Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

"Papa, Mama, aku ingin menikah," ucap wanita muda setelah keheningan yang tercipta sebelumnya.

Sontak saja kedua paruh baya di ruangan terdiam mendengar penuturan mengejutkan anak sulungnya. Satu-satunya anak laki-laki termuda dalam keluarga hanya menatap kakaknya sekilas sebelum kembali bermain ponsel seolah tak ada sesuatu yang mengusiknya.

"Mira, apa kamu yakin dengan keputusanmu?" Kalo ini wanita tertua yang bersuara menatap dalam Mira, selaku anak perempuan satu-satunya di keluarga.

"Aku yakin, Ma. Aku mencintainya," ucap Mira tak tergoyahkan.

"Siapa orangnya?" Giliran pria paruh baya yang bertanya memotong obrolan ibu dan anak.

Mira lantas mengalihkan tatapannya pada sang ayah yang walaupun sudah nyaris kepala empat tetap saja terlihat gagah dan berwibawa.

"Dia Wisnu Aryatama. Anaknya pemilik perusahaan tempat Mira kerja sekarang." Raut wajah ayahnya seketika berubah tidak nyaman, sedikit melunturkan sikap tenangnya beberapa saat lalu sebelum mengetahui siapa pria pilihan anak gadisnya.

"Apa tidak ada pria lain, Nak?" tanyanya lagi. Tidak, dia tidak mau sampai anaknya salah memilih.

Kini giliran Mira yang mengerutkan keningnya. "Apa maksud Papa? Memangnya ada apa dengan Wisnu?" Mira tak dapat menahan diri untuk memuntahkan segala pertanyaan di kepalanya hingga sikapnya terkesan menuntut jawaban semakin jelas.

"Tidak, papa hanya berharap seandainya ada pria yang lebih baik—"

"Wisnu pria baik, Pa. Dia mencintaiku seperti aku mencintainya. Tolong jangan meragukan itu." Mira memotong ucapan ayahnya dengan tidak sabar. Dia tidak terima saat prianya diragukan seperti ini, karena selama yang dia tahu, Wisnu memang selalu bersikap baik padanya.

"Bukan itu, Sayang. Papa tidak membicarakan itu, ini tentang siapa kita dan siapa pria itu," jelas ayahnya, "Kamu tahu kan kita tidak sama dengan Wisnu. Dia anak pengusaha, sedangkan kita? Bukan maksud papa tidak bersyukur, tapi setidaknya kita harus tahu diri."

"Papa," Mira memanggil dengan lirih. "Wisnu bukan orang yang melihat status sosial," tambahnya.

"Darimana kamu bisa yakin?"

"Dia tidak pernah merendahkan aku di depan orang lain, Papa. Aku bahkan sudah dipertemukan dengan keluarganya, dan keluarganya sudah menerimaku. Aku mohon restu darimu, Pa." Kini matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. Dia tidak tahu apalagi yang harus dilakukan untuk mendapatkan restu dari sang ayah.

"Sayang, sudahlah. Biarkan Mira menikah dengan pria pilihannya. Kita tidak boleh menahan kebahagiaannya." Sang ibu kembali bersuara setelah sekian lama menyimak perdebatan ayah anak di depannya.

Terdengar helaan napas dari ayahnya sebelum kembali menatap anak gadisnya lekat. "Dengan satu syarat," ucapnya.

Mira mulai tersenyum lagi meskipun ditahan agar tidak terlihat aneh. "Apa itu, Pa?"

"Kamu harus bahagia, berjanjilah untuk itu." Dengan senyum yang kian lebar Mira akhirnya mengangguk dan segera memeluk ayahnya meluapkan rasa senang yang tak bisa lagi dibendung.

Sementara itu sang adik menggelengkan kepala melihat drama kakak perempuannya.

"Ck. Norak," cibirnya pelan.

"Cih, sirik aja kamu, Dek."

***

A/n: haloha gais, aku mau nyoba nuansa baru nih. Tau kok, yang dua aja belom digarap lagi. Ya, itu karena aku buntu. Pokoknya udah ilang feelnya. Tapi suatu saat bakal aku lanjut kok. Tenang aja.

Sekarang aku up cerita ini. Tapi, hanya prolognya dulu. Why? Karena aku belum nyusun outline awokawokawok.

Rencana, aku bakal up lagi pas outline udah jadi sampai end. Biar tinggal eksekusi, kan enak hehehe.

Okeh, aku harap banyak yang suka. Terima kasih sudah berkunjung.

Love you all:*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro