Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Our Red Thread of Love

***






Bunga sakura itu tampak bermekaran sepanjang musim semi. Itulah sekiranya pemandangan indah bernuansa merah muda yang tertangkap oleh indra penglihatanku. Senyuman pun terukir saat aku tengah duduk di sebuah lapangan hijau dengan tangan yang perlahan menyambungkan beberapa benang merah, hendak membentuknya menjadi sebuah mahakarya.


Hey, where are you?

I've been searching for the thread at my fingertips

Always blowing in the wind

I was looking for a place to connect with the daily spiral


Suara nyanyian dan gitar yang dimainkan dengan begitu indah, kini terdengar memenuhi indra pendengaranku. Begitu indahnya hingga ku tak dapat menahan diri lagi untuk tidak mengejar ke arah sumber suara itu berasal. Mataku pun lalu tertuju pada seorang lelaki tampan yang mengenakan sweter rajutan berwarna coklat, sedang terlarut dalam nyanyian dan petikan gitarnya di tepian sungai.


Every time I lose sight of it

I think you're out there somewhere

I've been thinking about

The you that I still haven't seen


Aku pun tentunya kagum melihat pertunjukkan kecilnya, hingga aku tak menyadari bahwa lelaki ini sudah berdiri tepat di hadapanku, lalu memanggilku secara tiba-tiba.


"Halo? Apakah aku begitu mempesona sampai-sampai kamu melamun seperti itu?"


"Oh? Maaf.. aku tidak pernah bermaksud begitu.."


"Cih, omong kosong! Apa kau tidak mengenalku? Atau mau tanda tanganku mungkin? Bagaimana dengan fotoku? Mau foto bersama juga?"


Dia mengoceh sesuatu yang aku tidak mengerti sama sekali. Jadi, alisku pun berkerut, hendak menanyakan sesuatu. "Oh, maaf? Memangnya kamu siapa? Sampai-sampai aku harus meminta tanda tanganmu?"


Aku pun melihatnya kaget dengan mulut ternganga. "Apa? Kau tidak kenal Choi Beomgyu?"


"Hah? Siapa itu? Apa dia orang Korea?"


Dia tampak menepuk jidat dimana aku semakin tidak mengerti dengan reaksinya itu. "Shit, aku lupa kalau aku sekarang di Jepang.."


"Oh, tunggu.. Kamu orang asing, ya? Maksudku, bahasa jepangmu terdengar tidak cukup fasih?"


"Ya, aku orang Korea dan namaku Choi Beomgyu."


"Oh? Um.." Aku pun kehilangan kata-kata. Otakku kemudian memikirkan hal dimana aku harus memberitahukan nama padanya atau tidak. Tapi satu hal yang pasti dari sorot matanya itu, dia tampak sangat ingin mengenalku. Dan menurutku, kenapa tidak punya teman baru yang kelihatannya keren seperti dia?


"Baiklah, aku Kaori Arata. Kamu bisa memanggilku dengan nama apa saja di masa depan ketika kita sudah dekat."


Dia terkekeh, sementara aku menemukannya tersenyum begitu manis kemudian. "Senang bertemu denganmu, Kaori. Aku harap kita bisa bertemu lebih sering."


I'm sure that we'll meet each other

We'll be tied together, so that we won't separate

You and I meet so that we can't be unraveled

Our love, wе will weave it togethеr


Saat ini, aku duduk di sebelah Beomgyu yang menyanyikan lagu pertemuan pertama kami , spesial untukku. Dia mengenakan sweter rajutan merah yang kuberikan padanya tepat saat kami resmi berkencan.


Hamparan lahan hijau terlihat, ditemani bunga sakura yang bermekaran di sekeliling kami. Mereka tampak seperti pasangan layaknya kita berdua. Begitu hijau dan merah muda seperti cinta kita yang mekar abadi. Untuk saat ini, aku begitu tertarik padanya sehingga aku kemudian kembali melamunkan masa lalu kami.


"Hei, apa menurutmu aku perlu mengunjungi Korea suatu saat nanti?"


"Oh, kau benar-benar ingin ke sana? Kalau begitu, aku bisa membawamu."


"Ya, menurutku aku perlu bertemu orang tuamu.."


"Wah, tenanglah! Apa sih sebenarnya yang kau pikirkan?"


Tiba-tiba aku menutup mulutku dan berpikir, kenapa aku begitu berani seolah-olah aku hendak mengakui sesuatu padanya? Meskipun memang jauh di lubuk hatiku, tampaknya aku sudah menaruh perasaan padanya. Tapi tunggu, aku tidak mungkin membiarkan dia tahu semudah itu!


"Aku.. aku temanmu.. Jadi, menurutku orang tuamu ingin mengenalku..."


Dia terkikik, "Kamu mencurigakan, ya? Benar-benar pembohong terburuk!"


"Gyu!" Aku memukul lengannya dengan ringan. Aku melihatnya memalsukan rasa sakitnya sambil meringis.


"Oke, oke, aku akan berhenti." Dia berhenti menggodaku jadi aku berhenti memukulnya. "Ngomong-ngomong, aku menemukan sesuatu di sakuku dan menurutku ini milikmu."


"Oh? Apa itu?"


"Aku menemukan wol merahmu yang tersangkut di sakuku selama berbulan-bulan. Dan bukankah ini aneh?"


"O-oh?" Aku melihatnya memotong benang merah itu dengan tangan. Dan wol itu tampaknya adalah wol yang pernah ku rajut saat pertama kali bertemu. "Tapi sudahlah, Gyu.. Aku punya banyak di rumah. Jadi, jangan repot-repot memberiku yang itu." Aku melihatnya berjuang, sekadar untuk memotong wol itu. Itulah alasan mengapa aku harus membuat alasan.


Dia menghela nafas, "Baiklah, nanti aku akan memotongnya dengan gunting, But wait, kenapa aku tidak pernah memikirkan ini sebelumnya?"


Entah kenapa, aku hanya ingin menertawakan kebodohannya. "Bodoh! Dasar Beomgyu bodoh!"


"Oh? Memangnya aku peduli? Lagipula hatimu itu pasti hanya untukku, kan?"


Tiba-tiba aku merasa harus tersedak. Aku pun malu ketika dia mengetahui perasaanku. Dan aku tahu dia sedang bercanda tapi perasaanku padanya sama sekali bukan lelucon.


"Oh begitu!" Dia menyeringai padaku, mengambil ancang-ancang untuk menggodaku. "Kau punya perasaan padaku, kan? Aku tahu aku tampan tapi kau tidak perlu terlalu menyukaiku seperti itu."


"A.. apa sih! Memangnya kau juga mencintaiku?" Aku tergagap dalam ucapanku, hingga terbilang agak tidak karuan.


"Oh, rupanya kau mencoba mengaku?"


"Gyu!"


Dia terkekeh, membuatku semakin gugup. "Bagaimana jika aku juga punya perasaan padamu?"


"Ap..apa?" Mataku melebar dan berpikir, apakah dia jujur? Ataukah mungkin itu hanya leluconnya saja?


"Cih, aku serius!" Kulihat bunga sakura tiba-tiba berguguran seolah ingin menghujani cinta kami yang hendak mekar. "Be mine or never?" Dia menangkap kelopak bunga sakura yang ku pikir dia akan memberikan itu padaku jika berkata 'ya'.


"Sial, apakah ini mimpi?" Mataku mulai berkaca-kaca penuh kebahagiaan sesaat ku melihat senyuman di wajahnya.


"Kemarilah." Dia menyelipkan kelopak kecil itu pada telingaku dengan sentuhan lembutnya, menandakan bahwa semua ini adalah nyata. "Atau mungkin kau ingin ciuman?" Dia menangkup pipiku, yang alhasil membuatku ternganga.


"Aku.. aku.." Serbuan gula kini terasa seperti menyerang mulutku, sesaat bibirnya tiba-tiba beradu dengan milikku. "Beomgyu, aku mencintaimu.. dan jadilah milikku.."


I'm surely half of the thread

You're my half of the thread

Overlapping to form a bond

I'm surely half of the thread

You're my half of the thread

(I love you)

Let me sew you tightly


Aku menyanyikan lagu terakhir saat aku melihat gadisku yang tersanjung penuh kegembiraan, yang alhasil membuatku tersenyum dengan kebahagiaan yang sama. Aku pun dapat merasakan hal yang sama dengannya, dimana aku sedang mengingat momen ketika kita pertama kali bertemu dan akhirnya bersama di sebuah tempat yang hijau dan asri, penuh dengan bunga.


"Gyu.."


"Ya?"


"Apa menurutmu bahasa Koreaku membaik?" Tiba-tiba aku melihat sekilas kekhawatiran di matanya.


"Ya, tentu. Dan bagaimana dengan bahasa Jepangku? Apa menurutmu aku layak untuk segera bertemu orang tuamu?"


Aku tentunya bisa merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan, sesaat kami menyadari beberapa hal yang mesti kita hadapi dalam percintaan, seperti kendala bahasa, kebangsaan, dan masih banyak lagi.


Well, kita memang tidak sama. Kita tentunya berbeda dalam banyak hal. Kita pun telah mengalami banyak hal dalam percintaan. Namun pada akhirnya, aku merasa bahagia ketika mengetahui cinta kami rupanya sudah melangkah sampai sejauh ini.


"O-oh? Kamu ingin bertemu orang tuaku.. Maksudmu..."


"Ya, bisakah? Maksudku, apa menurutmu orang tuamu akan bersedia jika aku menikahimu?"


"Ap..apa?"


Aku memutar bola mataku ketika melihat ekspresinya yang selalu terkejut "Bisakah kau memberiku jawaban 'ya' atau 'tidak'?"


"Kau benar-benar ingin menikahiku?"


"Tentu saja! Lagipula buat apa aku bertahan sampai sejauh ini?"


Kaori terperangah dengan setetes air mata yang mulai jatuh. "Ya, Beomgyu. Ayo, kita menikah..."


Aku tersenyum lebar sembari menyeka air matanya. "Ayo, kita bertemu orang tuamu dulu lalu menikah."


Siang ini, Beomgyu mengikat jari manis Kaori dengan cincin. Lalu dia mengambil benang merah yang dihubungkan pada jari kelingking masing-masing, seolah sedang menciptakan benang cinta mereka sendiri dalam babak baru perjalanan cinta mereka.






SELESAI






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro