20: Let's Start the Stage
Youngjae menuruni tangga dengan langkah ringan, tangannya masih sedikit kotor akibat memeriksa lampu yang bermasalah di lantai atas. Ia merasa puas karena masalahnya sudah selesai. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seorang gadis muncul entah dari mana, berdiri tepat di depannya.
"Soojin-ah! Kau mengejutkanku, tau!" seru Youngjae dengan suara setengah tertahan, dadanya berdebar karena kaget.
Soojin tersenyum kecil sambil mengulurkan sekotak susu coklat ke arah Youngjae. "Youngjae-ya. Sepertinya aku tidak bisa menahannya lagi."
Youngjae mengangkat satu alis, bingung. "Apa maksudnya? Menahan—STOP! Jangan lanjutkan!" potongnya dengan nada serius, kedua tangannya terangkat seolah meminta waktu.
Soojin yang tadinya sudah bersiap untuk berbicara, terdiam. Mulutnya tertutup rapat sementara pandangannya jatuh ke lantai, tak sanggup menatap Youngjae lagi.
Melihat Soojin seperti itu, Youngjae merasa bersalah. Dengan perlahan, ia mengambil kotak susu dari tangan Soojin, lalu mengangkat dagu gadis itu dengan lembut. Tatapannya penuh keyakinan. "Biarkan aku yang mengatakannya duluan."
Soojin terkejut, matanya membulat sempurna. "Hah?" gumamnya, masih mencerna apa yang baru saja dikatakan Youngjae.
"Joahae, Kwon Soojin," ucap Youngjae sambil tersenyum tulus. "Alasan aku sampai berdiri di depan rumahmu waktu itu dan menunggumu, aku khawatir sekali melihatmu yang masih terlihat pucat. Dan, ada beberapa kejadian lainnya... Kau benar-benar manis sekali, dan baik. Aku menyukaimu, Kwon Soojin."
Soojin mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha memastikan bahwa ia tidak salah dengar. "Kau serius?"
Youngjae tertawa kecil, mengacak rambut Soojin sebelum memasukkan tangannya ke saku celananya. "Tentu saja. Kau juga menyukaiku, kan?"
Soojin tersipu, wajahnya memerah seketika karna seperti tertangkap basah. "Tidak. Kau geer sekali."
"Yakin?" Youngjae memiringkan kepalanya, menatapnya penuh arti. "Aku sedang menembakmu untuk jadi pacarku sekarang."
Soojin menunduk, mencoba menyembunyikan senyumnya yang semakin lebar. Akhirnya, dengan suara nyaris tak terdengar, ia mengaku, "Iya, iya. Aku menyukaimu juga."
Youngjae tersenyum puas, langsung mencubit kedua pipi Soojin dengan gemas. "Gomawo, karena sudah menyukai orang sepertiku. Kalau begitu, kita pacaran ya sekarang! Oh, terima kasih juga untuk susunya."
Soojin hanya bisa mengangguk, wajahnya merona malu. Ia tak tahu harus berkata apa lagi.
***
Di ruang rias lain, Soyeon duduk gelisah di sudut ruangan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, tetapi kegugupan itu sulit diusir. Tangannya sibuk memilin jari-jarinya, kebiasaan yang selalu muncul saat ia merasa cemas.
Dari sisi lain ruangan, Dohoon memperhatikannya. Ia sudah selesai dirias dan akhirnya memberanikan diri mendekat. Duduk di sebelah Soyeon, Dohoon memanggilnya pelan, "Noona."
Soyeon menoleh, meskipun kegugupannya masih terpancar jelas. "Dohoon-ah..." gumamnya.
Melihat tangan Soyeon yang terus bergerak gelisah, Dohoon meraih tangan itu dan mengelusnya lembut. "Jangan terlalu khawatir. Semua akan baik-baik saja. Percaya saja padaku. Kita akan melakukannya dengan baik, oke?"
Soyeon menunduk, masih ragu. "Tapi bagaimana kalau aku mengacaukan semuanya? Bagaimana kalau aku lupa dialognya?"
Dohoon menggeleng tegas. "Tidak. Tidak perlu memusingkan hal itu. Lagipula, aku bisa berimprovisasi nanti dan akan membantumu jika kau lupa dialog. Jadi tenang saja, oke?"
Namun, Soyeon tetap terlihat tidak tenang. Dohoon yang duduk begitu dekat dengannya bisa merasakan kegugupan itu. Akhirnya, Dohoon mencoba pendekatan lain.
"Soyeon-ah..." panggilnya, kali ini tanpa menyebut "noona" atau "sunbae," membuat Soyeon langsung menatapnya dengan mata terkejut. "Nal midji?" tanya Dohoon, nadanya tegas tapi tetap lembut. (Kau percaya padaku, kan?)
Soyeon menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Aku percaya," jawabnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia tahu, ia harus percaya pada Dohoon.
"Gwaenchanha." Dohoon tersenyum hangat, kemudian menyadari sesuatu. Pita rambut yang dikenakannya hari ini adalah pemberian Dohoon. Senyumnya semakin lebar. "Kau memakai pitanya?"
Soyeon mengangguk. "Iya. Aneh, kah?"
"Tidak. Kau terlihat cantik kok." Dohoon berdiri, mengeluarkan ponselnya. "Ayo kita foto."
"Hah?" Soyeon melongo.
Sebelum Soyeon sempat menolak, Dohoon sudah meminta temannya untuk mengambil foto mereka. "Senyum, Soyeon-ah," katanya lembut.
Mendengar namanya disebut, Soyeon akhirnya tersenyum, meski gugup. Senyumnya begitu indah hingga membuat Dohoon sejenak terdiam.
Tak lama, panggilan untuk Dohoon kembali ke ruang rias terdengar. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri menyemangati Soyeon sekali lagi. "Lakukan yang terbaik, ya. Aku percaya padamu."
Soyeon mengangguk. Hatinya yang tadi penuh kecemasan mulai terasa lebih tenang. Semua akan baik-baik saja.
***
Di belakang panggung, suasana terasa hening namun penuh dengan energi yang sulit dijelaskan. Seluruh anggota kelompok berdiri membentuk lingkaran, tangan mereka saling melingkar di pundak satu sama lain. Napas mereka terdengar dalam irama yang hampir seragam, seperti mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi sorotan besar di luar sana.
Shinyu, pemimpin kelompok yang selalu berusaha terlihat tenang, mengedarkan pandangannya ke seluruh anggota. Senyum lebarnya mencerminkan keyakinan yang ia miliki terhadap mereka. "Aku benar-benar bahagia dengan acara akhir tahun ini. Kita sudah bekerja keras, dan aku yakin hasilnya akan sepadan. Semoga semuanya berjalan sesuai latihan, ya," ucapnya penuh keyakinan, meskipun sedikit ketegangan tersirat di nada suaranya.
Hana, yang terkenal dengan semangatnya yang selalu menular, segera menyahut dengan suara penuh energi, "Ayo kita teriak bersama sebelum naik panggung! Ini saatnya memberikan yang terbaik!"
Anggota lainnya saling bertukar pandang, beberapa tersenyum gugup, sementara yang lain mengangguk penuh semangat. Serentak, mereka menarik napas panjang sebelum melepaskan teriakan bersama yang menggema di belakang panggung. Teriakan itu, meskipun singkat, seperti aliran listrik yang menyatukan hati dan pikiran mereka.
Detik-detik menjelang penampilan terasa semakin menegangkan. Suara musik latar yang lembut mulai terdengar dari speaker di sudut ruangan, menandai bahwa waktu mereka semakin dekat. Beberapa anggota mengambil napas panjang lagi, mencoba menenangkan diri, sementara yang lain melirik satu sama lain dengan senyum kecil, memberi dorongan semangat tanpa kata.
Kyungmin dan Hanjin berjalan ke sisi panggung, bersiap untuk menarik tirai besar yang menutupi pandangan penonton. Saat tangan mereka menyentuh tali, semua orang di lingkaran itu berdiri lebih tegap, seolah sedang mempersiapkan diri secara fisik dan mental.
"Semangat, semuanya," bisik Shinyu pelan, tapi cukup jelas untuk didengar oleh semua orang di sekitarnya.
Tirai besar itu mulai terbuka perlahan, derit halusnya terdengar, seperti memperpanjang rasa tegang yang menggantung di udara. Cahaya lampu panggung yang terang mulai menerobos masuk, perlahan menyapu wajah-wajah mereka yang sudah berdiri di posisi masing-masing. Detik demi detik terasa seperti menit, hingga akhirnya tirai terbuka sepenuhnya, memperlihatkan mereka kepada para penonton yang duduk dengan penuh antisipasi di aula besar.
Musik mulai mengalun, melodi awal yang lembut namun kuat, seperti menyambut kehadiran mereka. Dalam hati masing-masing, para anggota tahu ini adalah momen yang telah mereka persiapkan selama berbulan-bulan. Tidak ada jalan kembali.
Pentas... dimulai.
-------------
14 Januari 2025
OMGGGGG, nulis adegan Youngjae yang ini lucu bangetttt:))) btw, cuma tinggal 1 part lagi sebelum ke epilog ges:) tidak terasa sudah sepanjang ini ceritanya, walaupun cepet sih alurnya kwkwkkwkw selamat membacaaaa!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro