menandainya, tampaknya Uzuki masuk kamarnya diam-diam dan dan melingkarkan tadi tanggal tersebut karena sebagai pengingat kakaknya.
Bodoh. Apakah hari ulang tahunku sepenting itu?
Toh, bulan Mei sebentar lagi berakhir. Hikaru menyobek kalender bulan Mei, lalu meremasnya dan dilemparkan ke tempat sampah.
Persiapan mengemas barang pun selesai, muat di tas ransel bekas SMP. Hikaru berencana akan menyimpannya di loker pinjaman di stasiun, lalu baru diambil setelah pulang sekolah.
Sebelum turun ke ruang makan, Hikaru mengintip sedikit ke kamar Uzuki. Tentu saja, dia masih tidur pulas, tetapi kali ini dia tidur di ranjang. Meski Hikaru sudah tidak ragu lagi meninggalkan Uzuki sendirian di rumah ini, tetapi kenapa rasa bersalah tidak bisa hilang?
Hikaru tidak bisa terus-terusan masih di rumah. Perasaan manusia bisa berubah sewaktu-waktu, begitu pun dengan Hikaru. Karena itu, dia segera meninggalkan rumah dan menuju stasiun untuk menyimpan tas ranselnya di loker pinjaman.
Hikaru merogoh ponselnya dari saku celana. Layar ponsel menunjukkan masih jam enam, tersisa dua jam lagi. Jam segini biasanya Hikaru belajar sebelum berangkat sekolah. Ia tak tahu keluar dari rutinitas membuatnya bingung apa yang ingin dilakukannya.
Selagi jalan-jalan lihat pemandangan di pagi hari, Hikaru teringat panti asuhan yang sempat disebut ayahnya, panti asuhan yang merupakan tempat asalnya Uzuki. Hikaru penasaran panti asuhan seperti apa itu, lagi pula hari ini ada pengumuman nilai dan juara kelas yang tidak ingin didengarnya. Tanpa berpikir panjang, Hikaru langsung pergi ke stasiun lagi.
Letak panti asuhan tersebut berada di distrik Chuo, bisa dibilang sangat jauh dari rumah. Ayah Hikaru yang tidak suka berada di sana ternyata pernah mengunjunginya sekali untuk mengadopsi Uzuki. Namun, Hikaru yakin pasti ada alasan lainnya dan dia akan mencari jawabannya di sana.
Menggunakan kereta memakan waktu setengah jam lebih ke stasiun di Chuo. Sesampainya di sana, Hikaru langsung menuju panti asuhan bernama Shisei. Menurut dari internet, panti asuhan Shisei adalah tempat untuk anak-anak yatim piatu yang cacat. Tak banyak ada keluarga yang ingin mengadopsi anak-anak cacat sehingga panti asuhan merawat mereka dengan sepenuh hati meski kekurangan pengasuh.
Begitu tiba di depan panti asuhan Shisei, terdapat wanita separuh baya sedang menyiram tanaman-tanaman di halaman. Menyadari kedatangan tamu, wanita itu menyambutnya dengan, " Selamat datang di panti asuhan Shisei. Apa ada yang bisa saya bantu?"
Setelah menjelaskan alasan kedatangannya ke panti asuhan, wanita yang bernama Mika itu mempersilakannya masuk ke dalam dahulu. Salah satu anak yang tampaknya paling tua di sana menyuguhkan teh hangat kepada Hikaru dan sang penerima pun berterima kasih.
"Oh, jadi anda adalah putra dari Yagami Group. Kenapa anda sangat ingin mengetahui riwayat pengadopsian kami?" tanya Mika setelah Hikaru meneguk secangkir teh sekali.
Hikaru tidak punya alasan khusus, hanya penasaran. Mika menjelaskan, selama dia bekerja di panti asuhan hampir sepuluh tahun lebih, hanya ada dua anak saja yang telah keluar karena adopsi. Orang yang mengadopsi keduanya sama-sama orang kaya. Kedua anak itu juga berbakat melebihi jenius. Mika tak pernah tahu kedua anak itu diam-diam dijual dengan tawaran harga yang tertinggi akan mendapatkannya di kalangan orang kaya.
"Apa acara tawaran harga tinggi diadakan di sekitar sini?" tanya Hikaru.
Mika mengangguk. "Orang yang mengadakan acara itu adalah kepala yayasan. Saat aku mengetahuinya, aku hanya bisa menyelamatkan satu anak. Mengingat kejadian itu, aku benar-benar ingin marah ke diri sendiri. Jika saja aku mengetahuinya lebih cepat, Uzuki takkan dijual ke orang kaya." Ia menundukkan kepala. Terlihat dari bahunya yang bergetar, Mika sedang menahan antara tangisan atau amarahnya.
Hikaru sudah menduga Uzuki lah anak yang dijual. Bakat melukisnya bisa menghasilkan pendapatan Yagami Group tidak pernah berkurang. Tak hanya itu, sekitarnya mulai menaruh Yagami Group sebagai pusat perhatian. Hikaru pun akhirnya tahu betapa brengseknya ayahnya.
"Oh ya, kalau boleh tahu, anak yang kau selamatkan itu ada di mana ya?" tanya Hikaru sekali lagi.
"Ah, dia sudah diadopsi sepuluh tahun yang lalu oleh seorang pria berusia 20-an. Orang itu terlihat baik, makanya aku mempercayainya. Oh ya, anak itu berbakat dalam musik lho. Kuyakin, suatu hari dia akan muncul di TV dan pada saat itulah aku bangga padanya." Mika yang tampak suram sejak tadi akhirnya kembali tersenyum.
Mika adalah wanita yang baik. Seandainya kalau Hikaru memberitahunya bahwa Uzuki ada di rumahnya, bagaimana reaksinya saat itu juga?
Namun, Hikaru tidak punya keberanian seperti itu. Ia baru mengundurkan diri setelah menghabiskan waktu bersama anak-anak di sana berjam-jam. Tak terasa, langit sudah senja dan matahari mulai tenggelam. Hikaru mengambil kereta menuju distrik Suginami, tempat tinggalnya berada.
Saat Hikaru memeriksa ponselnya, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Uzuki. Karena tak ada respons dari Hikaru, ia mengirim pesan yang berisi, 'Selamat ulang tahun, kak. Kenapa kakak berangkat sekolah tanpa membangunkan aku? Dari pada itu, datanglah ke rumah sekarang juga. Ayo rayakan ulang tahunmu dan aku mau memberitahumu sesuatu yang penting. Datang cepat ya, kak'. Pesan tersebut sudah masuk dari jam empat sore.
Jika Uzuki ingin menyampaikan sesuatu yang penting, Hikaru pun juga. "Kau tahu, ayah mengadopsimu dengan membelimu karena menang menawarkan harga tinggi." Itulah yang disampaikan Hikaru begitu tiba di rumah, tanpa memberi kesempatan Uzuki menyambutnya.
Namun, Uzuki menganggap itu candaan. "Duh, kak. Kau bercanda kan? Aku kan adikmu."
"Iya, bukan adik kandungku kan? Semalaman, aku nggak sengaja mendengar percakapanmu dengan ayah," timpal Hikaru dengan cepat.
Mata Uzuki melebar, tidak menduga bahwa Hikaru sudah mengetahui kebenaran yang tidak boleh sampai padanya.
Namun, di situasi yang seserius itu, Uzuki menyempatkan diri mengucapkan, "Selamat ulang tahun, kak. Aku memang bukan adik kandungmu, tapi aku selalu menganggapmu kakak dan bagiku, kakak lah yang membuatku bertahan hidup sekarang. Aku sudah tahu tentang ayah yang membeliku. Itu memang menyakitkan, tapi—"
"'Menyakitkan'? Tapi, kau menipuku kan, meski sudah tahu hal itu? Kau hanya ingin mencuri semua hakku kan? Kau benar-benar yang terburuk, Uzuki." Hikaru memotong kalimatnya karena emosinya sudah tidak terbendung lagi.
Uzuki terheran sekaligus takut. "Bukan begitu. Kakak salah paham, aku—"
Saat Uzuki hendak mendekat ke Hikaru, Hikaru langsung membalikkan badan tanpa menatap wajahnya. "Jangan mendekat. Kau bukan adikku lagi dan aku sangat membencimu, Uzuki."
Kemudian, Hikaru pun berlari ke arah menuju ke luar rumah. Hikaru tahu, ucapannya sangat menyakitkan bagi Uzuki, tetapi mau bagaimana lagi, keiriannya terhadap bakat Uzuki yang membuatnya terbuang.
Hikaru baru berhenti lari di perempatan di belokan kedua. Entah kenapa, setelah mengutarakan perasaannya tadi, perasaan Hikaru menjadi lebih nyaman. Tak ada yang perlu disesalinya lagi, kabur sekarang merupakan pilihan terbaik.
Namun, tiba-tiba sebuah mobil van hitam yang mengebut di kejauhan berhenti tepat di depan Hikaru. Pintu mobil pun terbuka dan Hikaru terkejut melihat sosok-sosok yang keluar dari dalam. Yakuza. Sebelum bisa memahami apa yang sedang terjadi, salah satu dari mereka dengan badan yang paling besar memukul perut Hikaru sangat keras. Karena rasa sakit yang luar biasa, Hikaru tumbang di tempat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro