☀2. Falling In Love With You Is A Mistake
“When I love too much and end up hating myself. Again.”
—AboutUS—
Seharusnya ini menjadi hari terbaikku. Malam hangat di bulan April ini seharusnya menjadi lembaran baru dalam hidupku. Dimana Tuhan telah memberikan kesempatan kedua padaku untuk dapat kembali melihat keindahan ciptaannya.
Harusnya, ini menjadi hari dimana rasa penasaranku akan sosok Jungkook—pacarku, cinta pertamaku—untuk pertama kalinya akan terjawab.
Namun nyatanya, aku mengutuk detik ini. Saat Jungkook menatapku penuh penyesalan dibarengi riuh hujan deras di luar sana yang menggambarkan perasaanku saat ini.
"Jadi—kau orang yang menabrakku?" tanyaku dengan napas yang tercekat untuk kesekian kali.
Jungkook terdiam pasrah, ia bahkan sudah tidak berani melihatku. Ayolah, katakan ‘tidak’ maka aku akan sangat senang.
Namun, ketika wajahnya terangkat. Menatap wajahku dalam dengan kedua matanya yang memerah habis menangis, aku sadar bahwa apa yang aku inginkan tidak akan terjadi. "Itu semua terjadi begitu saja. Aku—aku tidak punya pilihan lain selain pergi jadi—aku sangat menyesal. Maaf."
Tubuhku ambruk, jatuh. Aku tidak dapat memikirkan apapun, otakku tiba-tiba buntu hingga aku hanya bisa terduduk dengan pandangan kosong. "Kenapa—kenapa harus kau orangnya? KENAPA?!!"
Sudah cukup aku merasa frustasi karena kebutaan yang tiba-tiba kuderita karena kecelakaan setahun yang lalu—haruskah aku juga menderita karena orang yang selama ini aku anggap sebagai malaikatku rupanya adalah orang yang sama dengan orang yang telah merenggut penglihatanku?
Malam itu, ditengah hujan deras yang semakin menggila, aku termenung di kamar seorang diri. Menatap buliran air yang jatuh di permukaan jendela dengan gamang. Haruskah aku melupakannya? Haruskah aku membencinya? Aku tidak tahu.
Wajah kusutku terpantul dari kaca jendela. Merefleksikan wajahku dengan background kaca yang di penuhi tetesan air hujan, membuat kilasan-kilasan kebersamaanku dengan Jungkook terputar bak film dokumenter.
Jungkook yang tertawa karena celotehan garing-ku. Jungkook yang selalu menyanyikan lagu tidur untukku saat aku insomnia. Suaranya, tawanya dan genggaman tangan hangatnya kembali mengingatkanku kalau aku sudah jatuh terlalu dalam untuknya.
Bukan hanya saat aku masih tidak bisa melihatnya, bahkan setelah aku mendapatkan donor hingga aku dapat melihat kembali, aku malah semakin menyukainya. Dia terlalu baik, terlampau manis dan terlalu mustahil untukku tolak pesonanya.
Itu sebabnya, aku membenci diriku sendiri. Karena bisa tertipu oleh iblis berwajah malaikat seperti Jungkook.
“I wish I could reject you. Maybe it won’t feel this bad.”
—AboutUS—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro