Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07: Saturday with Hanjin

Hanjin sedang rebahan di atas kasur di kamarnya, menatap langit-langit dengan pikiran yang melayang-layang. Wangi manis dari dapur sudah memenuhi rumah, menandakan bahwa kue buatan mamanya hampir selesai. Aroma cokelatnya membuat perut Hanjin sedikit keroncongan.

"Hanjin! Kue sudah jadi," panggil suara lembut mamanya dari dapur.

Dengan semangat, Hanjin bangkit dari kasur, berlari kecil menuju ruang makan. Di meja makan, sebuah kue cokelat yang tampak begitu menggugah selera sudah menanti. Uap panasnya masih mengepul, dan Hanjin yakin rasanya pasti luar biasa.

"Mama, kapan Papa pulang?" tanya Hanjin sambil menatap kue itu.

"Entahlah. Katanya besok. Ada apa?"

Hanjin menggeleng sambil mengambil sepotong kue yang sudah ditaruh di piring oleh mamanya. "Aku cuma tanya, sudah seminggu nggak lihat Papa."

"Besok pulang, sepertinya. Bagaimana sekolahmu? Apa kau sudah nyaman di sini?"

"Mama, aku sudah pindah ke sini hampir setahun. Semuanya baik-baik saja. Jadi Mama bisa santai dikit," jawab Hanjin sambil tersenyum.

Mamanya mengangguk lega. "Syukurlah. Kalau ada apa-apa, cerita ya."

Hanjin mengangguk, menikmati potongan kuenya. Namun, momen tenangnya terganggu oleh suara kedua adiknya yang memanggilnya dengan heboh.

"Gege! Ponselmu bunyi terus dari tadi!"

Hanjin menoleh, melihat salah satu adiknya melambai-lambaikan ponselnya. Dengan rasa penasaran, dia mengambil ponsel itu dan mengecek layar. Ada dua panggilan tak terjawab dari Aeri, teman sebangkunya, serta pesan yang mengatakan bahwa Aeri ingin bertemu. Dari nada pesannya, suasana hati Aeri tampak sedang buruk.

"Mama, aku izin pergi, boleh?"

"Kemana?"

"Ada temanku yang ingin bertemu. Boleh ya?"

"Perempuan? Yakin cuma teman?" ledek mamanya sambil tersenyum jahil.

"Mama..." Hanjin mengeluh pelan, wajahnya sedikit memerah.

"Iya, iya. Silakan. Tapi bawakan juga kue ini untuknya."

Hanjin menurut. Dia memasukkan sepotong kue cukup besar ke dalam kotak makan, lalu bersiap pergi. Setelah berpamitan, ia segera menuju kafe tempat Aeri mengajaknya bertemu.

***

Saat Hanjin tiba di kafe, dia melihat Aeri sudah duduk di dekat jendela dengan wajah masam. Tanpa ragu, dia langsung menghampiri.

"Aeri-ya," sapanya sambil duduk di depan gadis itu, masih dengan senyuman cerahnya.

Aeri hanya menghela napas, tampak lelah. Hanjin mengeluarkan kotak berisi kue dan menyerahkannya.

"Ini. Mamaku baru saja membuat kue saat kau telepon. Dia menyuruhku untuk memberikannya padamu."

Melihat kue cokelat itu, senyum kecil akhirnya muncul di wajah Aeri. "Terima kasih! Tolong sampaikan terima kasihku pada Mamamu juga ya!"

"Tentu. Tapi ada apa? Kau kelihatan nggak senang."

"Bisakah kita jangan membicarakannya dulu?" Aeri mengambil sepotong kecil kue itu dengan lesu. "Aku lagi malas membahasnya."

"A-ah, oke. Tidak apa-apa. Kau nggak perlu bicara kalau nggak ingin," balas Hanjin dengan nada lembut.

"Minumlah. Aku memesankan ice lemonade, minuman favoritmu. Tidak apa, kan?"

Hanjin mengangguk, menyeruput minuman itu. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dengan wajah antusias. "Aeri-ya, mau dengar lagu bareng? Ini lagu yang akan kami bawakan di festival nanti."

Mata Aeri langsung berbinar, ketertarikannya muncul. Dia sedikit menyingkir ke samping dan menepuk kursi di sebelahnya. "Duduk di sebelahku saja."

Tanpa ragu, Hanjin berpindah tempat, duduk di samping Aeri. Dia mengeluarkan earbuds, memasang satu di telinganya dan memberikan satu lagi untuk Aeri. Sebelum itu, dia menyisir rambut Aeri yang menutupi telinganya, menyelipkan rambut itu dengan lembut ke belakang telinga Aeri sebelum memasangkan earbuds.

Gerakan itu membuat tangan Aeri yang hendak menyuapkan kue terhenti di udara. Sentuhan jari-jari Hanjin yang lembut di telinganya membuat jantung Aeri berdebar kencang. Dia buru-buru menoleh ke Hanjin, mendapati lelaki itu tersenyum manis padanya.

Detak jantungnya semakin tidak karuan. Dengan cepat, Aeri kembali fokus dan tersenyum kecil. Dia lalu menyuapkan potongan kue yang tadi terhenti di udara ke depan mulut Hanjin. "Ayo, kau juga makan," katanya.

Hanjin menurut, membuka mulutnya untuk menerima potongan kue itu. Sementara itu, lagu mulai mengalun melalui earbuds mereka. Suara musik itu menyelimuti keduanya, seakan hanya ada mereka berdua di dalam kafe.

Tanpa sadar, Aeri menyandarkan kepalanya di bahu Hanjin. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Hanjin ikut merasakan detak jantung yang tidak teratur. Kedekatan mereka selama ini memang sebatas teman, tapi hari ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang berubah, sesuatu yang membuat mereka berdua mulai mempertanyakan apa arti hubungan ini.

Hanjin melirik Aeri yang terlihat tenang di bahunya. Meski jantungnya berdebar kencang, dia tetap membiarkan momen itu berlangsung. Mereka mungkin belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, tapi satu hal pasti: hari ini adalah awal dari sesuatu yang lebih dari sekadar teman.

[TBC]
-----------------
01 Desember 2024

YES! part Hanjin uda keluar ges!! wkwkwkw ada kah yang bisa nebak abis ini siapa?? wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro