Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Our Love In The Spring

***






Musik bernada keras memenuhi ruangan. Nuansa remang-remang pun seakan menerangi beberapa orang yang sedang mabuk-mabukan. Namun ada juga salah satu dari mereka yang tidak berencana untuk mabuk, yaitu aku tentunya.


Aku pun hanya duduk di sudut ruangan, menemani seorang teman yang berencana mabuk, sekadar untuk menghilangkan rasa sakit hatinya. Dia baru saja putus dan aku mengerti perasaannya. Itulah alasan mengapa aku ada di sini. Namun tak lama kemudian, aku merasa bosan dan sedikit pusing dikarenakan suasana yang bising. Maka, ku putuskan untuk sekadar mencari udara segar di luar. Lantas, aku pun segera keluar dari bar seorang diri.


Sepanjang perjalanan dikarenakan ramainya suasana bar, rupanya membuatku selalu berpapasan dengan beberapa orang, dan kepalaku pun semakin pusing. Dan aku tak pernah menyangka sebelumnya bahwa ada laki-laki yang dengan senang hati akan membantuku ketika aku hampir terjatuh. Aku pun melihat sosoknya memakai topi dan topeng. Dan aku tidak tahu kenapa dia memakai pakaian aneh itu. Tapi yang ingin kukatakan padanya saat ini, hanyalah rasa terima kasihku.


"Oh, terima kasih tuan topi dan topeng?" Aku mengeluarkan tawa konyol di akhir kalimatku yang membuatnya terkikik..


"Tidak apa-apa, bolehkah aku mengantarmu keluar?"


"Oh? Benarkah? Bagaimanapun juga, kita tidak saling mengenal?"


"Tak apa. Lagipula kamu perempuan, dan aku laki-laki yang harusnya membantu.."


Aku pun terkekeh, "Baiklah, kalau begitu. Ayo!"


Dan itu saja kenangan singkat awal mula pertemuan kita di malam musim semi. Kami pun mulai saling mengenal di malam itu. Dia rupanya memberitahuku namanya, yaitu Kang Taehyun. Dia bahkan memberitahuku juga bahwa dia adalah seorang idola. Itulah mengapa dia berdandan seperti itu.


Aku tidak pernah membayangkan adegan seperti ini dimana aku hanyalah seorang gadis biasa yang bisa bertemu dengan orang-orang terkenal seperti itu. Jadi, aku melebarkan mataku mendengar pengakuannya. Tapi kemudian, aku berpikir kenapa tidak memberi tahu dia namaku ketika dia terlihat antusias seperti itu.


Jadi, ku katakan padanya, namaku Mia Felipe. Dia menjabat tanganku dan tersenyum manis. Dan kurasa cinta pada pandangan pertama itu mungkin mulai tumbuh di hati ini. Tapi kemudian setelah sesi perkenalan, dia bertanya apakah aku orang Meksiko berdasarkan nama dan penampilan. Aku pun lalu memberinya anggukan ringan.


Aku juga penasaran apakah dia orang Asia atau bukan. Dan dia menjawab ya, dia dari Korea Selatan. Dan pikiranku tiba-tiba teringat fakta bahwa negaranya dikenal dengan beberapa boy group dan girl group.


Dia kemudian setuju ketika mulutku ternganga mengetahui fakta bahwa aku bertemu dengan salah satu boy grup populer itu. Seperti, Yesus mungkin memberkati malam musim semiku lebih dari yang pernah ku bayangkan, yang nantinya pun aku malah dengan mudahnya bisa menghubunginya, seperti gadis beruntung yang memiliki kesempatan untuk berkencan dengan idola seseorang.


Setelah dua minggu kita saling mengenal dalam kurun waktu yang sangat singkat. Dia rupanya selalu meluangkan waktu untuk sekadar menemuiku setelah menyelesaikan tur AS-nya. Dia bahkan selalu berani menyelinap keluar hanya untuk datang ke apartemenku. Aku pun tentunya senang sekali, apalagi ketika dia tiba-tiba mengaku menyukaiku.


Aku juga mengatakan kepadanya hal yang sama tentang perasaanku padanya. Dan begitu saja, kami mulai berkencan. Semuanya terburu-buru dan kami tidak mempermasalahkannya. Tapi perasaan untuk memilikinya lebih lama itu sangat kuat karena aku mengenalnya sebagai lelaki baik yang pernah ku temui. Like, oh God, bisakah Kau membuatnya tetap tinggal bersamaku selama seumur hidup?


Karena aku hanya menginginkan dia, aku membutuhkannya, aku mencintainya.. Jadi, bisakah Kau menjadikannya milikku selamanya? Mungkinkah dia menjadi belahan jiwaku? Mungkinkah dia Adam-ku? Atau Mungkinkah dia Clyde-ku? Atau tidak? 


Oh begitu. Jawabannya tentu saja tidak akan pernah. Dan Tuhan seakan sedang mempermainkan hatiku saat akhir musim semi dimulai.. Semuanya berantakan. Hatiku hancur berkeping-keping saat melihatnya bersama segerombolan gadis, seolah aku tahu kalau mereka hanyalah penggemarnya, dan itu salah satu bagian dari konsekuensiku dalam mengencani seorang lelaki populer seperti dia. Dan rasa cemburuku kemudian benar-benar menghancurkan kehidupan cinta kami.


"Mia!"


"Apa?"


"Kenapa kau melarikan diri? Kau tahu aku merindukanmu." Dia benar-benar tidak merasakan kecemburuanku, yang pada akhirnya aku pun marah. Maka, ketika dia mencoba memelukku, aku pun langsung menolaknya.


"Jangan sentuh aku! Mengapa kau tidak tinggal bersama mereka saja? Bagaimanapun juga, mereka adalah penggemarmu!"


"Oh? Apa yang salah denganmu? Kenapa kau tiba-tiba marah?"


"Bagaimana menurutmu, ya? Siapa yang tidak marah jika pasanganmu disentuh atau bahkan membiarkan pihak lain mencium pipinya dan bla bla bla. Fuck."


Aku melihatnya ternganga, dan aku tidak mengerti kenapa dia harus bereaksi seperti itu. Saat ini pun, aku malah berasumsi jika dia sedang bertingkah seperti pria yang ketahuan selingkuh. Dan fakta itu rupanya sangat membuatku kesal.


"Well, okay, aku tahu kau cemburu.. Tapi.. kau tak perlu bereaksi berlebihan seperti itu.."


"Ok, so? Sebut saja aku perempuan jalang yang dramatis, dan aku tak peduli. Lalu sekarang apa? Kau ingin putus?"


Kemarahan benar-benar menguasai diriku. Banyaknya umpatan yang keluar dari mulutku pun mampu membuatnya kesal.


"Ok, jika itu yang kau inginkan. Katakan dengan jelas, aku akan mengabulkannya."


Tak sampai semenit pun, dia melampiaskan amarahnya padaku, mungkin ini saatnya bagiku untuk ternganga dengan sebulir air mata yang mulai menetes.


"Well, bukankah hari ini hari terakhirmu di Texas?" Aku mencoba mengulur waktu lebih lama karena sebenarnya aku ingin membuatnya tetap tinggal. Jauh di lubuk hatiku, tentunya aku tidak ingin berpisah.


"Ya. Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Dia menghela nafas sebentar, lalu memijat keningnya.


Aku tidak mampu untuk berbicara lagi. Maka, tangisanku pun mulai pecah diiringi dengan rasa malu dimana aku mulai menutup wajahku dengan telapak tangan. Taehyun kemudian mendekat ke arahku, sekadar untuk membimbingku masuk ke dalam pelukannya.


"Babe, maafkan aku.. aku tidak bermaksud kasar seperti itu..."


"Kang.. Taehyun.." Aku mulai terisak di dadanya memanggil namanya. "Stay.." Lalu kukatakan padanya permintaanku yang aku tahu tak ada gunanya, seolah-olah dia ingin mengabulkan permintaanku yang satu itu.


Dia menghela nafas seolah aku tahu dia akan melakukan itu. "Aku tak pernah mengatakan hal tentang perpisahan seperti itu.. Tapi maukah kau menungguku?" Dia menangkup pipiku, mencoba melakukan kontak mata.


"Untuk berapa lama?" Aku mulai menatap matanya diiringi isak tangis.


"Bisakah kau memercayaiku sedikit saja?"


Ku putuskan kontak mata yang kita buat sebelumnya, karena rupanya ku tak tahu harus menjawab apa lagi. Pikiranku pun linglung diiringi dengan derasnya air mata yang tak terbendung. 


Perlahan ia melepaskan pelukannya saat mendengar salah satu temannya memanggil namanya. Dan hal terakhir yang ku ingat adalah dia sedih sembari berasumsi secara sepihak tentang apa yang kupikirkan saat ini.


"Oh, rupanya kau memang tidak percaya padaku.. Lalu untuk apa repot-repot bersama jika memercayai pasanganmu saja begitu sulit..."


"Taehyun.. No!" Aku memotong pembicaraannya, saat tangisanku semakin pecah. Namun sayangnya, dia tetap bersikeras untuk pergi.


"Selamat tinggal, Mia."


Dia melepaskan tangannya padaku, semudah melepas cinta kami yang secara harfiah seperti cinta sesaat di musim semi. Seperti, cinta kita sebenarnya bukanlah apa-apa, dan lebih tepatnya seperti hubungan asmara yang tidak pernah terjadi pada akhirnya. Orang-orang pun juga tidak pernah tahu tentang kita. Kami berdua benar-benar merahasiakan cinta kita. Dan tiba-tiba aku menyesal telah menyembunyikan segalanya tentang kita.


Aku tidak tahu harus merasakan apa lagi, hatiku mati rasa. Mencintainya di musim semi begitu biru, hingga aku tak bisa lagi melihat warna merah jambu atau hijau atau bahkan warna mekar lainnya di mataku saat ini.


Selamat tinggal, Taehyun, cinta musim semiku. Sekalipun kita tidak cocok satu sama lain di kehidupan ini, aku berharap kita ditakdirkan untuk saling mendampingi di kehidupan selanjutnya.


In the warmth of your soft sighs

My once so chilly world

Blooms into spring at last

My blue spring

No one knows about that winter

The endless worries and shaking heartbeat

Feeling blue through those frigid blue days

I remember how you embraced me with your warmth

It's just like magic, you're the only one

You changed my horn into the crown

Now all my days and nights

A spring breeze washes through

When you call out my name


Di malam hari, aku tidak tahu harus berbuat apa selain bernyanyi dan menyesap anggur di luar bar. Suasana hatiku agak berantakan. Setelah pertunjukan, aku hanya merasa perlu untuk menyelinap keluar.


Saat ini pun sudah masuk musim semi di tahun berikutnya, tapi hatiku rupanya masih merasakan penyesalan itu, seperti kenapa aku harus melepasnya? Kenapa aku harus sekejam itu dan tidak memberinya kesempatan untuk bicara? Dan kenapa aku tidak memeluknya untuk terakhir kali atau bahkan mengajaknya kencan sebelum pergi meninggalkan negaranya?


Kenapa? Sepertinya aku tidak bisa move on darinya.. Tapi bagaimana dengan dia? Apakah dia sudah menemukan lelaki baru atau lebih baik dariku? Aku mungkin terdengar agak kejam karena berharap dia belum move on. Tapi itulah yang sebenarnya ku rasakan.. Seperti, aku ingin dia kembali, namun bisakah?


"Taehyun?" Tiba-tiba aku mendengar suara lembut dari sisi kananku. Aku menyandarkan punggungku ke dinding sambil menyeruput minuman lagi. Dan ketika aku menoleh ke arah suara itu, aku merasa seperti tercekik. Wajah Meksiko yang kulihat musim semi tahun lalu dan paling kurindukan itu ada di sini.. Tapi tunggu... apa jangan-jangan aku sudah mabuk?


"Taehyun, kau baik-baik saja?" Gadis itu mendekat dengan wajah khawatirnya ketika dia mendapatiku tersedak.


"Mia?" Aku menampar wajahku saat merasakan sakit dan kemudian aku berasumsi sosoknya benar-benar nyata. Tapi tetap saja, aku tidak bisa mempercayai pandanganku sendiri. "Benarkah itu kau? Atau aku mabuk?"


"Ya, Taehyun, aku di sini. Apa kabarmu? Kau terlihat kacau.." 


Aku tidak bisa menjawabnya, jadi aku hendak minum lagi, tapi dia menghentikanku. "Tidak, jangan lakukan ini, Taehyun! Kau tidak mabuk.. Kau bisa membuktikannya sendiri kalau aku memang di sini..."


Dia memegang botol anggurku, sementara tangan lainnya menggenggam tanganku. Dia kemudian membantu tanganku menyentuh pipinya seolah meyakinkanku bahwa dia nyata. "Lihat, kan? Aku nyata?"


Aku menyentuh setiap inci kulit hangatnya sambil meneteskan air mata dan mulutku sedikit ternganga. Sebagian dari diriku sekarang masih tidak bisa percaya bahwa dia ada di sini, tapi separuh diriku yang lain ingin percaya bahwa semuanya nyata tepat di hadapanku. "Tapi bagaimana caranya? Bagaimana kau bisa di sini?"


"Taehyun, I'm on my spring break, dan teman-temanku memintaku untuk bergabung dengan mereka mengunjungi Korea.. Tapi aku tidak tahu kalau aku akhirnya akan bertemu denganmu di sini... di bar lain... di negara lain.."


"Mia, maafkan aku.. Tapi apa kau baik-baik saja sekarang?" Aku pun bergegas memeluknya karena tak kuasa menahan rasa rinduku padanya.


"Apa maksudmu? Tentu saja, aku baik-baik saja.." Dia tidak membalas pelukanku, dan aku tahu bahwa dia berkata dengan jujur. Tapi tetap saja hatiku sedikit sakit saat memikirkan mungkin dia sedikit membenciku sekarang.


"Syukurlah.." Aku melepaskan pelukanku karena merasa sedikit kecewa. But yeah, menurutku aku pantas mendapatkannya.


"Tapi bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja?"


"Tidak, itu sebabnya aku minta maaf."


Dia tiba-tiba memasang ekspresi sedih yang membuatku semakin sedih. "Taehyun... aku juga minta maaf... tentang masa lalu.. Aku benar-benar tidak bisa mempercayaimu dan aku tidak ingin memberitahumu."


"Tidak apa-apa.. aku tahu aku tidak pantas untukmu..."


"No! Tolong jangan katakan itu!"


Aku menitikkan air mata lebih banyak lagi dan kupikir aku terlihat sangat menyedihkan. "Mia.. katakan padaku.. bahwa kau ingin kembali.."


"Taehyun.." Dia mulai menitikkan air matanya, dan aku tidak tahu kenapa dia melakukan itu. Maksudku, apakah dia tersentuh oleh kepedihanku atau karena alasan lain? Tapi satu hal yang pasti yang ku rasakan sekarang adalah pelukan eratnya. Dia pun kemudian ingin mengatakan sesuatu. "Aku masih mencintaimu.. Dan ya, aku ingin kembali.."


Mendengar pengakuan tulusnya, air mataku pun kini penuh dengan kebahagiaan. "Aku.. Aku juga mencintaimu, Mia. Ayo, kita kembali bersama.. Mari kita mulai dari awal untuk musim semi berikutnya.."


"Ya.. jadilah milikku selamanya, Taehyun.."


Saat ini, keduanya tengah bersorak atas kembalinya cinta mereka yang belum selesai. Mereka pun bersulang dengan bibir mereka yang akan segera bertaut. Gadis itu kini mulai meneguk anggur terakhirnya, membaginya ke dalam mulut lelakinya, sesaat angin musim semi bertiup mengelilingi keduanya, seperti ingin merayakan kembalinya cinta mereka di musim semi. Musim semi ini sepenuhnya milik mereka. Mereka ingin menghabiskan lebih banyak tahun musim semi bersama demi cinta yang lebih baik di esok hari.






SELESAI







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro