bab 3
*
Naruto mengedarkan tatapannya keseluruh penjuru aula, ia tengah mencari Shikamaru yang sudah terlebih dahulu ke sana. Tak butuh waktu lama akhirnya ia menemukannya tengah duduk dengan tenang pada sebuah kurai di baris ke 8 no 2 dari belakang.
" kau terlambat "
Naruto hanya menyengir ke arah Shikamaru dan mendudukkan tubuhnya di samping Shikamaru. Tatapannya tertuju pada kepala sekolah lamanya yang berdiri di tengah-tengah podium.
" baiklah akan aku perkenalkan Kouchou baru di KHS ini. Uchiha-sama ... Silahkan "
Dan berdirilah seorang pria tampan berkulit putih dengan jas formal berdiri dengan gagahnya diatas podium saat kepala sekolah lamanya mundur kebelakang.
Pria itu mrmbuka matanya, mata onyx tajam itu menatap jauh ke depan tepat di manik safire siswa berbut pirang di sana. Dua mata terbelalak.
" aku... Uchiha sasuke, kepala sekolah baru di KHS. Dan aku harap tak ada lagi pelanggaran-pelanggaran tak penting selama aku disini "
Semuanya terdiam mendengar suara berat milik pria itu yang menggema di seluruh penjuru aula. Sebelum derai tepuk tangan mengganti kesunyian.
" uchiha "
Dua desisan dengan intonasi berbeda terdengar kontras. Naruto yang membeku saat matanya bersibobrok dengan manik kelam di atas sana. Dan Shikamaru yang mendesis tak suka dengan tatapan tajam ke depan.
*
*
Tes
" oba-san, apa anda tidak apa-apa ?"
"......"
" oba-san ?"
Tersadar dari keterkejutannya wanita paruhbaya yang dikenal senagai ny.Uchiha itu mencoba tersenyum walau terlihat sendu. Tapi sepertinya Naruto tak menyadarinya.
" ah.... Y-ya aku tak apa"
Sebelah tangannya menghapus setitik air mata di pipinya. Naruto tersenyum, ia menatap Menma yang menatap wanita paruh baya itu dengan senyum cerah.
" oba-san, oba-san nya Menma?"
" ya, aku baa-san nya. Dasar anak nakal, kemana saja kau tadi hm ?"
Mengambil Menma dari gendongan Naruto lantas nenatap naruto yang tersenyum padanya. Remaja itu biasa saja saat bertemu dengannya.... Ada apa? Apa yang terjadi padanya?
" ne Menma-chan, karna Menma sudah bertemu dengan oba-sannya maka naru nii-san pergi dulu"
Mengecup pucuk kepala Menma dan memundurkan langkahnya. Membukngkuk sekilas pada wanita paruh baya itu.
" sampai jumpa oba-san, dada Menma "
" t-tunggu !"
Tapi naas suara ny.Uchiha tak terdengar oleh Naruto yang sudah berlalu pergi.
*
*
Mikoto tengah termenung duduk di sebuah sofa di ruangan kepala sekolah dengan Menma di pangkuannya. Cucunya itu tengah asik memainkan jari tangan neneknya yang tengah memeluknya. Sedangkan tubuh Menma bersandar pada tubuh depan neneknya.
Mikoto tak menyadari suara pintu yang di buka dengan langkah kaki yang menuju ke arahnya. Hingga sebuah sentuhan di pundaknya menyadarkannya, disusul suara berat seorang pria.
" apa yang ibu pikirkan ?"
" sasuke~"
Mikoto menatap putra keduanya yang tengah berjongkok menghadap padanya.
" sasuke~"
Air matanya kembali menetes.
" ibu hiks i-ibu bertemu dengannya, ibu.... Ibu.... Hiks a-apa yang terjadi padanya? Kenapa dia tak mengenali ibu?"
Sasuke menggenggam tangan ibunya. Ia menatap ibunya teduh dan tersenyum tulus.
" ibu tenang saja, aku akan mencari tahunya. Aku akan membawanya kembali, Aku takkan berjanji tapi aku akan terus berusaha"
Sasuke mengalihkan tatapannya pada putranya yang tengah tertawa dengan kedua tangan mungilnya menepuk-nepuk tangan Sasuke yang tengah menggenggam tangan Mikoto. Seolah memberi semangat pada sang ayah.
" hn, kau merindukannya?"
Chup~
Ia mengecup kening putranya yang dibalas tatapan berbinar yang tertuju kearahnya oleh manik safire itu.
" kita akan bawa kaa-san pulang"
*
*
" Shikamaru sialan "
Naruto mengumpat pada teman tercintanya itu. Cih.. Tak sudi dia mengatakannya setelah apa yang tadi dilakukan temannya itu.
" jika dia tak menceritakan itu semua aku tak akan parno berdiri disini sendirian "
Ia memilih-milih buku saat sampai di rak paling ujung yang bertuliskan biologi dengan perasaan was-was. Ia terus menyumpahi Shikamaru yang telah berani bercerita jika gedung perpustakaan mereka berhantu.
Tangannya bergetar, geringat membanjiri pelipisnya dan suasana sunyi perpustakaan menambah nilai plus, hingga -
Tap
Naruto menjengit merasa pundaknya dipegang seseorang. Ia spontan berbalik.
Brak !
Punggungnya menabrak rak buku cukup keras membuat buku yang berada di rak paling atas bergoyang dan beberapa buku terjatuh. Naruto memejamkan matanya siap untuk menerima rasa sakit akibat buku-buku tebal itu.
Bruk.... Bruk....
Lama ia terdiam tapi tubuhnya tak merasakan apa-apa. Ia membuka matanya terpampanglah dada bidang yang dilapisi oleh kemeja putih. Ia mendongak dan menemukan wajah tampan dengan onyx yang menatapnya tajam.
Wajahnya tepat berada didepan wajah itu, hanya beranjak beberapa cm.
" kouchou ~"
" kau tak apa?"
Tersirat rasa khawatis pada wajah tampan itu. Matanya terpaku pada pria di depannya.
" hoi.... Naruto.... NARUTO!!"
Naruto tersadar saat sebuah telapak tangan besar menangkup kedua sisi wajahnya.
Sreettt~
Naruto dengan cepat menurunkan tangan itu. Sasuke terhenyak atas penolakan Naruto. Sial, punggungnya memang sakit tapi tak sesakit atas penolakan Naruto atas dirinya.
" a-ak-aku a-aku - "
" ppa .....huwa !!"
Ucapannya terputus karena suara tangisan Menma yang ada di gendongan Sakura.
" m-ma'afkan saya Uchiha-sama tapi- "
Sasuke beranjak dan mengambil Menma di gendongan guru bahasa itu. Ia menatap Naruto yang juga terlihat cemas pada putranya.
" mma hmm ..hiks"
Menma mengulurkan tangannya seplah menggapai Naruto, tertutup dan terbuka. Sasuke-pun menyahut.
" ikutlah "
*
*
" nii-san... hiks"
" hey..... hhsstt, jangan menangis ok "
" t-tapi -"
" semuanya akan baik-baik saja, sayang "
Kedua tangannya penangkup keduasisi wajah belahan jiwanya.
" bagaimana keadaannya, hm?"
Chup~
Mengecup sayang bibir merah itu gemas.
" teme ~"
" heyhey... Jangan mengumpat sayang, dia mendengarnya "
Tangan pria itu mengarah ke perut pria yang lebih muda dan mengelusnya sayang.
" dia masih 2 bulan, belum bisa mendengar "
" haha... Walau begitu lov, itu tak baik untuk ibu hamil "
Pria muda itu merengut.
" aku laki-laki "
*
*
Nyuutt~
" ahh~"
Sasuke yang duduk di kursi kebesarannya menoleh kearah Naruto. Sungguh telinganya masih cukup normal untuk membedakan antara desisan/desahan. Double shit.... Pipinya memerah yang dibawah sana juga memerah karna sesak.
" yayayaya m-menma -chan apa yang kau lakukan ?"
Naruto menyingkirkan tangan Menma yang barusaja meremas dadanya. Ha'ah.... Seragamnya basah lagi & dia tak bawa baju ganti.
" mmam mamm "
" itu bukan mam mam sayang,,,, aduh bagaimana ini~"
" hiks hiks mamm hiks "
Gawat !!
Naruto melih pada pria yang ada di balik meja. Sasuke tengah menatapnya tajam. Ia benar-benar ingin menangis saat ini.
Tek
Satu kancing seragamnya terlepas karna tarikan tangan Menma.
Cup
" HYAAA!!!!"
" emm hmm... Mamm "
Crap
Benar-benar, Sasuke dan Naruto tak hapis pikir dengan apa yang dilakukan balita itu sekarang.
" sshhh m-menma j-jangan "
Naruto mencoba melepaskan wajah menma dari dadanya tapi malah putingnya yang sakit karna gigitan Menma.
Ha'ah... Ia menyerah. Ia buka lagi kancing seragamnya agar Menma lebih leluasa. Tangan kiri Menma menyusup ke balik seragam Naruto dan meremas dada kanannya#menmahentai.
Sudahlah, dengan begini dia tak perlu ke toilet untuk menuntaskan urusannya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Ia usap surai kelam balita itu dan sebelah tangannya menepuk-nepuk punggung kecil itu, sesekali ia akan mencium kepala mungil itu.
Sasuke yang melihat pemandangan di depannya hanya bisa tertegun, ia tersenyum miris.
Lama mereka diam hingga suara Sasuke memecah keheningan itu.
" kau punya usul untuk merayakan ulang tahun sekolah ?"
Naruto yang mendengar suara berat itu mengalihkan tatapannya pada sang Kouchou.
" hm? Anda bicara pada saya Uchiha-san? "
" kau pikir siapa lagi dope "
Ia terbelalak, ia baru sadar jika dia tak hanya dengan Menma di ruangan itu. Ia membalikkan tubuhnya memunggungi Sasuke.
" e-eto ... ha-ha i-itu terserah a-anda "
Naruto tertawa kaku.
" aku bertanya pendapatmu "
" menirutku ..... emm, bagaimana dengan pasar malam?"
" pasar malam?"
" em (mengangguk) Pasar malam, dimana setiap kelas akan membuka stan-stan seperti makanan, game dll. Lalu ancara puncaknya pesta kembang api, pasti menyenangkan "
Sasuke menatap punggung sempit naruto yang dengan riang berceloteh.
" ne... Menma pasti belum pernah lihat kembang api ya kan ya kan ? Hihihi... Atau menangkap ikan dengan jaring kertas atau cumi bakar "
Naruto menatap Menma yang juga menatapnya dengan mata berbinar terang.
" dia tak akan bisa memakannya, dan jangan memunggungi orang yang mngajakmu bicara "
" t-tapi -"
Dia tau itu tak sopan tapi mau bagaimana lagi. Jika dia berbicara dengan Sasuke, dengan Menma yang dengan setia masih mengulum dadanya itu malah lebih tak sopan lagi. Bukannya dia tak mau tapi dia tak bisa.
" berbalik "
Dengan takut-takut Naruto berbalik kearah Sasuke. Dia mengambil bantal kursi sofa untuk menutupi dadanya yang terbuka agar Sasuke tak dapat melihatnya. Sadar tak sadar Sasuke menghela nafas kecewa.
" ma'af "
Naruto menunduk menyembunyikan kegugupannya dengan menyibukkan diri mengajak Menma bermain.
" tak biruk "
Sasuke berucap menghilangkan suasana yang tiba-tiba kaku.
" ya?"
" pasar malam "
" benarkah "
Sasuke menatap wajah Naruto yang berubah cerah dengan mata berbinar menatap kearahnya.
' kau tak berubah, dasar bocah. Bocah yang bisa melahirkan bocah yang lainnya '
Mereka terus berbincang dari soal acara yang akan di adakan untuk memeriyahkan ulang tahun sekolahnya hingga sedikit kisah hidup mereka masing-masing.
Fakta baru yang didapat oleh Naruto bahwa sang kepala sekolah baru mereka tak sedingin seperti apa yang mereka kira.
' di kepalamu memang tak mengingat siapa diriku tapi gerak tubuh dan hatimu masihlah mengenal diriku '
' kau memang tak asing bagi ditiku tapi ingatanku tak mengingatmu '
*
*
" kenapa belum pulang ? "
" oh Uchiha-san, aku sedang menunggu hujan berhenti "
Sasuke menatap Naruto yang berada di sampingnya, ia tersenyum tipis ini seperti the javu. Dulu dia juga pernah di situasi seperti ini dengan-
" kau tak bawa payung ?"
Naruto menyengir.
" aku lupa "
" kebiasaan "
Gumam Sasuke, ia tersenyum.
" anda mengatakan sesuatu ?"
Naruto menatap penasaran pada pria di sebelahnya.
" lupakan "
Mereka terdiam.
" menma ?"
" sudah pulang "
- orang yang sama.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro