Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Foolish Love

***






Happy, happy, happy fools

Happy, happy, happy fools

Happy, happy, happy fools

Happy, happy, happy


Oh, well. Hey, guys. Saat ini, aku sedang mendengarkan lagu berjudul Happy Fools. Dan aku pun tak tahu dengan siapa aku berbicara? Well, anggap saja ini adalah sudut pandangku, yang ya, anggaplah aku sebagai pemeran utama wanita saat ini.


Tapi sayangnya, aku bukan tipe pemeran utama wanita yang mendapatkan cintanya dengan mudah, seperti dulu aku pernah menyatakan cinta dan berakhir naas dimana cintaku rupanya bertepuk sebelah tangan. Aku tahu aku sedih saat itu ketika aku mengaku kepadanya bahwa aku jatuh cinta padanya sementara dia tidak.. Like, damn it, apa yang harus ku lakukan agar dia jatuh cinta padaku?


"Ay-yo, Kena! Selamat ulang tahun!"


"Lea! Kau datang juga!!!"


Baiklah, ya, hari ini adalah hari ulang tahunku, dan aku pun mengadakan pesta. Like, why not, aku hanya ingin? Aku pun punya uang untuk dihabiskan, so?


Oke, mari kita lanjut ke adegan di mana kita berdua berpelukan seperti saudara kandung. Dia sahabatku, namanya Lea, tentu saja. Tapi tunggu, kenapa aku belum juga memberi tahu kalian namaku padahal sebenarnya akulah pemeran utama wanitanya?


Baiklah, halo, inilah namaku, Makena Willow. Haruskah aku memberitahumu juga dari mana asalku? Oke, kalau begitu, aku berasal dari Charlotte, North Carolina, AS. Dan aku terlahir sebagai orang kulit hitam dan oke begitu saja.. Apa lagi yang perlu ku jelaskan?


"Sial, sudah lama tidak bertemu, dan kau semakin cantik! Lalu siapa kira-kira lelaki yang beruntung itu?"


Dia benar-benar mengejekku padahal di dalam hatiku hanyalah untuk adik laki-lakinya seorang... tak ada yang lain, girl. I'm serious.


"Makena, selamat ulang tahun!"


Oh, sial, sial, sial, bicara tentang adik laki-lakinya yang imut itu.. Dia ada di sini! Oh My God, dia benar-benar di sini! WHAT.


Huening Kai rupanya di sini! Lalu apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku melompat dari atap.. Tidak, maksudku haruskah aku melompat ke dalam pelukannya?


"Oh..." Aku pun ternganga dan berkata 'Oh' seperti orang bodoh?


"Oh ya, aku lupa memberitahumu kalau aku di sini bersama Kai, dan dia sedang US tour!" Lea menarik lengan Kai agar lebih dekat denganku, dan aku pun tak tahu apa maksudnya. Tapi yang jelas, Kai sekarang sudah berdiri di sampingku, tepatnya berada di tengah-tengah kami, seperti oke, anggap saja Lea hanya ingin menaruh Kai di situ.


"Oh, ok." Aku tak tahu harus menjawab apalagi. Aku merasa canggung bagaikan seorang penggemar yang hendak meneriaki idolanya tetapi gagal. Maka, aku pun hanya berteriak dalam hati, seperti seorang fans yang bertemu idolanya secara tiba-tiba, tepat di hadapannya. But well, anyway, dia memanglah seorang idola.


"Well, ini hadiah untukmu, dan semoga kau menyukainya." Kai memberiku hadiah yang sekali lagi mengejutkanku seperti orang bodoh. Tapi tidak, maksudku, aku lebih terkejut ketika melihat senyuman manisnya tearah padaku.


"O-oh, terima kasih, Kai. Kamu baik sekali."


"Tentu. Lagipula, kau sudah kuanggap seperti kakakku sendiri."


Oh, baiklah, Kai. Terima kasih telah membuat semuanya jelas seperti di masa lalu. Dia memberitahuku secara blak-blakan di hadapanku bahwa dia masih Kai yang dulu yang rupanya tidak sama sekali memiliki perasaan padaku.


"Alright, SISTER, huh. Selamat bersenang-senang.."


Aku menyuruh mereka untuk menjauh dari hadapanku sesaat tamu lain datang, sekadar untuk mengucapkan selamat ulang tahun, lalu memberiku beberapa hadiah, dan masih banyak lagi. Namun, rupanya tatapanku seolah tak mau lepas dari sosok adik kecil tampan itu.


Aku mencuri pandang pada sosoknya dari kejauhan, yang aku lihat dia sedang berjalan di belakang punggung kakaknya. Dan kemudian dia mengambil beberapa potong egg tart -kue favoritnya untuk dimakan.


Ku lihat sosoknya yang kini terlihat lebih dewasa dan seksi, tidak lagi seimut dirinya yang dulu. Dan kilas balik pun perlahan muncul sesaat aku melihatnya mengunyah egg tart itu.


"Kai, apa kau mau?"


"Oh, egg tart! Ini buatanmu?"


"Ya, tapi aku tak tahu dengan rasanya.."


"Oh, jadi, kau butuh pencicip?"


"Ya!"


Tanpa ragu, Kai memasukkan egg tart itu ke dalam mulutnya yang membuatku senang. Dia terlihat sangat manis dengan mulutnya penuh dengan egg tart yang kubuat. Dan kupikir ini adalah pertama kalinya aku jatuh cinta padanya sejak hari itu.


Aneh? Atau lebih tepatnya bodoh? Oh, tentu. Sebut saja aku bodoh, seolah kita tidak pernah tahu kapan dan harus jatuh cinta pada siapa. Lebih tepatnya, sebut saja itu cinta yang bodoh, aku tidak keberatan!


"Ken, kau mau?"


"Hah?"


Aku terkejut melihatnya sudah berada tepat di hadapanku, sesaat sebelumnya ku sedang melamunkan sosoknya dalam bentuk kilas balik. Dia pun terlihat memegang sepiring egg tart dengan senyuman tampannya yang khas tertuju padaku. Ia rupanya tengah menawarkan sepotong egg tart, hendak memasukkan kue itu ke dalam mulutku.. Seperti, oh sial, apakah dia akan menyuapiku? OMG, WHAT?


"Buka mulutmu. Aaa."


Aku tak tahu dengan apa yang kupikirkan sesaat diriku rupanya menuruti perintahnya untuk membuka mulut. Dan ya, rasa manis itu kini berkeliaran di mulutku. Tapi tunggu, kupikir ini lebih manis sesaat dia berhasil menyuapiku.. Tapi... OH SHIT! Ini benar-benar MANIS, sesaat sentuhan jari lembutnya itu menyentuh sudut bibir.. hendak menyingkirkan sisa-sisa kue yang berhinggap dibibirku...


"Kenapa kakakku ini tampak seperti adik kecil?"


Yah, aku tahu kalau wajahku sekarang aneh. Mata dan hidungku membesar, mulutku terbuka lebar, apalagi ketika dia tiba-tiba menjilati sisa egg tart itu di ibu jarinya dengan ekspresi yang....


Ok, stop! Kumohon jangan coba-coba menggodaku lagi, Kai! Tidak, Kai, jangan lakukan itu! Jangan membuatku jatuh cinta lebih dalam, jika kamu tidak bisa membalas cintaku!


"Cih, ayolah, bersenang-senang! Lagipula kamu kan yang hari ini ulang tahun?"


Dia kemudian menarik lenganku, yang alhasil membuatku terpekik dan hampir terjatuh. But, no dude, maaf, ku kira aku tidak selemah itu untuk terjatuh. Tapi maaf, maksudku, jika bicara soal hati, tentu saja aku tidak sekuat itu seolah-olah aku sangat siap untuk terjatuh kapan saja.


They say I'm stupid

Even if it's a little delayed, I'm not afraid

It's happy every day

I'm trapped tightly in a sweet moment


Leave the worries to the me of tomorrow

This moment won't come again, yeah

I don't want to leave

This path of pleasure


I'm like a butterfly (Butterfly)

A honeybee that only works

Even that sky where the sun's setting

Won't know whether it's pretty (Get it, get it)


Kai benar-benar berdansa denganku saat lagu miliknya diputar di ruangan. Dia pun tak lupa untuk ikut bernyanyi, menyatu dengan musik. Dia terus tersenyum padaku seolah dia belum pernah melakukan itu sebelumnya setiap kali kita bersama. Dan senyumannya itu mampu membuatku semakin gugup, yang alhasil aku pun segera memasang senyum canggung.


Tepat pada saat ini, lagi dan lagi, aku memasang kembali wajah jelek, yang aku tahu bahwa ekspresi ku ini tidak akan mampu menggerakkan hatinya untuk jatuh cinta padaku. Tapi satu hal yang pasti yang aku saksikan sekarang adalah kami berpesta bersama dengan penuh kebahagiaan layaknya orang bodoh.


"Ken, kau ingin minum?"


"Oh, ok. Ambil apa saja.."


Fiuh, akhirnya aku bisa bicara normal ketika aku melihatnya meninggalkanku sebentar untuk mengambil minuman. Aku menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diriku untuk sulit bernapas setiap kali dia ada. Dan nyatanya, itu memang terjadi ketika dia kembali, aku benar-benar kehilangan nafas. Apalagi saat dia menawariku bersulang dengan cocktail yang akan kami minum.


"So, apa kabar? Lama tidak bertemu, ya?" Dia mulai menanyakan beberapa pertanyaan yang malah membuatku kehilangan kata-kata.


"Oh, aku baik-baik saja, ya, ya." Aku mulai meneguk koktailku secara terburu-buru, hanya untuk menghilangkan rasa gugupku.


"Woah, tenanglah, kamu akan mabuk, Ken."


Terlambat baginya untuk memperingatkanku, karena rupanya aku sudah menghabiskan segelas koktailku. Dan aku tahu kalau aku punya toleransi yang buruk terhadap minuman beralkohol. Dan sialnya, aku malah berkata bahwa aku baik-baik saja dengan segala jenis minuman, hanya untuk membuatnya terkesan. Lebih tepatnya lagi, mungkin hanya untuk menunjukkan padanya bahwa aku adalah seorang yang keren.. hahaha, fuck.


Dan sialnya lagi, aku pun merasa bodoh sesaat tatapanku kini berubah menjadi kabur. Sosok Kai perlahan juga berubah menjadi dua, seolah-olah dia tengah membelah dirinya sendiri. Lalu hal selanjutnya yang kulakukan adalah menertawakan sosok kembarannya dan dirinya sendiri.


"Kai, aku tak tahu, kau punya kembaran?"


"Ken, kau mabuk, dan seharusnya kau istirahat." Aku menghela nafas saat melihat Makena menyeringai seperti orang bodoh yang mabuk.


"Hmm, tapi ini hari ulang tahunku.. Kenapa aku harus.. hei kalian semua, ayo berpesta!"


Dia berteriak seperti orang idiot, tapi tidak, kupikir dia adalah seorang idiot cantik yang membuatku menahan tawa melihat dia bersikap konyol sambil mabuk.


"Girl, oke, stop! Kalau begitu, aku akan mengambil alih pestanya. Dan biarkan aku mengantarmu ke kamar."


Dia terkekeh, "Oh, tempat tidur? Hah, sudah waktunya tidur? Oke bawa aku!"


"Oke, sayang, ayo tidur."


Entah kenapa, aku hanya ingin memanggilnya seperti itu sambil menggendongnya ala bridal. Dan sepanjang perjalanan menuju kamar tidurnya, dia terus bertingkah konyol dengan terus-menerus menyanyikan lagu Happy Fools tanpa henti. Aku pun terkikik melihat kegilaannya sesaat pikiranku berkata bahwa dia tampak lebih cantik.. dan aku menyukainya...


"Kai, wajahmu lembut sekali, kenapa? Karena aku tidak!" Dia tiba-tiba mencubit pipiku saat aku sudah berada di depan pintu kamarnya, membuatku sedikit meringis kesakitan.


"Jangan menyentuhku seperti itu.. kecuali kau ingin dihukum!"


"Ya, ya, ya, kumohon, Kai! Aku butuh cintamu, hukumlah aku dengan cintamu!"


Sial, dia masih sangat menginginkanku seperti dulu dimana aku malah menolaknya. Karena aku tahu kalau saat itu aku tidak mencintainya. Aku tentu hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Dan itulah yang pernah kuungkapkan padanya secara jujur.


Aku pun merasa aneh pada saat itu, jika aku berkencan dengan sahabat kakakku sendiri, like, apakah kakakku akan mengizinkan? Atau lebih tepatnya, apakah Makena akan baik-baik saja jika dia berkencan dengan pria yang lebih muda sepertiku? Tidakkah dia akan memikirkan apa kata orang lain?


Dan lebih tepatnya pada kondisiku saat ini yang tidak menetap di AS, yang menurutku akan mempersulit segalanya dimana kami akan menjalani hubungan jarak jauh. Well, aku tahu aku hanya terlalu banyak berpikit.. but..


"Kai.." Dia tiba-tiba merengek seperti bayi yang membuatku terbangun dari lamunanku.


"Ya, Ken?"


"Diamlah! aku bukan Kenmu! Kamulah Ken-ku! Ayolah, aku ingin tidur sekarang!"


"Oh, maaf." Aku lupa untuk membaringkannya seperti orang bodoh yang punya hobi melamun. Meskipun pada akhirnya, aku berhasil menempatkannya di tempat tidur.


"Kai, stay!" Dia meraih lenganku saat aku hendak meninggalkannya untuk mengontrol pesta di ruang tamu.


"Aku akan kembali, sayang."


Tanpa peringatan apapun, lenganku ditarik olehnya. Dia membuatku jatuh di atasnya, mata kami pun bertemu. Dan untuk sesaat, aku tak tahu kenapa hatiku berdebar ketika wajah cantiknya berada lebih dekat dengan milikku.


"Sayang, cium aku. Ayo berciuman, ayolah!" Dia melingkarkan lengannya di leherku sesaat ku mencium aroma alkohol dalam dirinya. Dan untuk sesaat, entah mengapa, aku merasa suka dengan aroma itu. Maka, aku pun berusaha untuk mewujudkan keinginannya. Dan kupikir aku berada di bawah pesonanya ketika bibir kami mulai saling bertautan.


"Heh, kamu menyukaiku, kan?" Dia melepaskan ciuman kami, yang lantas aku pun mendesah frustasi karenanya. Untuk saat ini, kupikir mood berciumanku sudah hilang.


"Cih, kalau begitu tidur saja. Aku akan pergi."


"Kai..." Tiba-tiba dia menitikkan air mata dan hatiku hancur melihatnya seperti itu. Jadi, pada akhirnya aku memilih untuk tetap berada di sisinya.


"Baiklah, aku akan tidur denganmu malam ini."


"Kai.. kenapa kau tidak mau mengaku.. kalau kau mencintaiku? Kakak beradik tidak berciuman, kan?" Yah, dia ada benarnya juga. Tapi pikiranku bingung, like, why?


Kenapa tiba-tiba aku merasakan sensasi seperti kupu-kupu yang beterbangan memenuhi perutku atau bahkan jantungku berdebar kencang di atas normal? Aku belum pernah merasa seperti ini sebelumnya setiap kali aku bersamanya.. Tapi mungkinkah aku menjadi salah satu orang bodoh yang terburu-buru jatuh cinta seperti yang dikatakan orang bijak itu?


"Kai..."


"Entahlah.. Aku hanya tidak ingin terburu-buru.."


"Kenapa kau berpikir seperti itu padahal kita sudah saling mengenal sejak lama?" Dia memejamkan mata sambil berbicara. Aku pun berasumsi bahwa mungkin saja dia lelah atau alkohol telah berhasil menguras energinya.


"Baikah, jadi apa yang kau inginkan sekarang?"


"Be mine, Kai. Walaupun kau tak tahu.. cintamu itu padaku.. tapi aku bisa merasakannya."


Aku menghela nafas menyerah dan membiarkan diriku mengambil nasihatnya, "Baiklah, mari kita bersama sekarang dan aku berjanji akan mencintaimu.."


"Thanks, Kai. Aku juga mencintaimu tak peduli dengan apapun yang terjadi.."


Pada akhirnya, Kai memberinya ciuman singkat di bibir dan keningnya. Dia memang ingin melakukan sesuatu yang lebih dengannya. Namun sayang sekali, ini bukan saat yang tepat untuk memanfaatkan gadis yang sedang mabuk. Maka akhirnya, dia membiarkan gadis itu tidur, keduanya pun tertidur, seolah-olah sedang menciptakan momen cinta yang bodoh.. Keduanya memang seperti pasangan bodoh yang sedang jatuh cinta malam ini.






SELESAI





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro