14 - As A Sister, I Will Protect You
Di antara saudara, Senri paling termuda. Tak hanya itu, kecerdasannya di atas rata-rata. Sebagai orang tercerdas, dia sedikit melakukan interaksi dengan orang lain karena menurutnya semua orang itu pembohong, bahkan dengan saudaranya sendiri. Namun, Kana merupakan pengecualian. Sudah semestinya, Hikaru merasakan hal itu wajar karena sifat Kana yang blak-blakan dan hanya bisa menunjukkan ekspresi jujurnya, bukan bermulut besar.
Kana bilang, mereka terpaksa harus bolos kelas hari itu. Senri hanya mau keluar kamar kalau rumah sepi tak ada siapa pun dan jam sekitar pagi hingga siang tiba merupakan waktu yang tepat. Kana juga sudah menghubungi Senri untuk meminta bantuan. Sebelumnya, Kana sudah meminta nomor Rei dari Hikaru, kemudian diberikan ke Senri untuk mencari lokasi terakhirnya di Jumat malam.
"Apa nggak apa-apa kita bolos? Bagaimana kalau ayah tahu? Oh, apa Tsukasa sudah berangkat sekolah, ya?" Hikaru tampak gelisah selama menuju ke rumah.
Kana jengkel mendengarkan kegelisahannya yang tidak berarti. Bodoh. Misalnya, kalau temanmu hilang karena ayah, berarti ayah sudah memperkirakan kita akan melakukan ini. Percuma berusaha menjadi anak baik di depannya.
"Kalau kau sudah hafal begitu, sepertinya ini nggak hanya terjadi sekali atau dua kali, ya?" tebak Hikaru.
Setelah itu, Kana tidak berbicara lagi. Entah penglihatan Hikaru yang salah atau tidak, Kana terlihat mengingat sesuatu yang buruk sehingga membuat wajah sedih. Mungkin karena Hikaru salah bicara, dia memutuskan untuk tidak berbicara sampai tiba di rumah.
Begitu tiba di rumah, Hikaru terkejut setengah mati saat melihat banyak barang dan sampah berserakan di atas lantai. Baru beberapa jam ditinggalkan, rumah tersebut sudah seperti menjadi kapal pecah. Hikaru penasaran, apa yang Senri lakukan selama tak ada orang di rumah selain dirinya?
Kenapa kaget? Ini hal yang wajar, kok. Yah, pantas saja kau nggak tahu karena selalu pulang terakhir. Lain kali kamu harus pulang awal biar merasakan apa yang kurasakan selama ini.
Hikaru bergidik saat Kana menyorotnya tajam. Namun, jika dipikir-pikir, sekarang Hikaru tidak punya alasan pulang telat lagi.
"Oh, kau sudah datang, Kana?" Senri yang sedang berbaring sambil memainkan notebook melambaikan tangan padanya. Dia terkesiap melihat ada Hikaru juga sehingga dia langsung menutup kepalanya dengan tudung jaket hoodie yang dipakainya. "Kok, nggak bilang-bilang kalau anak itu datang juga, sih?" gumamnya.
Karena sebal dengan Senri yang masih bersikap sama seperti sebelumnya, Kana menjambak rambutnya. Mana sopan santunmu? Gara-gara kamu nggak pernah keluar kamar, dia nggak pernah tahu tentangmu. Lagi pula, hari ini klienmu bukan aku, tapi dia.
Hikaru hanya bisa menganga di tempat sambil menonton interaksi mereka berdua yang mengejutkan. Saat pertama kali lihat Senri malam itu, dia terlihat seperti orang yang paling dipercaya Shin di mata Hikaru. Begitu pun dengan penampilannya, dia benar-benar seperti orang-orang pengangguran yang menghabiskan waktu di kamar dengan gadget.
Dengan canggung, Senri berdeham yang terdengar dibuat-buat, lalu memberikan notebook-nya ke Hikaru. "Umm… namamu Hikaru, ya? Lokasi yang kamu minta sudah tertera di layar. Sayangnya, aku cuma bisa mendapatkan lokasi terakhirnya di hari Jumat." Dia berhenti sesaat, ragu melanjutkannya atau tidak. "Yah, aku cuma mau mengingatkanmu, mustahil orang hilang selama tiga hari masih hidup kalau sudah ditemukan. Kuharap, kau sudah mempersiapkan dirimu."
Hikaru hanya bergeming sambil memandang layar notebook. Marah ke Senri tak ada gunanya, dia hanya memberikan informasi. Namun, anehnya Senri mengatakan itu seperti mengetahui segalanya. Kana juga tidak bisa mengelak hal buruk yang bisa saja terjadi pada Rei. Pada akhirnya, mereka yang menjadi bagian di keluarga Akazawa akan selalu berputar-putar di tempat yang sama karena hanya punya satu sebagai tempat kembali.
Ayo pergi sekarang, Hikaru. Kita nggak punya banyak waktu buat berdiam di sini. Kana menarik tangan Hikaru agar tidak terpengaruh ucapan Senri yang tidak punya perasaan.
"Kalian memang sudah nggak ada waktu. Semuanya terlambat dan kuyakin lalu langsung menyesali banyak hal di tempat," ucap Senri terus terang.
Karena Senri benar-benar sudah keterlaluan, Kana mencekik lehernya dengan lengan. Kau ini memang nggak punya otak, ya. Sekali lagi kamu begini, kuhancurkan semua gadgetmu di kamar. Silahkan saja kalau mau melaporkan ke ayah.
Senri tampak ketakutan dan tanpa sadar, dia langsung berlari ke kamar sambil berteriak, "Iya, ya! Aku nggak akan ngomong sembarangan lagi dan bertemu dengannya. Kenapa Kana jahat sekali, sih?"
Kana menghela napas, lalu menepuk pundak Hikaru untuk menghiburnya meski sedikit. Di saat seperti ini, hanya Kana seorang yang bisa diandalkan Hikaru. Hikaru jadi semakin ingin membantu Kana terbebas dari rumah itu untuk membalas budi.
Lokasinya dekat perumahan tak berpenghuni, lebih tepatnya bangunan setengah jadi yang sudah tak terpakai lagi. Lokasi yang terlalu pas buat orang menghilang, tak diragukan lagi, ada Rei di suatu tempat di sana. Lokasi yang didapatkan Senri menunjukkan ke gudang besar di belakang bangunan.
Hikaru dan Kana langsung terbatuk-batuk saat berdiri di depan gudang. Tercium bau asap serta gosong yang tidak mengenakkan dari dalam. Hikaru tidak bisa diam lagi dan segera mendobrak pintu yang terkunci. Ia berkali-kali memanggil nama Rei meski tak ada jawaban dari dalam. Kana tidak bisa membantu banyak sehingga ia memutuskan memanggil polisi dan ambulans untuk berjaga-jaga.
Di dobrakan yang ketiga puluh kali, pintu pun roboh dan Hikaru langsung menerobos masuk. Bau gosong menyebar di seluruh ruangan. Hikaru perlu menutup hidung dengan lengan dan menyipitkan mata agar bisa melihat jelas di tempat yang penuh asap.
Tanpa sengaja, Hikaru menginjakkan sesuatu, lalu memperhatikan langkahnya. Memang tidak seharusnya dia datang ke tempat itu. Melihat mayat temannya yang gosong membuatnya mematung di tempat. Semua ingatan bersama Rei bermunculan di dalam kepalanya. Padahal, baru beberapa hari mereka bertemu lagi setelah sekian lamanya tidak bertemu, tetapi kenapa Rei harus terbunuh di tempat seperti ini? Apakah waktu itu seharusnya Hikaru pura-pura tidak kenal Rei agar tragedi ini tidak terjadi?
Setelah selesai menghubungi polisi dan ambulans, Kana ikut masuk juga buat memastikan Hikaru baik-baik saja. Tentu saja, Hikaru hanya bergeming di tempat saking syoknya. Menghiburnya di situasi seperti ini sia-sia, Kana pun memilih membiarkan Hikaru sendirian dulu dan memeriksa TKP sekitar mayat untuk memastikan ada barang bukti atau tidak.
Mata Kana langsung melebar saat menemukan benda yang tidak asing baginya. Katana. Spekulasi Kana tentang pelakunya tidak lagi sebuah kemungkinan, melainkan kebenaran. Anehnya, kenapa si pelaku sengaja meninggalkan barang bukti itu? Apa dia ingin Kana mengetahui siapa dirinya?
Tak lama, polisi dan ambulans datang bersamaan. Ketika mayat Rei diangkut, barulah Hikaru mengeluarkan air mata yang perlahan-lahan semakin deras saat menjauh dari mobil polisi dan ambulans. Meski baru beberapa hari menjadi saudaranya, ini pertama kalinya Kana melihat salah satu saudaranya bersedih karena kehilangan orang yang berharga baginya. Jika saja spekulasi pelakunya benar, Kana takkan pernah memaafkan orang itu.
Kana memutuskan harus berbuat sesuatu untuk Hikaru. Sejak masuk TKP, Hikaru belum berbicara sepatah kata pun.
Hikaru, apa yang kau lakukan kalau pelaku yang membunuh temanmu itu saudaramu sendiri? Apa kau akan membalas dendam padanya?
Hikaru berhenti menangis, lalu menghapus air matanya. "Buat apa balas dendam? Itu perbuatan sia-sia, tahu. Lagi pula, aku takkan percaya kalau mereka yang membunuh Rei." Dia menyunggingkan senyuman dengan terpaksa agar tidak membuat Kana cemas.
Kana menggigit bibir, tak tahan kenapa sampai sekarang, Hikaru sangat mempercayai mereka? Bukan lagi saudara jika orang itu sudah menyakiti saudaranya sendiri. Kana tidak ingin membuat Hikaru kecewa. Karena itu, sampai mati pun, Hikaru tidak boleh mengetahui pelakunya.
Kana mengangkat kepala Hikaru dan mata mereka saling bertemu. Maaf kamu harus mengalami hal yang menyakitkan seperti ini. Mulai sekarang, aku pasti akan melindungimu sebagai kakak. Pulanglah dan jangan lupa beristirahat. Soal polisi, aku yang akan mengurus mereka.
Hikaru mengangguk dalam diam. Meski disuruh pulang, Hikaru memilih untuk menetap di sana hingga langit mulai berwarna jingga kemerahan. Waktu yang berlalu dengan cepat, tetapi Hikaru masih terjebak di waktu yang sama, yaitu di saat dia menemukan mayat Rei dan hanya bisa berdiri di tempat tanpa menyentuhnya sedikitpun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro