17: Small Attention
Waktu makan siang adalah momen yang sudah dinanti-nantikan Kim Dohoon sejak pagi. Dia menatap jam dinding kelas dengan gelisah, kakinya terus bergetar di bawah meja. Youngjae, teman sekelasnya, menoleh ke belakang setelah merasakan getaran dari kursi Dohoon. Namun, alih-alih menegur, Youngjae hanya menggelengkan kepala dan kembali menulis.
Dohoon sebenarnya sudah berencana untuk memberikan sesuatu pada Soyeon pagi tadi. Tapi, karena bangun kesiangan, dia hampir saja dicegat guru BK saat sampai di sekolah. Untung saja kecepatan berlarinya cukup untuk menghindari masalah. Kini, waktu makan siang adalah kesempatan terakhirnya.
Saat bel berbunyi, Dohoon melompat dari kursinya, siap berlari keluar. Namun, langkahnya terhenti oleh teriakan Youngjae. "Ya, Kim Dohoon! Barangmu ketinggalan!" Youngjae menunjuk sebuah paperbag kecil di atas meja Dohoon.
"Ohhhh! Choi Youngjae, gomawo!" seru Dohoon, berbalik mengambil paperbag itu, lalu melesat menuju kelas Soyeon. Dia berharap seniornya itu masih ada di sana.
Saat mencapai pintu kelas, Dohoon melihat Soyeon sedang berbicara dengan Shinyu, salah satu teman dekatnya yang juga ketua drama. Napasnya sedikit tersengal-sengal saat dia berhenti di samping meja Soyeon.
"Noona," panggil Dohoon sambil jongkok, mencoba menenangkan napasnya. Mendengar suaranya, Soyeon kaget dan sempat mematung. Shinyu yang melihat reaksi itu terkekeh kecil.
Soyeon akhirnya berbalik, mendapati Dohoon tersenyum lebar padanya. "Kau ngapain ke sini?" tanyanya sambil berusaha menormalkan ekspresinya.
Dohoon berdiri dan menyerahkan paperbag kecil itu. "Aku ingin memberikanmu kado. Mwo... kado kecil saja kok. Ini tidak akan menjadi beban untukmu."
Soyeon ragu sejenak sebelum menerima paperbag itu. Senyum kecil menghiasi wajahnya. "Gomawo, Dohoon-ah. Bolehkah aku membukanya sekarang?"
Dohoon mengangguk antusias. "Tentu saja."
Saat Soyeon membuka paperbag itu, dia menemukan sebuah pita rambut berwarna soft pink yang sangat cantik. "Pita rambut? Untuk apa?" tanyanya bingung.
"Aku kemarin pulang sekolah melihat ada yang menjual pita rambut ini. Aku langsung ingat noona, jadi aku belikan untukmu," jawab Dohoon dengan wajah polos.
Shinyu yang dari tadi memperhatikan langsung menimpali, "Benar! Aku melihatnya sendiri. Dia langsung membelinya sambil bilang akan memberikan itu padamu."
"Besok kau pakai ya, saat pentas? Noona cocok dengan warna soft pink seperti ini," pinta Dohoon dengan penuh harap.
Soyeon menahan senyum malunya. "Tapi aku perlu izin dari ketua drama dulu, kan? Semua kostum harus sesuai aturan mereka."
Dohoon langsung mengerutkan kening, tapi tidak menyerah. Dia menarik kursi di samping Shinyu, menatapnya dengan mata memohon. "Boleh ya, Hyung?"
Shinyu mendesah, lalu tersenyum dan mengangguk. "Silakan, silakan."
Mendengar itu, Dohoon langsung bertepuk tangan. "Gomawo, hyung!" katanya senang. Di sisi lain, Soyeon berusaha menahan rasa bahagianya karena mendapatkan perhatian manis dari Dohoon.
***
Latihan gladi resik hari itu berjalan dengan lancar. Semua anggota tim drama terlihat bersemangat, meski lelah mulai terlihat di wajah mereka. Shinyu, yang telah memimpin proyek drama ini dari awal, berdiri di tengah lingkaran para anggota. Senyumnya tulus saat menatap mereka satu per satu.
"Terima kasih, teman-teman semua," ucap Shinyu dengan suara sedikit bergetar. Dia berusaha menahan tangisnya. "Hari ini adalah latihan terakhir kita. Besok adalah hari besar kita. Aku tahu persiapan ini tidak mudah, tapi aku sangat bangga dengan usaha kalian."
Hana, wakil ketua drama, duduk di samping Shinyu dengan kepala tertunduk. Jari-jarinya sibuk memilin satu sama lain karena ikut terharu. Jihoon, yang duduk di sebelahnya, meraih tangan Hana dan menepuknya pelan, memberikan dukungan tanpa berkata apa-apa. Hana tersenyum kecil sebagai balasan.
"Aku harap kalian mendapat kenangan yang indah dari pengalaman ini," lanjut Shinyu. "Maafkan aku dan Hana jika kami pernah terlalu keras. Semua itu demi keberhasilan acara ini."
Semua anggota mengangguk setuju, menyadari betapa berat tanggung jawab Shinyu dan Hana selama persiapan drama ini. Dohoon, yang duduk di samping Soyeon, diam-diam mencuri pandang ke arahnya. Soyeon terlihat fokus mendengarkan pidato Shinyu, wajahnya menunjukkan kebanggaan dan kebahagiaan.
Youngjae, Kyungmin dan Hanjin, seperti biasa duduk samping-sampingan, juga ikut mendengar kata-kata Shinyu. Sesekali mereka juga ikut memberikan reaksi.
Dalam mempersiapkan acara ini, semua orang lelah, tapi semua orang juga senang dalam mempersiapkan ini semua. Waktu yang telah mereka habiskan bersama dalam mempersiapkan acara akhir tahun ini, tidak akan mereka lupakan.
"Ja! Sekarang, waktunya pulang, kan?" kata Hana untuk menceriakan suasana.
Kyungmin mengangguk setuju. "Yap! Ayo pulang dan beristirahat dengan baik semuanya!"
"Jangan lupa untuk makan dengan baik," sahut Hanjin juga. Dan tak lama Youngjae juga membalas, "tidur yang benar dan bertemu lagi besok!!"
Hana mengangguk mantap dan berdiri. Kemudia dia mengulurkan tangannya ke tengah, mengajak yang lain untuk ikut mengulurkan tangannya satu persatu. "Hwaiting!!!" pekiknya begitu semua tangan sudah tersusun bagaikan gedung tinggi.
***
Saat latihan selesai, Youngjae pamit lebih awal. Dia bergegas mengejar Soojin yang baru saja keluar dari ruang teater bersama Harin dan Nari.
"Kwon Soojin!" panggil Youngjae. Harin dan Nari langsung berhenti, tersenyum menggoda saat melihat siapa yang memanggil.
"Cieee, Soojin!" ledek Harin sambil menarik Nari untuk pergi. "Nanti ceritakan ya!"
Soojin mengusir mereka dengan wajah memerah. Setelah mereka pergi, Youngjae berdiri di depannya, ragu sejenak sebelum akhirnya bicara. "Kau... kau sudah sembuh?" tanyanya cemas.
Soojin mengangguk. "Eo, aku sudah tidak apa-apa."
Namun, Youngjae menatap wajahnya dengan teliti. "Benarkah? Kau masih terlihat pucat. Mian, sebentar." Lalu tangan Youngjae terangkat, menyentuh kening Soojin dengan lembut. Masih sedikit hangat. "Kau masih sedikit hangat. Jangan kemana-mana. Kau harus langsung pulang, besok kau harus melihat festival sekolah!" ujar Youngjae.
Soojin terdiam. Sentuhan itu membuatnya gugup hingga sulit bernapas. "Kwon Soojin?" Youngjae melambaikan tangannya di depan wajah Soojin, mencoba menyadarkannya.
"Eo? Eo. Arasseo," jawab Soojin tergagap.
Youngjae tersenyum kecil. "Aku akan mengantarmu pulang. Dengan begitu aku bisa lebih tenang."
"Choi Youngjae. Aku tak apa. Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak mau menyusahkanmu," kata Soojin. Bukan, dia bukan tidak mau diantar pulang dengan Youngjae, tapi dia rasa dia tidak akan bisa berjalan dengan santai karna dia akan merasa jantungnya berdegup dengan kencang sepanjang jalan.
"Aniya. Aku sudah memutuskan," jawab Youngjae tegas. Dengan itu, mereka berjalan pulang bersama. Meski merasa senang, Soojin juga tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Jantungnya berdebar kencang sepanjang jalan. Di sisi lain, Youngjae terus mencuri pandang ke arahnya, tersenyum kecil tanpa Soojin sadari.
[TBC]
-------------
08 Januari 2025
lagi ngebet banget nulis wkkwkwk jadi ini diaaa chapter terbarunya ehehehe bagaimana sejauh ini?? terlalu cepet kah??
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro