Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4 : Persetujuan

.
.
.
.
.

Happy Reading^^

Rin Nohara. Gadis berambut cokelat pendek dengan dua garis magenta di kedua pipinya tengah duduk di salah satu meja di Yuhi's Kafe.

Dia mengecek ponselnya guna melihat apakah ada telpon atau pesan dari orang yang berjanji untuk bertemu dengannya hari ini.

Seseorang mendekati Rin sambil membawa segelas cappucino dan dihidangkan ke depan Rin.

"Masih menunggu? tanya perempuan itu yang langsung duduk ke kursi di samping Rin.

Rin mengangguk lalu menatap salah satu sahabatnya itu. "Kenapa dia lama sekali datang, Kurinei!" Rin justru melampiaskan kekesalannya akan keterlambatan orang itu pada sahabatnya.

Akan tetapi, Kurinei tidak marah karena dia sudah terbiasa dengan sikap Rin yang seperti ini.

Kurinei menaikkan kedua bahunya. "Aku tidak tahu, jangan tanya aku. Tapi dia tidak bilang bahwa janjian kalian batal, bukan?"

"Tidak ada sih...tapi aku kesal, Kurinei! Obito belum menelponku lagi dan aku sudah menunggu lama!" seru Rin sambil memukul meja tempatnya duduk.

Kurinei yang tadinya menatap malas Rin, terkejut menatap seseorang yang berdiri di belakang Rin.

"Dia sangat menyebalkan karena membuatku menunggu, Kurinei! Dia-" panggilan pada namanya membuat gadis itu berhenti mengoceh.

"Rin!" Rin menatap Kurinei yang pandangannya mengarah pada belakang Rin. Dia pun menoleh ke arah belakang dan mendapati seorang pria dengan topeng aneh yang menutupi wajahnya. Tapi gadis itu tahu siapa orang yang memakai topeng itu.

"Kau terlambat!" seru Rin sambil cemberut.

Kurinei yang mengalihkan pandangannya pada Rin langsung memutar bola matanya lelah. Dia pun akhirnya berdiri dari duduknya dan segera berjalan meninggalkan kedua orang itu.

"Selamat menikmati waktu berdua kalian."

Obito, nama pria yang memakai topeng itu segera berjalan mendekati Rin dan duduk di samping kursi gadis itu.

"Kenapa lama?"

Terdengar tawa dari balik topeng itu. "Maafkan aku, Rin. Tadi ada berkas yang harus aku periksa lebih dulu, makanya aku datang terlambat." Rin mendengus mendengar jawaban Obito.

"Yang bener saja!" serunya lalu meminum cappucino-nya.

"Sungguh!"

"Tapi...kenapa kau hanya memesan untuk dirimu sendiri? Mana punyaku?" tanya Obito yang heran dirinya tidak dipesankan minuman oleh Rin.

Selesai dengan minumnya, Rin menjawab. "Pesan sendiri!" judesnya membuat Obito menundukkan kepalanya yang diselimuti topeng.

.

Tsunade menatap tajam perempuan bersurai biru tua yang berdiri di depannya itu.

"Apa yang barusan anda katakan, Nona Hyugga?" tanya-nya dengan tajam.

"Saya ingin ikut Dokter Itachi pindah sementara ke Kota Suna, Ketua Tsunade!" jawabnya dengan tegas. Walau bisa dilihat kedua tangan gadis itu saling terkepal di samping pahanya.

"Bisa anda terangkan alasan kuat agar anda bisa sayang ikut sertakan dengan Itachi?" pertanyaan Tsunade yang satu ini membuat Putri tertua Hyugga itu terdiam. Tidak ada satu pun kata yang diucapkan gadis itu.

Akan tetapi, Hinata sudah bertekad untuk ikut Itachi pindah ke Kota Suna. Dia tidak ingin berada jauh dengan pemuda Uciha tersebut.

"Saya hanya nyaman jika dirawat oleh Dokter Uciha," Tsunade menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Hinata.

"Jadi anda tidak nyaman jika dirawat oleh Dokter lain?" Hinata menganggukkan kepalanya.

"Jika begitu, apa ada Dokter atau Perawat yang berbuat jahat dan tidak sopan padamu? Apakah itu yang membuatmu tidak nyaman dengan orang lain, selain Dokter Uciha?"

Hinata menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Tidak, Ketua! Semua orang di Rumah Sakit ini baik dan ramah pada saya. Tapi...saya lebih nyaman jika dirawat oleh Dokter Uciha,"

Jawaban Hinata kali ini membuat Tsunade menghela nafasnya dan memijit keningnya.

Dia menoleh ke samping kiri di mana berdiri Jiraya yang masih berada di Ruangannya. Dia menoleh pada pria tua itu seakan meminta pendapat.

Jiraya yang paham dengan tatapan meminta pendapat itu hanya mengedipkan bahunya pada Tsunade. Perempatan muncul di dahi Tsunade, karena sahabatnya itu sama sekali tidak membantu dirinya.

Keheningan pun melanda Ruangan itu, karena Tsunade tengah larut dalam pikirannya. Sementara Hinata sendiri memainkan kedua tangannya menunggu jawaban Tsunade. Di sisi lain, Jiraya tengah memperhatikan sosok Hinata itu sedang memberikan pertimbangan untuk membuju Tsunade menyetujui permintaan Hinata atau tidak.

Akan tetapi, keheningan itu tidak berlangsung lama karena suara ketokan pintu Ruangan Tsunade terdengar.

"Masuklah!" Itachi yang memang dipanggil Tsunade pun memasuki Ruangan sang Kepala Direktur. Dia yang awalnya tenang menundukkan kepalanya pada Tsunade dan Jiraya di Ruangan itu, sedikit terkejut melihat sosok gadis Hyugga yang dirawatnya tengah berdiri sambil menatap dirinya.

Dokter bermarga Uciha itu pun berjalan ke depan meja Nona Tsunade, yang pastinya berdiri berdampingan dengan Hinata.

Hinata sendiri menjadi semakin gugup ketika Itachi sudah berdiri di sampingnya. Apalagi pria Uciha itu sekilas menolehkan kepala padanya, sebelum menghadap Nona Tsunade.

"Ada apa anda memanggil saya, Ketua Direktur?"

Tsunade melirik sekilas pada Hinata sebelum menjawab pertanyaan Itachi. "Nona pasienmu ini ingin ikut denganmu. Dia tidak mau dirawat oleh orang lain, selain dirimu...Itachi Uciha. Dia tampaknya hanya nyaman dirawat olehmu dan dia ingin ikut denganmu ke Suna," Itachi yang mendengar jawaban Tsunade dengan refleks menatap gadis berambut biru di sampingnya itu.

Itachi sebenarnya heran, mengapa gadis Hyugga itu ingin ikut dengannya? Seingat Itachi, tidak pernah ada satu pun makhluk yang bermasalah dengan Hinata Hyugga, lalu kenapa Hinata sangat ingin dirawat olehnya?

"Lalu bagaimana Itachi? Apa kau bisa merawat Hinata Hyugga sambil menjalankan tugasmu di Suna nanti?" pertanyaan Tsunade membuat Itachi kembali menoleh ke arah wanita paruh baya yang masih cantik itu.

"Bagaimana Itachi? Apa kau sanggup?" Itachi kembali menoleh pada Hinata yang kali ini menatapnya dengan sendu sarat akan memohon.

Itachi pun menghela nafasnya dan menjawab. "Saya bisa merawat Nona Hyugga sambil menjalankan kewajiban saya nanti, Ketua Direktur."

Tsunade menatap tajam pada Itachi yang juga tengah menatapnya. Lalu dia melirik sekilas Hinata Hyugga yang tersenyum sambil menunduk, setelah mendengar jawaban Itachi tadi.

Wanita paruh baya itu pun menghela nafas. "Baiklah. Aku akan memberikan izin Hinata Hyugga pergi bersama dengan Itachi Uciha. Dan... Nona Hyugga," Tsunade menatap penuh pada Hinata yang kini telah mengangkat kepalanya menatap sang Ketua Direktur Rumah Sakit Pusat Konoha.

"Apa kau telah mendapatkan izin dari Orangtuamu untuk ikut Itachi ke Kota Suna?" tanya Tsunade.

Hinata tersentak mendengar pertanyaan Ketua Direktur Tsunade. Dia belum menjawab pertanyaan sampai membuat Tsunade menyandarkan punggungnya ke kursi sambil berpangku tangan.

Itachi yang tahu situasi Hinata langsung menggantikan gadis itu menjawab pertanyaan Tsunade.

"Maaf, Ketua Direktur. Biar saya yang menjawab pertanyaan anda menggantikan Nona Hinata," ucapan Itachi membuat dia ditatap oleh tiga pasang mata di Ruangan itu.

"Baiklah." Tsunade menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya Nona Hyugga belum memiliki izin. Tapi saya sendiri yang akan meminta izin pada Tuan Hyugga, Ketua Direktur."

.

Terlihat Itachi dan Hinata berjalan di Koridor Rumah Sakit. Terkadang Itachi membalas sapaan beberapa perawat yang melintas di sekitarnya dan Hinata yang hanya diam saja sepanjang jalan.

"Dokter Uciha!" panggilan Hinata membuat Itachi berhenti berjalan dan menatap gadis itu.

"Ada apa?" kedua mata yang berbeda warna itu saling menatap.

"Kenapa anda menyetujui saya untuk ikut bersama anda ke Kota Suna? Apakah anda tidak merasa saya menjadi beban tanggung jawab Anda?" Hinata bertanya seperti ini karena takut Itachi tidak nyaman dengan dirinya yang memaksa ikut. Walaupun memang dirinya ingin terus bersama Itachi. Hinata menutup matanya takut mendengar jawaban Itachi.

"Saya tidak merasa anda menjadi beban saya, Nona Hinata." jawaban Itachi membuat Hinata membuka matanya dan menatap wajah datar Putra Sulung Fugaku Uciha tersebut.

"Saya bukan beban?"

"Tentu saja. Anda adalah pasien saya yang telah saya rawat selama ini, saya tidak pernah merasa anda beban saya karena saya melakukan pekerjaan ini dengan sepenuh hati. Justru sudah kewajiban saya sebagai Dokter anda untuk menjaga dan merawat anda dengan baik." Itachi menjawab pertanyaan Hinata dengan wajah datar.

"Kalau begitu, mari! Saya akan mengantar anda ke kamar anda. Nona Hinata Hyugga." setelah itu, mereka berdua berjalan menuju kamar inap Hinata Hyugga.

Di sepanjang jalan, Hinata menundukkan kepalanya dengan wajah sendu.

'Kewajiban sebagai Dokter, ya?'

Bersambung.
.
.
.
.
.

Dipublikasikan pada tanggal 10 Febuari 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro