🌻7🌻
"Kamu punya pacar?" tanya Pandu.
Lea tergeragap, lalu terdiam dan tampak berpikir sebentar dengan melirik ke arah tepi kanan atas dan mengetuk dagunya.
"Pernah punya, dua tahun lalu," jawab Lea akhirnya, dengan menegaskan kata 'pernah'.
"Oh, udah putus," ujar Pandu sambil berlalu dan mengeluarkan motornya. "Putus kenapa?" tanya Pandu sambil melihat wajah Lea.
Mendengar pertanyaan itu, Lea hanya tersenyum tipis dan menunduk. Benar memang, sudah putus, tapi tidak dengan baik-baik. Melihat ekspresi Lea yang begitu pun, Pandu segera mengatakan bahwa tidak apa-apa jika Lea tidak mau menjawab.
Duh, aku kepo banget. Batin Pandu.
Gadis itu segera turun dari undakan tangga dan menyambar jok belakang serta perut Pandu, membuat Pandu berjengit dan mukanya sedikit menghangat. Lea hanya mengeratkan pegangannya ke perut Pandu selama beberapa detik sebelum akhirnya melepaskannya dan menepuk pundak Pandu dua kali.
"Nah, jalan-jalan, ayo jalan!" ujar Lea.
Pandu tak mengerti apa maksud Lea barusan, tapi dia tetap melajukan motornya menuju rumah Lea. Sampai ia baru sadar kalau sekarang adalah jadwal Dhafin untuk berkeliling memberi makan kucing. Biasanya Dhafin akan menunggunya, tapi Pandu lupa mengabari kalau dia membeli buku latihan hari ini.
"Lea, aku baru inget sesuatu," ujar Pandu setelah menepi.
"Apa?" tanya Lea.
"Lupa ngabarin temen." Pandu segera mengetikkan jari dengan cepat di layar ponsel dan memutuskan untuk menelepon Dhafin.
Lea hanya mengamatinya dari balik punggung Pandu. Pandu sedang meminta maaf dengan panik karena sepertinya, menurut sependengaran Lea, Pandu lupa kalau dia ada janji. Sampai beberapa jenak kemudian, Pandu mendesah lega dan kembali meminta maaf untuk mengakhiri percakapan telepon tersebut.
"Kakak hari ini ada janji?" tanya Lea.
"Bukan janji ya, lebih ke jadwal rutin aja." Pandu memutar gas motor dan kembali ke jalan raya.
"Jadwal rutin apa?" tanya Lea sambil menaikkan volume suaranya. Sekaligus membatin kenapa dia mendadak jadi kepo banget.
"Hunting kucing jalanan, nanti diberi makan gitu."
Lea membulatkan matanya. Pandu ternyata orang yang unik, ia sungguh tidak menyangka, kepribadian Pandu yang agak galau ala-ala sad boy yang suka baca 3 AM thougths ternyata penyuka kucing.
"Oh seru deh," ujar Lea. "Kapan-kapan aku ikut, dong!"
"Bisa diatur!" jawab Pandu. "Wani piro?"
"Ih!" Lea memukul pundak Pandu dengan keras hingga Pandu mengaduh kesakitan.
*
Lea telah mendarat dengan selamat di rumahnya. Pandu berpamitan dengan orang tua Lea tanpa masuk ke rumah dan menghabiskan waktu dengan sekadar basa-basi. Di perjalanan pulang tadi, gadis itu telah mengatakan bahwa ia akan pulang dengan alumni SMK-nya yang kebetulan teman sekantor.
Pandu sempat heran karena Lea sejujur itu, ia juga menanyakan apakah nanti tidak akan muncul "rumor" aneh di kalangan keluarga, dan sekali lagi, Lea mengatakan bahwa itu urusan yang bisa dia dengan gampang atasi.
"Lagian kenapa sih? Kita juga bukan pacaran, terus kalau kita beneran pacaran ya, ya udah kan?"
Ini antara Lea yang terlalu santai atau memang Pandu yang terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang sepatutnya tidak perlu ia khawatirkan.
Sesampainya di rumah, ibu Pandu menyambut dengan penuh keterkejutan karena anaknya itu membawa sekantong kresek putih yang amat besar dan terlihat berat.
"Buku latihan soal!" ujar Pandu sambil mengeluarkan buku setebal lima sentimeter itu dari kantong plastik. "Sama dua novel." Pandu terkekeh.
"Biyuh! Berapaan coba ini?"
Seketika, senyuman Pandu berubah jadi kaku.
"Buat buku latihan soal sih 120.000, itu habis diskon, dua novel ini juga diskon soalnya novel lama dan udah cuci gudang, satunya cuman 25.000, tapi emang saldo di ATM juga mentok sih." Pandu kembali terkekeh, sekarang merasa bersalah karena sempat-sempatnya membeli novel.
Ibu Pandu juga menatap dengan ekspresi yang tidak dapat dideskripsikan.
"Jadi mulai besok sampai hari Jumat, bikinin Pandu bekal aja ya, Ma!"
"Oke, deh," balas ibunya sambil mengembalikan buku bersampul putih dan biru gelap itu. "Kamu belajar yang rajin ya, semoga nanti lolos."
"Aamiin," balas Pandu, dengan penuh keraguan.
*
Pandu sedang kembali melanjutkan membaca cerita milik Irene tepat saat sebuah notifikasi kembali mengalihkan fokusnya.
Anda diundang ke sebuah grup.
Lelaki itu menyatukan kedua alisnya selama sepersekian detik sampai ia sadar apa maksudnya.
Lea: Hai, Kak Pandu!
Lea: Ini grup belajar kelompok kita. Ada Hani sama Rina, Kak Pandu paling ganteng di sini.
Pandu segera mengetikkan balasan.
Pandu: Oke, salam kenal semuanya. Aku Pandu, kakak kelas kalian yang udah alumni, kebetulan kerja di kantor tempat Lea Praktik Industri.
Dua balon obrolan muncul kemudian, dari akun bernama Rina dan Hani. Mereka membalas perkenalan singkat Pandu.
Lalu muncul satu balon obrolan lagi.
Lea: Calon pacarku juga 🖤
Muka Pandu merah padam.
Pandu: Lea ???????
Dua balon obrolan muncul kemudian, dari akun bernama Rina dan Hani. Mereka membalas perkenalan singkat Pandu.
Lalu muncul satu balon obrolan lagi.
Lea: Calon pacarku juga 🖤
Muka Pandu merah padam.
Pandu: Lea, jangan mulai.
Rina: Weh, gila, Lea udah mepet orang aja
Hani: Cewek tercantik sesekolah, sih, nggak kageet
Lea: Hani … kok kesannya aku cewek murahan
Hani: Eh, wkwk, maap
Pandu mengirimkan stiker seseorang menepuk dahi.
Lea: Tahu nggak sih, tadi abis Kak Pandu balik, abis nganterin aku ke rumah. Ya emang bener mamaku nanyain itu cowok siapa dan apa udah bener-bener kenal, terus tau gak aku jawab apa?
Pandu merasakan sesuatu yang tidak enak.
Pandu: apa?
Lea: "itu gebetanku, Ma, lain kali aku kenalin, dia guaaanteeng pool."
Rina dan Hani kompak mengirimkan stiker tertawa terbahak-bahak sementara Pandu membanting ponselnya ke kasur dan menutup mukanya, lalu memekik dalam hati.
"Lea apa-apaan sih," gumam Pandu.
Lea: Oke, ini friendly reminder kalau SBMPTN tinggal enam bulan lagi! Semangat!
Rina: Oh ya, sama sistem SBMPTN ada yang baru, hampir berubah total daripada yang biasanya kita tahu.
Pandu: Semoga nggak makin ribet deh….
Rina: :)
Rina: Ada satu paket soal baru tp aku jelasin dulu deh, nanti Hani bisa bantu cari contoh soalnya ya?
Hani: Oke!
Malam itu pun dihabiskan Pandu dengan briefing topik seputar SBMPTN, meskipun pikirannya bercabang, apakah ia benar-benar akan ikut SBMPTN tahun ini?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro