Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love Was All We Need, Down To Our Hearts.

***






No broken hearts in the club, no tears in the club

'Cause we gon' get it poppin' tonight

No broken hearts in the club, more drinks - pour it up!

'Cause we gon' get it poppin' tonight


"El, baiklah, hentikan! Kau terdengar buruk! Kau akan merusak lagu Bebe-ku! Jangan samakan kau dengannya! Well, meskipun kalian memang sesama Albanian.."


Pria menyebalkan bernama Soobin ini mengoceh dan merampas mikrofonku tanpa peringatan apa pun. Jadi, aku segera mengerutkan kening sambil menyesap bir milikku yang sebelumnya terletak di meja.


"Tidak perlu bersikap kasar seperti itu! Kau tahu aku membencimu!"


"Oh, silakan! Memangnya aku peduli?"


Dia menggenggam mikrofonku sementara tangannya yang lain memegang bir yang akan dia minum. Aku pun kemudian memperhatikannya minum sembari mataku tertuju pada jakunnya, yang benar-benar mampu membuatku menelan ludah.


Tindik bibirnya pun rupanya mampu menarik perhatianku sesaat dia telah selesai menyesap birnya. Untuk sesaat, aku tidak pernah berpikir bahwa dia terlihat begitu seksi..


Maksudku, bibirnya benar-benar mampu membuatku menggigit bibir ini. Bibir seksinya itu rupanya telah mengundangku untuk memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya. Namun belum juga selesai membayangkan hal kotor semacam itu, dia rupanya langsung menyadari pandanganku yang membeku, mengarah padanya. Jadi, aku pun berusaha untuk tetap tenang. Namun jauh di dalam lubuk hati, aku yakin kalau aku sudah hilang nyawa akibat ketampanannya itu.


"Kenapa kau menatapku seperti itu?"


"Hah? Itu.. umm.. kau tampak aneh berdandan ala emo seperti itu!"


Aku menyesap sebotol bir lagi sekadar untuk menghilangkan kepanikanku, dikarenakan kebohonganku yang terlihat jelas, dimana sebelumnya aku tampak menghinanya, padahal dalam otak dan hatiku berpendapat lain. Dan senyuman manisnya itu yang tiba-tiba, seketika saja membuatku lemah.


"Oh, ini hanya untuk hiasan." Dia melepas tindik bibirnya seolah bibir telanjangnya itu mampu menembus hatiku dengan begitu mudahnya. Dan mungkin untuk sesaat, aku pun berasumsi bahwa aku akan jatuh cinta lagi padanya. "Lihatkan?"


"Sial, kukira kau benar-benar menjadi emo.."


"Hah? Memangnya kau pikir aku ini emo seperti pacarmu!"


Oh, Choi Soobin, aku bersumpah bahwa kau tak perlu mengungkit si brengsek itu tepat di depan wajahku. Aku sangat membenci pria itu sampai-sampai aku harus putus dengannya pada akhirnya. Aku tahu sejak awal bahwa aku tidak pernah mencintainya. Atau mungkin lebih buruknya bahwa aku hanya memanfaatkannya, demi untuk melupakan seorang Soobin.


Aku pun ingat hari itu dimana tampak seorang gadis mendekatimu, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk mencium pipimu, yang pada akhirnya membuatku sakit hati. Alasan itu pun kemudian membuatku mengambil keputusan konyol dengan si brengsek emo. Namun sayangnya, aku malah terjatuh ke dalam perangkapku sendiri dimana aku mulai mencintai si emo itu. Dan itulah hasil yang terjadi, dimana aku sekarang tengah duduk manis sembari mabuk ditemani dengan sahabatku, si Soobread.


Aku ingin melupakan si emo punk itu layaknya dia yang telah melupakanku dengan selingkuhannya sebegitu mudahnya. Well, like, sampai jumpa, emo keparat, kurasa aku perlu menghilangkan rasa sakitku. Dan mungkin membiarkan diriku kembali jatuh cinta pada Soobread. Well, mari kita lihat.


"El, relax!"


"Ah, biarlah! Lagipula ini memang tujuanku!" Aku selesai meneguk bir dengan tidak santai, mampu membuat Soobin sedikit panik sebelumnya.


"Ada apa? Kenapa kamu kesal seperti itu?"


Aku berpura-pura menangis agar terlihat tegar, atau mungkin lebih tepatnya, aku ingin membuatnya tertawa. "Si brengsek itu selingkuh. Jadi, aku harus terlihat seperti apa? Haruskah aku terlihat bahagia?"


Tapi kupikir aku gagal melihat tawanya, dan tatapan prihatinnya benar-benar membuatku merasakan suatu hal. "Oh? Maaf aku tidak mengetahuinya.."


"Sudahlah. Kita nikmati saja malam ini.. bernyanyi, minum, dan apa pun itu.."


Aku melihat senyum lebarnya dari sudut mataku saat aku menyesap bir lagi. "Yoo, mau nyanyi laguku?"


"Lagu yang mana ya? Seolah-olah kalian TXT tidak punya banyak lagu!"


Dia terkekeh, membuatku kehilangan nyawa yang lain dalam diri ini. "Ayo, nyanyi Deep Down!"


"Oh? Lagu baru?"


"Yes, ma'am." Dia mulai menekan tombol remote untuk memilih lagu.


"Cih." Aku mengambil mikrofonku secara kasar dari tangannya. Namun, ia malah tersenyum bagaikan anak kecil bermuka imut dalam balutan busana atau tampilan khas anak emo.


Telling me, what is the answer?

Telling me, I've figured it out

Was the difference always me?

So deep down, I need you more


Kami pun sudah selesai menyanyikan bagian pre-chorus. Maksudku, ya, hanya dia memang yang menyanyikan seluruh lagunya. Sementara, aku di sini hanya menatap lirik di layar sambil menggaruk-garuk kepala seperti orang idiot.


Now I see what I can see

It's a crown, illuminating me

The difference is what I need

So deep down, I need you more


Sambil bernyanyi, dia pun mengajakku berdansa. Well, lebih tepatnya kita menari waltz. Setelah itu pun, kita tertawa, bersikap aneh satu sama lain.


"Kenapa kau tidak bernyanyi?"


"Aku tidak tahu liriknya, Soob."


"Baiklah, berdansa saja denganku kalau begitu."


Musik terus berputar tetapi tidak ada satu pun yang bernyanyi melainkan hanya menari. Kami pun benar-benar menikmati malam dengan bersulang diselingi tarian waltz aneh ala kami. Tarian itu pun alhasil membuat pandanganku seketika menjadi buram. Aku meneguk bir terakhirku dengan keadaan dimana setelahnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi padaku.


"Yo, El? kau mabuk?" Aku melingkarkan lengannya di leherku, tepat disaat aku menemukan Elira dalam keadaan linglung karena mabuk.


"Oh, Soob? Hmm, Soobin-ku yang seksi.." Elira memujiku dalam gumamannya, alhasil mampu membuat wajahku memerah. Meskipun aku tahu kalau aku tidak seharusnya tersipu seperti ini... Like, come on, dia mabuk, dan aku seharusnya membaringkannya untuk istirahat! What the hell, Soobin! Wake up!


"Kita akhiri saja, El. Aku akan membawamu ke kamar."


"Hmm.. ayo, Soobin! Kita bercinta saja!"


Aku menelan ludahku dengan tidak santai sesaat diriku nampaknya berkelahi dengan pikiranku, Like, 'What the fuck, El, kumohon hentikan! Jangan lakukan ini padaku! Aku tidak cukup kuat, juga tidak sabar untuk memilikimu! Dan aku tahu aku seharusnya tidak senang melihatmu putus. Tapi sialnya, aku tidak bisa menahannya.'


"Heh, sial! Mau berciuman? Ayo!"


Aku melihatnya menyeringai saat kupikir dia sangat senang dengan tawaran ciumanku. "Ya, ayolah! Tunggu apa lagi? Aku mencintaimu setelah sekian lama.. Tapi kenapa kau membiarkan gadis itu menciummu?"


Tapi pikiranku sebelumnya salah saat aku melihatnya meneteskan air mata sembari mengumpat tentang gadis yang tidak aku ketahui. "Apa? Siapa gadis yang kau maksud?"


"Argh, perempuan jalang itu! kau brengsek!" Dia tiba-tiba memukul dadaku dan aku pun mengerang kesakitan.


"Oke, hentikan! Aku berusaha mengingatnya tapi tak bisa. Yah, kamu tahu kan kalau aku punya banyak penggemar.."


"Oh? Jadi, menurutmu kau perlu bermain hati? Kau tahu, kan? Kalau aku sangat benci si brengsek itu. Aku tidak pernah mencintainya sejak awal. Aku hanya memanfaatkannya karena aku sangat mencintaimu sehingga ku pikir aku harus melupakanmu..." Aku mendapatinya cegukan, alhasil membuatku panik. Jadi, aku pun berusaha membantunya untuk duduk di sofa, dan bergegas pergi ke dapur untuk mengambil air mineral.


Aku pun kembali dengan membawa segelas air, bersamaan dengan tatapanku yang tertuju pada matanya yang terpejam dengan mulutnya yang terus menggumamkan sesuatu. Seperti, mungkin dia sedang berbicara dalam bahasa Albania, karena rupanya aku tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya.


Dan melihat raut wajahnya yang sekarang tampak frustasi karena disakiti lelaki lain... Tapi tidak, kupikir akulah yang membuatnya seperti itu. Dia sedih karena berpikir bahwa aku tidak mencintainya, atau bahkan telah menghancurkan hatinya juga bersama dengan gadis lain.


Padahal faktanya, aku selalu menunggunya untuk melajang lagi. Dan aku tahu kalau aku memang brengsek. Tapi, mau bagaimana lagi? Memangnya kita tidak muak ketika seseorang yang kita cintai malah bersama dengan orang lain selain kita?


"Soobin..."


"Oh ya, sebaiknya kamu minum dulu."


Aku membantunya untuk meneguk segelas air lalu menyandarkan kepalanya di sofa. Dan aku mendapatinya hendak mengatakan sesuatu.


"Soobin.." Dia lalu merengek seperti anak kecil. "Jadilah milikku... Hanya cintamu yang kubutuhkan.. Jauh di lubuk hati ini, aku menginginkanmu.." Dia menarik sweterku ke dalam kepalan tangannya. Aku pun tersentak dengan pengakuan cintanya secara tiba-tiba.


"El.. kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu.. Aku sangat menginginkan dan membutuhkanmu.. Tapi kamu mabuk.. Kamu tidak akan mengingat apa pun saat kamu bangun."


"Tidur di sampingku..." Dia menangis dan itu membuat hatiku sakit. "Aku ingin kamu mengatakannya lagi ketika aku bangun..." Dia terisak dan aku tidak ingin membiarkannya bersedih. Jadi, aku mencium keningnya dan menggendongnya ke tempat tidur dengan ala bridal.


"Ssst, kalau begitu ayo kita tidur bersama. Jangan menangis, sayang. Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku, Elira Roze."


"Choi Soobin.. Aku juga mencintaimu, jauh di lubuk hati.. Tepat di hatiku.. aku membutuhkanmu.."


Pada akhirnya, keduanya saling menautkan bibir usai menyatakan cinta satu sama lain. Dan jauh di dalam lubuk hati mereka, cinta memang mampu membuat keduanya menjadi pasangan yang saling membutuhkan.






-SELESAI-







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro