Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18 - The Most Important Is...

Tak terasa, hari sudah sore dan Yuuma baru membolehkan pulang. Meski kegiatan hari itu dipaksa oleh Yuuma, Hikaru justru berterima kasih padanya. Berkat Yuuma, Hikaru mulai melupakan satu-persatu kejadian yang paling menyakitkan baginya. Tak hanya itu, Hikaru semakin akrab dengan saudara lainnya selain Kana dan Tsukasa.

Menurut Hikaru, Senri lah yang paling menarik. Senri benar-benar tidak menyukai Yuuma sehingga ia selalu menghindarinya. Ternyata ada alasan yang tak terduga yang membuat Senri harus menghindari Yuuma. Yuuma muak dengan Senri yang selalu bermain gadget sehingga sudah berkali-kali menghancurkan gadgetnya. Hari ini pun terjadi lagi dan Senri terlihat mati gaya.

Dengan ramainya stasiun di sore hari, mereka baru tiba di rumah setelah matahari tenggelam. Senri yang menjadi orang pertama membuka pintu merasa aneh karena pintu tidak terkunci. Dia terdiam sesaat, lalu langsung bersembunyi di balik tubuh Kana sambil memeluk lengannya dengan erat. Hikaru terheran, sepertinya semuanya sudah tahu apa yang terjadi.

"Kana, kenapa semuanya terlihat tegang?" tanya Hikaru dengan berbisik.

Duh, kamu ini sebenarnya pura-pura bego atau beneran bego, sih? Ayah datang ke rumah jam segini, itu berarti ayah ingin bicara sesuatu yang rahasia dengan kita.

Mengetahui hal tersebut, Hikaru jadi ikut tegang. Shin memang jarang pulang dan kalaupun pulang, dia selalu datang di saat Hikaru tidak ada di rumah. Sialnya, hari ini adalah giliran Hikaru memasak yang sama saja harus membuatkan minuman buat Shin. Memberinya racun melalui minuman takkan mudah karena Shin bisa mengetahuinya hanya dengan mencium bau.

Anehnya, reaksi Senri yang paling berlebihan. Apa yang perlu ditakutinya, padahal dia yang paling dipercaya Shin?

Justru karena itu, Senri takut menemuinya. Bagaimana kalau dia disuruh membeberkan semua hal yang harus disembunyikan dari ayah?

Selain Kana, tak ada satupun yang berani masuk duluan. Maka itu, Kana terpaksa masuk duluan yang kemudian diikuti lainnya. Shin duduk di sofa yang paling dekat dengan TV dengan masih berpakaian rapi. Hanya dilihat sekilas, Shin tidak punya banyak waktu dan masih ada pekerjaan.

"Oh, akhirnya kalian masuk. Kenapa kalian lama sekali masuknya?" tanya Shin saat melihat Kana yang pertama masuk.

Yukito yang berjalan setelah Kana menggantinya menjawab. "Tadi kami sedikit kaget pintu sudah terbuka, ayah. Daripada itu, kenapa hari ini ayah pulang? Biasanya ayah pulang waktu Minggu malam." Yukito bertanya balik.

Shin hanya mendengus sambil terkekeh. "Aku ini seorang ayah di rumah ini. Apakah seorang ayah nggak boleh menemui anak-anaknya sesekali?" Tak ada satupun yang bisa menanggapi ucapannya, lalu Shin lanjut berbicara lagi. "Kalian boleh duduk di mana saja, kecuali Senri. Apa kau bisa mendekat, Senri?"

Senri bergidik ketakutan dan masih menempel dengan Kana. Dengan terpaksa, Kana harus duduk di sebelah Senri. Hikaru keluar dari suasana canggung itu dengan pergi ke dapur, beralasan akan membuatkan kopi untuk Shin.

Saat menunggu air panas, tiba-tiba muncul notifikasi chat masuk dari nomor tidak dikenal. Karena terlihat mencurigakan, Hikaru langsung membukanya tanpa berpikir dua kali. Isi chat itu membuatnya terkejut.

Halo, Hikaru. Ini aku, Izumi. Kau nggak perlu khawatir, ini bukan nomorku. Aku hanya ingin memberitahumu, ada anak perempuan yang mendatangiku yang mengaku sebagai adikmu. Dia nggak sengaja mendengar aku lagi mengumpatmu, lalu dia menanyakan padaku kalau aku mengenalmu atau nggak. Oh, ya, ini nomor adikmu, ya. Kalau ada waktu, chat dengan dia.

Hikaru mulai berkeringat dingin, lalu memastikan ID-nya. Nomor tersebut memang milik Uzuki. Kalau Uzuki sampai mencarinya di luar, itu berarti Uzuki sedang tinggal di studio pribadinya. Masalahnya, Izumi menghubunginya di waktu yang tidak tepat. Hikaru langsung menghapus isi chatnya beserta memblokir nomornya dengan cepat-cepat sebelum menyuguhkan minuman ke Shin.

Shin masih belum selesai berbicara dengan Senri begitu Hikaru sudah duduk di sebelah Tsukasa. Menurut yang didengarkannya sejak di dapur, Senri memberikan kerugian besar terhadap perusahaan Shin. Meski hari libur, Senri tidak boleh berhenti mengawas transaksi yakuza di pasar gelap. Namun, Senri gagal karena ponselnya dihancurkan. Meski begitu, Senri tidak membawa nama Yuuma meski Yuuma merasa sangat bersalah.

"Itu saja, Senri. Kembalilah ke kamar dan jangan ceroboh lagi." Shin mengibas tangan tanpa memandang wajah Senri.

Senri tampak tertekan dan langsung masuk kamar setelah itu. Senri yang di usia enam belas harus mengurus pekerjaan kotor seperti itu, Shin memang tidak ada belas kasihan. Hal tersebut membuat tekad Hikaru menyelamatkan saudaranya semakin besar.

"Kalau begitu, aku akan langsung ke intinya karena nggak punya banyak waktu. Yukito, besok kau punya waktu kosong, kan?" tanya Shin setelah meneguk secangkir kopi sekali.

"Kalau malam, sepertinya iya," jawab Yukito sedikit gugup.

Kali ini, Shin beralih ke Hikaru. "Apa kau pernah melihat berita akhir-akhir ini?"

Hikaru setengah terkejut dan setengah tidak paham. Jika yang dimaksudnya adalah berita tentang Uzuki, Hikaru takkan bisa menyangkalnya. Namun, sepertinya berita yang dimaksudnya adalah hal lain yang merupakan skandal besar yang baru terjadi.

"Hmm… sepertinya nggak tahu, ya." Shin menyalakan ponsel, lalu menunjukkan layarnya ke Hikaru. "Yagami Group ketahuan menggelapkan uang di tempat perjudian dan yang melakukannya adalah presdirnya sendiri. Kesempatan terbuka buatmu, Hikaru. Apa kau mau melakukannya?"

Hikaru merasa itu bukan hal yang baik meski tidak terlalu paham. "Melakukan apa?" Ia sulit menelan ludah.

Melihat reaksi orang-orang yang berkumpul di ruangan itu sama, Hikaru semakin menolak pemikiran jahatnya. Seumur hidup, Hikaru takkan melakukannya meski memiliki kebencian yang besar terhadap kedua orang tuanya.

Shin menyeringai lebar. "Apa lagi kalau bukan membunuh orang tua tersayangmu? Reputasi mereka semakin buruk dan ke depannya tak ada harapan lagi mereka bisa kembali normal. Kau nggak akan melakukannya sendirian, kok. Ada Tsukasa dan Yukito yang akan membantumu serta yakuza yang bekerja di bawah naunganku."

Akhirnya Hikaru tahu alasan Uzuki sekarang tinggal di studionya sementara. Orang-orang semacam Shin akan datang ke rumah untuk mengincar nyawa dan kekayaan kedua orang tuanya dan yang pasti kebanyakan dari mereka adalah yakuza yang dicap kriminal. Hikaru pernah sekali terancam nyawanya saat masih kecil.

Padahal, sang ayah sudah tidak membutuhkannya lagi, tetapi kenapa Hikaru ingin menyelamatkan mereka?

"Apa jawabanmu, Hikaru?" Tatapan Shin terasa menusuk sehingga Hikaru tidak berani menatapnya.

Tak hanya Shin, seluruh mata tertuju ke Hikaru seolah berkata, 'Putuskanlah dengan bijak, jangan merugikan yang lain'. Hikaru tahu mereka sudah bersusah payah bertahan hidup sampai sekarang karena menahan ego masing-masing, tetapi kali ini Hikaru merasa sulit untuk menerimanya.

Mulut Hikaru terasa bergetar. "Maaf, aku belum siap buat sekarang. Mereka orang tua kandungku dan—"

"Apa katamu? Bukannya orang tuamu hanya aku?" Shin menekankan suara seolah apa pun yang dikatakannya adalah mutlak. Sejak awal, Shin hanya ingin menguji seberapa besar kesetiaan Hikaru terhadapnya.

Padahal, di saat-saat yang penting ini, kesetiaan Hikaru yang penuh kebohongan tidak boleh goyah. Rencana kabur akan gagal dan bisa-bisa salah satu dari mereka akan mati. Menyelamatkan orang tua kandung atau saudaranya di rumah sekarang, mana yang lebih penting?

Apa pun itu keputusannya, semua pilihan merugikan pihak lain. Jalan satu-satunya hanyalah mengikuti perintah Shin, yaitu membunuh orang tua kandungnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro