08: Saturday with Youngjae
Youngjae sebenarnya tidak bersemangat untuk keluar hari ini. Sabtu adalah hari untuk istirahat, bukan jalan-jalan. Tapi apa daya, adiknya, Sera, bersikeras untuk pergi ke bioskop, dan karena hyung-nya sedang sibuk, tugas itu jatuh pada Youngjae. Orang tua mereka sebenarnya menawarkan untuk menemani, tapi Sera menolak. Dia hanya ingin pergi bersama Youngjae.
"Sera-ya, kau yakin tidak akan kedinginan dengan pakaian seperti itu? Pakai jaketku saja," kata Youngjae sambil menyodorkan jaketnya. Adiknya yang mengenakan atasan lengan panjang, rok pendek, dan stoking hanya mendengus pelan, tapi tetap menerima jaket itu.
"Arasseo, Oppa. Gomawo," balas Sera sambil memakai jaket Youngjae.
Setelah sampai di bioskop, mereka membeli tiket dan popcorn. Begitu pintu teater dibuka, Youngjae mempersilakan Sera masuk lebih dulu. Dia membawa popcorn sambil mengamati suasana teater yang mulai dipenuhi penonton. Setelah menemukan tempat duduk mereka, Youngjae duduk di sebelah Sera. Lampu bioskop mulai redup, menyisakan cahaya dari layar.
Tiba-tiba, ada yang menepuk pundaknya. Youngjae menoleh dan mendapati seorang gadis dengan rambut dikepang dua yang sangat dikenalnya. Mata mereka bertemu, dan seketika itu juga mereka terdiam. Kwon Soojin, teman sekelasnya.
Sera, yang merasa terganggu dengan keheningan itu, menepuk lengan kakaknya. "Oppa, geser sedikit. Eonni ini mau lewat."
Youngjae segera tersadar dan menarik kakinya. Soojin melangkah masuk dan duduk di kursi sebelah Sera.
"Kau nonton ini juga?" bisik Youngjae sambil sedikit menunduk.
Soojin mengangguk. "Iya. Kau sendirian?"
Youngjae menggeleng. "Aku sama adikku, Choi Sera."
Sera tersenyum simpul lalu memutar kedua telunjuknya, mengisyaratkan agar mereka bertukar tempat. "Lebih baik aku duduk di sini saja. Oppa, kau kenal dengan eonni ini kan?"
Youngjae menoleh ke Soojin. "Kau tidak masalah duduk di sebelahku?"
Soojin mengangguk cepat. "Tidak masalah."
Akhirnya, mereka bertukar tempat. Youngjae sekarang duduk di sebelah Soojin, sementara Sera tersenyum penuh arti di kursinya.
"Kau suka film horror juga?" tanya Youngjae membuka percakapan.
Soojin terlihat ragu. "Ini film horror, ya?"
"Kau beli tiket tanpa tahu film ini tentang apa?" Youngjae sedikit terkejut, tapi tidak bisa menahan senyumnya. "Ini film horror."
Soojin menggigit bibir bawahnya. "Aku beli karena salah satu aktornya adalah favoritku. Aku sebenarnya tidak terlalu suka horror."
Youngjae mendekat sedikit. "Kau boleh memegang tanganku kalau takut. Aku tidak terlalu takut dengan film horror."
Wajah Soojin memerah. Untung bioskopnya gelap, jadi Youngjae tidak bisa melihat betapa malunya dia. "Terima kasih untuk tawarannya," balasnya pelan.
Film dimulai, dan sesuai dengan janji genre-nya, banyak adegan jumpscare. Pada salah satu adegan, muncul hantu dengan rambut panjang dan pakaian berdarah yang tiba-tiba mendekat ke layar. Soojin menjerit kecil, langsung menenggelamkan wajahnya di pundak Youngjae. Tangannya mencengkeram erat lengan lelaki itu.
Youngjae bukan kaget karena hantunya, tapi karena reaksi Soojin. Jantungnya berdetak kencang, dan dia tidak bisa fokus pada film yang sedang ditonton. Dengan suara pelan, dia mencoba menenangkan Soojin.
"Itu hanya film, tidak apa-apa," bisiknya sambil menepuk puncak kepala Soojin.
Soojin yang ketakutan hanya bisa mengangguk kecil, tapi tangannya tidak melepaskan lengan Youngjae hingga film selesai. Sesekali, Youngjae mengelap air mata Soojin dengan tisu yang diberikan Sera. Gadis di sampingnya ini beberapa kali menitikkan air mata saking takutnya.
Ketika film berakhir dan lampu bioskop menyala, Soojin mundur sedikit dari Youngjae sambil menutup wajahnya. "Astaga, maafkan aku. Kaosmu jadi basah."
Youngjae hanya tersenyum kecil. "Tidak masalah."
Dia mempersilakan Soojin untuk keluar duluan. Sera, yang sudah lebih dulu keluar, berdiri di depan pintu teater. "Oppa, aku akan menemui temanku. Sampai ketemu di rumah, ya."
"Josimhi ga ra. Jangan lupa kabari eomma appa dan aku kalau sudah sampai," pesan Youngjae.
"Arasseo!" jawab Sera sambil melambaikan tangan.
Kini tinggal Youngjae dan Soojin. Suasana sedikit canggung di antara mereka. Youngjae akhirnya memecah keheningan. "Kau mau pulang langsung?"
Soojin menggeleng pelan. "Belum tau. Kau?"
Youngjae mengangkat bahu. "Masih jam 1. Kau mau jalan bareng?"
Wajah Soojin kembali memanas. Dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.
"Kwon Soojin, kau baik-baik saja? Wajahmu merah sekali," tanya Youngjae sambil menempelkan tangannya di dahi Soojin.
"Aku tidak sakit, tenang saja," jawab Soojin buru-buru.
Youngjae tersenyum kecil. "Jadi, kau mau pergi bareng?"
"Iya," jawab Soojin sambil mencoba menahan debaran jantungnya yang semakin kencang.
***
Youngjae dan Soojin keluar dari bioskop dengan senyuman kecil di wajah mereka, meskipun perasaan mereka masing-masing lebih dari sekadar senang. Malam itu, mereka memutuskan untuk berjalan menyusuri jalan menuju Sungai Han. Mumpung cuaca belum terlalu dingin, suasana malam yang sejuk terasa pas untuk menikmati kebersamaan mereka.
"Kau sering datang ke sini?" tanya Youngjae, memecah keheningan sambil melirik ke arah Soojin.
Soojin tersenyum kecil, mencoba fokus meski pikirannya melayang-layang. "Tidak terlalu sering, tapi aku suka pemandangan di sini."
Percakapan mereka berlangsung ringan, meskipun Soojin beberapa kali terlihat kebingungan saat menjawab. Siapa yang bisa fokus jika sedang berjalan bersama orang yang disukai? Dalam hati, Soojin terus berusaha menjaga dirinya agar tidak terlalu terlihat gugup.
Angin malam yang dingin semakin terasa, dan beberapa kali Soojin menggosok-gosokkan tangannya untuk menghangatkan diri. Dia memang tidak memakai sarung tangan, sesuatu yang langsung disadari oleh Youngjae. Dia memperhatikan Soojin dengan seksama sebelum akhirnya bertanya dengan nada lembut, "Tanganmu kedinginan?"
Soojin mengangguk kecil, tersenyum tipis. "Sedikit," jawabnya, mencoba terlihat santai meskipun sebenarnya tangannya mulai terasa beku.
Youngjae menatap Soojin sambil terus berjalan. "Kalau kau tidak keberatan... bagaimana kalau aku menggenggam tanganmu dan memasukkannya ke dalam saku jaketku? Aku juga tidak pakai sarung tangan."
Mendengar itu, Soojin langsung berhenti di tempat. Jantungnya berdegup kencang, dan wajahnya memerah seketika. Youngjae memperhatikan reaksinya, lalu bertanya dengan khawatir, "Kau baik-baik saja? Kau benaran tidak sakit?"
Soojin tergagap, mencoba menjawab dengan anggukan kecil. "Ah, ya... aku baik-baik saja."
"Jadi, bagaimana?" tanya Youngjae lagi, senyumnya sedikit ragu tetapi tetap hangat.
Soojin akhirnya mengangguk, meskipun ia merasa seperti mimpi. "Boleh," katanya pelan.
Dengan hati-hati, Youngjae menggenggam tangan Soojin dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Sentuhan tangan Youngjae yang hangat membuat Soojin terdiam, tetapi rasa dingin di tangannya perlahan menghilang. Hangat itu seolah menyebar, bukan hanya ke tangannya, tetapi juga ke hatinya.
"Lebih baik?" tanya Youngjae sambil melirik ke arahnya.
Soojin mengangguk lagi, kali ini dengan senyuman tulus. "Iya... lebih baik."
Malam itu, mereka melanjutkan langkah mereka dengan perlahan, berbagi kehangatan di tengah dinginnya angin malam. Soojin merasa, meskipun udara di luar terasa dingin, hatinya kini dipenuhi rasa hangat yang tidak tergantikan.
[TBC]
------------------------------
07 Desember 2024
TOLONG TOLONG!!!! lagi bener" kesemsem sama yoje astagaaaa😭😭😭 ini anak bias wrecker banget dahhh asli😭😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro