Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌻9🌻

Ada satu kabar baik dan satu kabar buruk: kabar baiknya, kafe milik Kakak Hani menjual lima olahan non kopi, kabar buruknya, nggak ada topping boba.

Pandu memilih untuk membeli matcha latte yang memberikan rasa gurih susu dengan aroma matcha yang menenangkan. Lelaki itu juga patut mengapresiasi rasa asam-pahit teh hijau yang ternyata masih ada, tidak kuat, tetapi menurutnya pas dan secara keseluruhan, minuman tersebut menyegarkan dan juga mengeyangkan (mungkin karena pengaruh krim dan susu yang dicampurkan ke dalam minuman).

Ia tidak membeli kopi lantaran punya pengalaman buruk dengan kopi, pertama dan terakhir kalinya ia minum kopi itu ... beberapa bulan yang lalu, dan ....

"Nggak minum kopi?" Mendengar pertanyaan itu, Pandu mengalihkan fokusnya dari ponsel ke arah pemilik pertanyaan.

"Nggak suka kopi," jawab Pandu singkat sebelum kembali menyedot minumannya lalu lanjut mengetik sebentar dan mengetuk tombol kembali.

"Lagi ngapain barusan?" tanya Lea sambil menjengah.

"O-oh, umm ...." Pandu ragu harus menjawab atau tidak, sampai Lea harus mengangkat salah satu alisnya. "Ngetik ... cerita."

"Oh?" Lea membulatkan mulutnya. "Jadi selain suka baca, Kakak juga suka bikin cerita? Cerita apa?"

Pandu tersenyum tipis, kalau ia menjawab, nanti Lea tertawa atau tidak? Ia merasa ide cerita yang sekarang ia tulis (setelah lama tidak menulis) sungguh sangat "kentang".

"Kalau nggak mau jawab, nggak apa-apa sih." Menurut Pandu, pernyataan Lea yang ini mengejutkan. "Tapi nanti, aku boleh baca? Sesiap Kak Pandu aja, aku penasaran...."

"Lea juga suka baca?" tanya Pandu.

Lea mengangguk. "Cerita romantis remaja begitu aku suka ... tapi komik, kalau novel kayanya selama ini nggak pernah, suka ragu duluan kalau udah liat tebel buku. Wong belajar buat UTBK ini aja dipaksa biar nggak mual kalau liat bukunya setebel itu."

"Tapi kalau baca ya dari ponsel gitu kan, tebelnya nggak keliatan?"

"Hmm...." Lagi-lagi Lea melirik ke pojok kanan atas dan mengetuk dagu. "Bener, tapi belum pernah coba baca, kuat nggak ya mataku ini nanti? Kalau komik soalnya kan pendek ya, sekalipun di ponsel gitu, tapi kan paling cuman berapa panel."

Pandu manggut-manggut mengerti. Ia kembali menyeruput minumannya lalu duduk bersandar dan menengadah ke atas. Kebetulan ia memang mengambil tempat duduk tepat di bawah atap kaca yang tidak memiliki kisi-kisi kayu. Jadi ia bisa melihat langit malam yang sudah berwarna gelap, ditambah dengan cahaya lampu jalan yang kekuningan sedikit meleburkan kerlap-kerlip bintang.

"Yuuh!" Rina mendatangi mereka dan mengambil tempat duduk. "Capek."

"Ini kita belum belajar soal yang HOTS, loh, dan selama satu tahun terakhir ini, belajar bahan tes SBMPTN emang bikin capek." Lea ikut mengeluh.

"Iya," Pandu menyambar, "dulu tahun 2017 juga aku belajarnya secapek ini."

"Makanya, 'kan aku ngotot nggak mau masuk SMK sebenarnya," ujar Lea. "Ada satu alasan lagi tapi aku nggak mau bilang sekarang sampai abis pengumuman SBMPTN."

"Tapi, menurut kalian, kalian bakal lolos nggak? Kalau diliat dari progress belajar sejauh ini?" Pertanyaan Rina membuat atmosfer di antara mereka menjadi berat.

Dalamnya laut semua manusia tahu, tapi dalamnya hati? Entahlah siapa yang tahu persisnya. Pandu sebenarnya ragu, setengah optimis setengah pesimis, tapi lebih condong ke pesimis. Bisa nggak ya dia lolos dengan waktu belajar yang emang semepet ini? Kalau dia lolos, bisa nggak ya dia menjalani perkuliahan nanti?

"Hadeeh, abot*." Pandu berusaha mencairkan suasana.

Lea tersenyum tipis. "Kalau kata Hani tadi, emang khawatir tuh manusiawi, jadi ya, lebih baik kita khawatir secukupnya aja."

"Iyep, betul." Hani datang dan mengambil duduk sambil membawa segelas es red velvet.

"Udah selesai sholat, Han?" tanya Lea disambut dengan anggukan Hani.

"Injury time yah, istirahat sepuluh menit dulu sebelum kita masing-masing sesi pembahasan." Hani kembali mengomando dan segera saja percakapan ringan kembali mengalir.

Di percakapan malam itu, Pandu jadi semakin tahu kalau mereka adalah tiga serangkai yang tidak terpisahkan sejak SD. Persahabatan mereka sungguh bikin Pandu kagum, bayangkan seberapa eratnya ikatan persahabatan mereka? Hampir 12 tahun telah bersama-sama. Mereka ternyata juga sering bertukar parsel lebaran dan parsel natal, Rina bakalan mengunjungi rumah mereka saat lebaran idulfitri atau ikut masak bersama saat lebaran iduladha. Sebaliknya, Hani dan Lea akan ikut membantu Rina membuat pohon natal ataupun menghias Goa Maria di rumah Rina sehari sebelum natal datang.

"Yang unik adalah, gimana kebanyakan orang, dan juga kita bertiga nanti bakal beneran pisah abis SBMPTN nanti," ujar Hani.

"Nggak pasti abis SBMPTN, sih. Menurutku, kebanyakan orang pasti bakal pisah abis kelulusan mereka di SMA, ya kaya kita nanti. Kak Pandu juga gitu, kan?"

Pandu mengangguk. Ia pun juga bercerita kalau dia dulu punya empat sahabat yang sangat dekat, lalu berpisah sehabis kelulusan SMP, dan beneran lost contact setelah kelulusan SMK.

"Kita baru ngobrol lagi setelah buka bersama tahun kemarin, kebetulan empat sahabatku itu dulu tetanggaku," ujar Pandu.

"Setiap pertemuan emang bakal selalu diakhiri sama perpisahan, 'kan? Aku punya prinsip kalau sebenarnya setiap perpisahan itu bagus." Rina menyedot es kopi latte-nya untuk yang terakhir kali sampai habis. "Kalau mau agak keminggris, there is good in every goodbye."

"Lebih tepatnya, walaupun perpisahan itu nanti agak pahit-pahit brotowali, tetep bakal ada pelajaran yang diambil." Hani tersenyum. "Dan perpisahan paling terbaik itu ya perpisahanmu, Lea." Hani menoleh ke Lea yang kebingungan.

"Perpisahanmu sama mantan pacarmu yang dulu itu." Pandu sempat memerhatikan bahu Lea yang menegang sebentar sebelum akhirnya tersenyum tipis.

"Iya, aku juga bersyukur soal itu," gumam Lea yang tidak dapat Pandu dengar dengan jelas.

*

Waktu istirahat selesai, secara keseluruhan tadi mereka menghabiskan dua jam penuh mengerjakan soal dan dua puluh lima menit istirahat (15 menit istirahat dan 10 menit injury time sehabis Hani datang).

Karena topik soal mereka berbeda-beda, sesi pembahasan menurut Pandu jadi kurang maksimal karena ya mereka masing-masing yang harus mencocokkan jawaban dengan pembahasan, mungkin akan sangat terbantu kalau ada seseorang yang lebih ahli daripada mereka.

Oh, selain itu, di bab-bab tertentu, mereka akan mengakses laman bimbel daring agar mereka bisa semakin paham dengan apa yang dituliskan di pembahasan.

Pandu tentu saja tidak berekspektasi tinggi, ia sudah menduga kalau matematika-fisika-kimianya hasilnya kurang memuaskan. Setidaknya kalau dipersentase, ia hanya bisa mengerjakan sebanyak 20 persen, fisika-kimia lebih bagus, sekitar 50 persen. Biologi tambah bagus, sejak SMP ia memang mahir di mapel tersebut sampai persilangan keturunan menyerang, ia bisa mengerjakan sebanyak 80 persen.

Lelaki itu meringis kecut.

Lea yang menyadari hal itu menepuk pundak Pandu sambil tersenyum, membuat Pandu merasa nyaman. Hanya tepukan saja, tanpa bicara, dan itu cukup untuk mengirimkan energi bahwa ini semua akan baik-baik saja dan tidak masalah, toh ini masih hari pertama.

Semua akan baik-baik saja.

*

G

losarium:

1. Abot: berat

*

H

ello! Bab ini tuh...tanpa diduga, ternyata hangat banget nggak sih? Wkwkwk menurutku hangat banget, dan bab ini ditulis pas malam minggu, beberapa jam sebelum ultahnya Choi Yeonjun dari TXT dan kayanya aku lagi mood buat mellow HAHAHAH.


Btw, kira-kira ada kejadian apa ya antara Lea sama manta pacarnya? Hmm....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro