Special Chapter: Insiden Masa lalu
Zero berjalan menyusuri trotoar yang ramai oleh para Ultra, melakukan aktivitas masing-masing untuk melanjutkan kehidupan esok hari. Tapi hari ini berbeda ia tak sengaja mendengar suara gaduh dari gang sempit tak jauh dari tempat nya sekarang. walaupun samar karena suara keramaian dari para Ultra, karena penasaran ia memasuki gang tersebut.
Gang itu bagaikan labirin penuh dengan kelokan membuat Zero hampir tersesat jika saja ia tak mendengar suara gaduh yang menarik perhatiannya. Saat ia menemukan asal kegaduhan tersebut terlihat sekelompok ultra kecil tengah menyiksa sesuatu entah apa itu tapi ia yakin kalau itu makhluk hidup kerena terdengar suara kesakitan dari sana.
"Hei, apa yang sedang kalian lakukan?!" Mendengar suara Zero kelompok ultra itu terkejut dan langsung kabur lari tunggang langgang meninggalkan sang pemilik suara yang kebingungan.
Zero mendekati gang buntu tempat kelompok Ultra tadi menyiksa makhluk hidup yang sampai saat ini belum ia ketahui makhluk apa itu. Ada beberapa barang bekas disana tumpukan kardus serta peti kayu yang sudah rusak beberapa benda tajam juga berserakan begitu saja ditanah.
Zero memperhatikan tumpukan barang-barang bekas tersebut mencari apa yang sebenarnya dilakukan sekelompok ultra tadi makhluk apa yang mereka siksa?, Tiba-tiba tumpukan barang-barang bekas tersebut bergerak ia segera menyingkirkan barang-barang bekas tersebut.
Sungguh Zero sangat terkejut ketika ia menemukan seorang ultra kecil tersungkur mengenaskan, cahaya menguap keudara dari luka disekujur tubuh ultra tersebut. Tubuh kecil dan rapuh tersebut berusaha bangkit namun luka disekujur tubuh memaksa Ultra itu terjatuh kembali.
"Hei, kau tidak apa-apa?"pertanyaan dari Zero membuat Ultra itu menoleh kebelakang.
Minim nya pencahayaan membuat Ultra itu tidak bisa melihat sosok Zero dengan jelas. Pikiran-pikiran buruk terlintas di benak nya ia ingin berlari menyelamatkan diri namun tubuh nya tidak berdaya.
Zero yang mengetahui ketakutan ultra cilik dihapannya kini, membuat ia berinisiatif untuk mengelus kepala ultra itu lembut berusaha menenangkan ketakutan sosok rapuh tersebut. "Tenanglah, aku tak akan menyakitimu."
Sejak kejadian itu Zero merawat Ultra tersebut hanya beberapa jam dengan diam-diam untuk merahasiakan kegiatan mereka. Dalam beberapa jam itu Zero mengajari, melatih, merawat, dan memberi motivasi untuk anak itu agar tak kehilangan arah.
Setelah beberapa bulan Ultra, Zero dan Ultra tersebut berada dilembah untuk latihan. Lembah yang sepi dan sangat jarang ada ultra lain membuat tempat itu cocok untuk dijadikan latiha.
"Baik, sekarang kita akan latihan kousen bagaimana?". Pertanyaan dari Zero membuat anak itu mengangguk antusias dengan semangat.
Zero menjelaskan dan memperagakan kousen bagaimana kousen miliknya.
"Sekarang kau coba lakukan".
Anak itu melakukan kousen pada batu dan berhasil tapi tekanan yang kuat dari kousen itu membuatnya terpental cukup jauh. Zero bergegas menuju anak tersebut yang sedang terkapar ditanah karena daya dorong kousennya sendiri.
"Kau baik-baik saja?" Anak itu bangkit sendiri dan mengangguk menjawab pertanyaan Zero. Tapi itu tidak menyembunyikan rasa sakit dipunggungnya karena jatuh. Setidaknya dia tidak menangis.
"Zero, dicariin rupanya disini". Sebuah suara memanggilnya, Zero melihat kebelakang dan rupanya itu adalah Mebius bersama Hikari sedang menghampirinya.
Hikari yang menyadari kehadiraan ultra cilik itu penasaran dan bertanya pada Zero, "Anak siapa itu?"
"Di...Dia...."
Akhirnya mau tidak mau Zero menjelaskan semua kejadian. Dari kejadian di gang sampai sekarang secara panjang, lebar, dan rinci.
"Begitu ceritanya."Zero menyelesaikan penjelasan nya.
"Kau tahu dia dibenci seluruh ras ultra." Perkataan Hikari diangguki Zero pertanda bahwa dia mengetahui fakta itu.
"Tapi, jika ku biarkan dia nanti akan kehilangan arah, dan memilih kegelapan. Kalian tahu sendiri anak seusianya sangat rentan dengan itu," ucap Zero
"Baiklah kami mengerti" ucap Mebius. "Jika nanti butuh bantuan menjaganya aku dan Hikari siap!"
"Kenapa aku juga ikut?" tanya Hikari.
"Sudahlah, lagian sekalian nambah murid siapa tau anak jmi mau jadi ilmuwan juga kan."balas Mebius.
Di tengah pembicaraan Mebius dan Hikari, Zero meminta ultra kecil itu untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan namamu, aku sudah cerita soal mereka bukan." Ultra kecil itu terlihat gugup dan takut pada Mebius dan Hikari. Zero bisa memaklumi itu dengan semua yang dialami Ultra tersebut sangat wajar bila ia takut. "Tidak apa-apa mereka baik kok, kenalkan dirimu ya."
Ultra kecil itu mendekati Mebius dan Hikari walaupun masih terlihat ragu dan takut tapi akhirnya ia mau memperkenalkan diri. Belum sempat Ultra kecil itu membuka suara, Mebius merendahkan tubuhnya dan memulai perkenalan dengan Ultra kecil itu.
"Hei, namaku Mebius. Panggil saja Kak Mebius dan itu-" menunjuk Hikari yang menatap mereka berdua "-Panggil saja Kak Hikari. Siapa namamu?"
"V-Va-Valgus."
Mebius tanpa sadar menanyakan perihal umur Valgus dan dijawab dengan jari. Mebius dan Hikari mengira itu untuk ratusan karena berpikir bagaimana dia akan menambahkan angka nol dibelakang. Namun itu terbantahkan oleh pernyataan Valgus jika itu merujuk satuan bukan ratusan.
Mengetahui hal tersebut membuat Mebius dan Hikari terkejut namun reaksi mereka berdua membuat Valgus takut dan bersembunyi dibelakang Zero.
"Bagaimana mungkin?" Mebius berpikir keras begitu juga dengan Hikari. Zero yang mengerti akan terkejutan mereka hanya bisa pasrah, dirinya tidak bisa menjelaskan bagaimana tapi itulah faktanya.
"Hei Zero, boleh aku meneliti anak ini?" tanya Hikari. Sebagai ilmuwan, siapa yang tidak tertarik dengan hal seperti ini.
Zero menatap Hikari tajam, tanpa sadar dirinya memiliki aura permusuhan yang jelas diketahui Mebius dan Valgus. "Kau bercanda?"
Hikari dan Mebius mengerti maksud dari ucapan Zero dan akhirnya Mebius turun tangan menenangkan Zero disusul permintaan maaf Hikari sebelum ada perbaku hantaman.
"Fyuh, omong-omong kalian berdua mirip," ucap Mebius.
"Hah?."
"Eh iya kalian mirip." Timpal Hikari menyetujui
Zero maupun ultra kecil itu bernama Valgus saling memandang bingung.
"Kami tidak mirip" ucap mereka berdua bersamaan.
"Tuh mirip" ucap Mebius dan Hikari bersamaan. Dan akhirnya Mebius, Hikari, dan Zero berdebat membuat Valgus bingung yang akhirnya memilih untuk duduk dan menonton.
Setelah kejadian tersebut Mebius dan Hikari terkadang membantu merawat Valgus jika Zero sibuk atau sedang misi. Beruntung bagi mereka berdua karena yang dijaga mudah akrab dan patuh hingga Mebius maupun Hikari mudah menjaganya walau mereka juga sibuk sendiri.
Dalam beberapa bulan setelah itu terjadi sebuah ensiden penyerangan didaerah kecil. Banyak sarana publik yang hancur dan korban luka dimana-mana. Saat itu seseorang ultra yang merupakan warga sipil terkepung sebagian besar robot yang membuatnya tidak bisa kabur. Valgus yang kebetulan lewat mengikuti insting untuk menyelamatkan Ultra tersebut. Valgus sengaja mengalihkan perhatian robot-robot tersebut padanya dan akhirnya mengalahkan para robot tersebut dengan kerusakan parah bahkan terpotong karena Slugger kecilnya. Namun pujian dan penghargaan diberikan pada Ultra tersebut dan Valgus hanya mendapat cibiran karena dianggap menjadi beban.
Di mata para Ultra Brother yang mengetahui cerita asli kejadian tersebut, memilih untuk mengawasi Valgus setahun penuh bahkan terkadang mereka membantu ultra cilik tersebut berlatih. Tapi pengawasan itu mengakibatkan dirinya jarang bertemu Zero karena mereka berdua sepakat untuk merahasiakan hubungan mereka dari siapapun kecuali Mebius dan Hikari yang sudah memergoki mereka.
Setelah masa pengawasan itulah masa dimana beberapa Ultra dari kelompok bernama New Generation Heroes yang mengenal Zero secara tak sengaja mengetahui keberadaan Valgus. Akhirnya Zero mau tidak mau menjelaskan apa yang terjadi sebelum terjadi salah paham dan sekali membantu Zero untuk menjaga Valgus.
BRUUK!!
"Kau masih punya banyak celah, perbaiki itu. V-chan." Zero menarik tangannya dari menahan Valgus ditanah. Valgus mulai bangkit dan membersihkan tubuhnya yang terkena tanah. "Iya ... Huh! Susah sekali untuk menjatuhkanmu Kak Zhi."
"Perlu 20.000 tahun jika kau ingin menjatuhkanku, Val" ucap Zero membuat Valgus memandangnya datar dengan sweatdrop. Valgus sudah kebal dengan gaya Zero yang sedikit menyombongkan dirinya dan akhirnya sebuah ide jahil pun muncul. Dengan sengaja Valgus menunggu Zero didepannya, saat timing yang bagus Valgus melompat dan menendang punggung Zero hingga terjatuh ke tanah.
"Sepertinya aku tidak perlu menunggu 20.000 tahun," ucap Valgus tersenyum kemenangan sementara Zero kesal dengan itu.
"Awas kau ya!" Valgus mengabaikan ancaman Zero dan memasang wajah meledek dengan berlari menjauhi Zero. "Jika kau mau aku maka tangkap aku dulu!!"
Hilang sudah kesabaran Zero dan akhirnya mereka berdua kejar-kejaran disekitar daerah itu. Kejar-kejaran itu tentunya tidak biasa, keduanya saling menyerang dan melakukan trik untuk menangkap/menghindar seperti aksi kejar-kejaran di film action. Meski begitu dimata mereka berdua ini hanyalah permainan bersifat latihan yang menghibur.
"Kau ini tidak ada habisnya ya," ucap Zero duduk bersandar dibatu setelah melakukan kejar-kejaran yang melelahkan. Valgus juga memiliki keadaan yang sama namun senyum yang terpasang diwajahnya yang imut menutupi rasa lelahnya dan ingin melakukannya lagi.
"Habis menyenangkan sih, kita lakukan lagi ya kak? Ya?" ucap Valgus memohon pada Zero. Tidak tega mengecewakan keinginannya Zero mengangguk sebagai jawaban dan itu membuat Valgus melompat kegirangan. Zero hanya bisa memaklumi reaksi Valgus, tanpa dirinya tidak ada ultra seusia atau sebesar Valgus yang ingin bermain dengan Ulta kecil ini dan hal itulah yang membuat Valgus menjadi penyendiri dan pendiam.
"Aku hampir lupa. Valgus ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Valgus menghentikan aksinya dan menatap Zero mengisyaratkan dia akan mendengarnya. "Begini, aku mendapatkan misi dan aku akan pulang untuk waktu yang lama. Jadi sementara ini kau dengan Mebius atau Hikari ya, nanti aku akan berbicara dengan mereka."
Senyum diwajah Valgus menghilang yang digantikan ekspresi cemberut dan sedih, ini bukan pertama kalinya namun Zero mengetahui ada yang disembunyikan Valgus. "Ada apa?"
"Tadi aku mendengar Kak Mebius dan Kak Hikari sibuk untuk waktu yang lama dan tidak bisa diganggu," ucap Valgus dengan pelan berharap Zero tidak mendengarnya walau kenyataannya terbalik.
"Begitu ya ...." Zero mulai memutar otak dengan perasaan sedikit cemas. Valgus tahu apa yang dipikirkan ultra yang sudah seperti kakak baginya ini. Antara mencari cara agar dirinya terurus saat dia sedang pergi atau menolak untuk pergi. Keinginan untuk dimanja mungkin terbesit dipikiran Valgus namun dia selalu mengingatkan dirinya sendiri kalau Zero punya urusannya sendiri dan dia tidak boleh membuat tugas ultra ini terganggu karena dirinya.
"Kau tidak perlu mencemaskanku kak. Aku akan menjaga diriku sendiri," ucap Valgus untuk meyakinkan Zero namun itu menjadi sebaliknya. Zero tentunya mencemaskan Valgus karena meski tahu cara bela diri, Valgus masih mendapat banyak luka entah dirinya pergi atau tidak. "Aku tidak yakin dengan itu."
"Huh! Dasar kakak! Aku bisa menjaga diriku sendiri dan Kakak hanya perlu fokus dengan misi kakak agar cepat selesai dan cepat pulang. Aku akan baik-baik saja." Zero dengan berat hati setuju membiarkan Valgus mengurus dirinya sendiri walau bukan yang pertama kali. Meski begitu akan ada banyak hal berbahaya jika dia tidak melaksanakan misi. Tapi saat itulah tidak ada satupun yang mengetahui jika itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka.
Beberapa hari Kemudian seorang ultra misterius menemui Valgus dilembah yang biasa dia gunakan latihan bersama Zero. Ultra tersebut meyakinkan Valgus untuk ikut bersamanya dengan alasan seseorang dari Ultra Kyodai ingin bertemu dengannya. Tentunya Valgus mempercayainya karena disamping sifatnya yang polos dan naif, dia sedikit mempercayai Ultra Kyodai karena Mebius dan Hikari juga bagian darinya.
Akhirnya Ultra itu membawanya kesebuah pintu, memberi tahu Valgus kalau dia harus menunggu didalam. Tanpa curiga apapun Valgus menurutinya dan masuk kedalam dengan lupa menutup pintu. Dirinya cukup terkejut mendapati sebuah benda yang bercahaya terang diruangan itu. Kagum dengan cahayanya yang sangat terang tapi alih-alih mendekat, dirinya malah sedikit menjauhi benda tersebut dengan tangan yang menghalangi cahaya itu mengenai matanya karena terlalu silau.
Mengingat bahwa dia menunggu seseorang diruangan ini matanya melihat kesekitar untuk menemukan kursi atau apapun. Namun tidak ada, diruangan ini tidak ada apapun kecuali benda bersinar terang itu dan sebuah jalan diatas yang mengarah ke benda bersinar.
'Aneh' itulah isi pikiran Valgus tentang ruangan ini. Ada sesuatu yang aneh dan matanya menatap sekali lagi benda bersinar itu dengan teliti. Sebelum akhirnya dirinya tercengang mengetahui benda apa itu sebenarnya, Plasma Spark. Matahari buatan planet ini. Karena sebelum dia pergi ke lembah Valgus melihat gambar versi hitam putihnya, tentu sekarang dia tahu.
Sekarang isi hati, pikiran, dan firasatnya mengatakan dia harus keluar dari ruangan ini secepat mungkin atau akan ada sesuatu yang tidak akan dirinya sukai. Namun belum ada satu inci dari tempat dia berdiri, dirinya membeku ketakuran melihat beberapa sosok yang menatapnya tajam dari arah saat dia datang.
(Lanjutan bagian kedua yang merupakan awal cerita dengan judul "Awal yang menyedihkan")
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro