🍂| two wife :: XXVII
Saat kecil, Dahyun sudah berandai-andai, ingin menikah bersama pangeran berkuda putih yang tampan. Memakai gaun mewah berwarna biru langit, juga sepatu kaca mirip punya cinderela dengan hiasan di rambutnya. Mimpi khas anak-anak yang terjebak dikhayalan negri dongeng. Tak peduli seberapa banyak Jimin dan Jungkook mengejeknya kala itu, Dahyun tetap teguh pada pendiriannya.
"Lihat saja! Kalian pasti akan terpesona melihatku saat sudah besar nanti."
Dan benar saja, kedua lelaki itu menyukainya. Well, entah Dahyun harus merasa senang karena itu atau justru sedih karena pada akhirnya, mereka tidak bisa seperti dulu lagi. Ditambah realita pernikahannya yang sudah jelas jauh dari ekspektasi.
Namun ketika mereka telah selesai mengucap sumpah di depan pendeta, kemudian untuk pertama kalinya, Jungkook mengecup keningnya lama seraya membisikan janji sehidup semati, air mata itu kembali mengalir. Bukan karena sedih, tapi karena bahagia.
"Sekarang, kalian telah menjadi sepasang suami dan istri. Selamat."
Tidak ada tepuk tangan meriah dari banyak orang, pun Dahyun juga tidak mengenakan gaun khas pengantin, melainkan dress panjang dengan bahu terbuka. Tidak ada bucket bunga, melainkan hanya cincin berlian yang baru dibeli tadi malam. Mungkin terkesan terburu-buru, tapi ini keinginannya.
"Seharusnya kita lakukan besok saja, mungkin aku bisa—"
"Gwenchana, bukankah yang terpenting adalah kita?"
"Tapi orangtuaku—"
"Mereka sudah tahu kan kalau aku tengah mengandung cucu mereka? Mereka pasti mengerti."
"Ya, aku bukan mengkhawatirkan mereka tapi bagaimana denganmu? Apa tak apa jika kita menikah hanya seperti ini? Tidak ada undangan, gaun pengantin, gedung mewah, hadiah dan—"
"Ada anak kita kan." Jungkook terdiam saat Dahyun menarik tangannya dan menempelkannya di perutnya. "Tadi dia menendang saat kau mencium keningku."
"Benarkah?" Lelaki itu langsung berjongkok, menaruh telinganya di perut Dahyun seolah ingin merasakan kehidupan di dalam sana. "Hey, baby, bagaimana rasanya didalam sana?"
"It's cold, daddy," ujar Dahyun dengan suara seperti anak kecil membuat Jungkook tertawa.
"Dingin? Kalau begitu mau daddy hangat, kan?"
"Yes, hug me, daddy."
Jungkook langsung berdiri, kemudian menangkup kedua pipi Dahyun dengan tangannya. "Ya, katakan. Kemana Jeon Dahyun pergi?"
"Eoh?"
"Ani ... Hari ini kau benar-benar aneh, tidak seperti biasanya."
Manik Dahyun yang semula membulat langsung berubah tajam membuat Jungkook menjentikan jarinya. "Nah ini baru Dahyunku!"
Dahyun langsung memukul bahu lelaki itu cukup kuat dengan kesal. "Tsk, menyebalkan!"
Wanita itu langsung melenggang pergi, meninggalkan Jungkook hingga keluar dari gereja. Saat keluar, salju masih turun hingga jalanan kini sudah dipenuhi oleh salju berwarna putih itu.
Dahyun mendongak, melihat butir demi butir salju yang turun dari langit. Merasakan dinginnya benda putih itu saat menerpa kulit. Namun tak lama, sebuah jaket berwarna putih dipakaikan ke tubuh bagian depannya, kemudian tubuhnya diangkat dan dipangku ala bridal membuat Dahyun spontan memeluk leher lelaki itu.
"Kau melupakan suamimu, huh?" ujar Jungkook seraya berjalan perlahan dengan tetap memangku Dahyun.
Wanita itu mengalihkan pandangan, masih sebal karena kejadian tadi. Padahal suasananya sudah romantis sekali, seperti keluarga bahagia.
"Kau masih marah?" tanya Jungkook seraya memperbaiki posisi jaket Dahyun supaya benar-benar menyelimuti wanita itu. Sengaja ia pakaikan di depan supaya perutnya ikut terselimuti dan tetap hangat.
"Hmm, kau tidak seru."
Jungkook malah terkekeh. "Lalu aku harus apa supaya kau tersenyum lagi? Ini malam pernikahan kita, kalau kau lupa."
"Ahh mwola ... aku ingin tidur saja." Dahyun menyandarkan kepalanya di dada bidang lelaki itu. Rasanya hangat sekali sampai ia tidak merasakan lagi dinginnya salju.
"Baiklah, kalau begitu, kita langsung ke hotel saja, ya? Kau pasti lelah, kita pesan layanan hotel dan makan disana."
"Hmm ... Tapi aku tidak mau naik mobil."
Langkah kaki Jungkook langsung terhenti. "Maksudmu, kita jalan kaki kesana?"
"Eum ... Seperti ini, digendong. Wae? Tubuhku berat?"
"Ani, kau sangat ringan. Lagipula, hotelnya tidak sejauh itu kan."
"Iya, tapi ada di atas bukit."
"Tsk, itu bukan masalah. Kau tahu kan, kalau aku ini pecinta olahraga. Ini bukan seberapa."
"Baguslah, kalau begitu aku tidak perlu khawatir jatuh." Dahyun melepaskan pelukannya di leher Jungkook. "Kalau seperti ini juga bisa, kan? Tanganku pegal."
"Yes, my wife. Up to you."
Dahyun terkekeh saat melihat wajah sebal suaminya itu. Ia lantas kembali memeluk leher Jungkook lalu mendaratkan kecupan kilat di pipinya. "Aku akan memberikan apapun yang kau mau setelah sampai di kamar."
Jungkook berdeham, mati-matian menahan senyum. "Benar ya? Apapun?"
"Ya, apapun. Kau kan tahu, aku bukan tipe orang yang bicara omong kosong."
Jungkook kembali menghentikan langkahnya. "Baiklah, kalau begitu, beri aku satu lagi supaya aku semangat."
Tanpa basa-basi, Dahyun langsung mengecup pipi Jungkook lagi.
"Kajja! Lets go, daddy!"
Jungkook tersenyum, lantas kembali melangkahkan kakinya dengan lebih semangat. Kalau seperti ini, rasanya semua masalah langsung hanyut begitu saja. Malam itu, hanya ada kebahagiaan dengan keceriaan yang selama ini hilang. Rasanya seperti kembali muda.
"Resepsi pernikahan kita digelar setelah baby Jeon lahir. Aku pastikan, pestanya seperti di negeri dongeng yang kau inginkan," ujar Jungkook setelah mereka sampai di kamar hotel. Dahyun yang tengah memijat bahu Jungkook lantas terdiam.
"Eoh? Kau masih mengingatnya?"
"Tentu saja." Jungkook menarik tubuh Dahyun ke pangkuannya, memeluk perutnya dari belakang seraya meletakan dagunya di bahu mungil Dahyun. "Kau mengatakan itu ratusan kali padaku dulu, mana bisa aku melupakannya."
"Tsk, menggelikan. Jangan bersikap sok romantis deh."
"Wae? Kau tidak suka?"
"Ani, rasanya aneh saja."
Pelukan Jungkook semakin mengerat, ia bahkan sudah memejamkan matanya karena lelah, padahal mereka baru saja selesai mandi. "Aku tidak ingin malam ini cepat berakhir, tapi aku lelah. Ayo kita tidur?"
"Hmm? Tidur?"
"Iya, atau kau mau kita melakukan ritual malam pertama dulu?" Jungkook menaik-turunkan alisnya membuat Dahyun segera menyingkir dari pelukannya.
"Baiklah, ayo kita tidur. Aku juga sudah mengantuk."
"Katanya akan memberiku apapun?" celetuk Jungkook membuat langkah kaki Dahyun terhenti. Wanita itu berbalik, "Bukannya sudah? Kita kan sudah mandi bersama terus aku memijat tubuhmu juga."
"Ya tapi—"
"Sudahlah, kita tidur saja. Kau boleh memelukku sepuasnya, tapi dari belakang." Jungkook bergeming. "Tidak mau? Yasudah."
Dahyun langsung naik ke atas ranjang dan menarik selimut sebelum akhirnya membaringkan tubuhnya dengan posisi menyamping menghadap jendela. Perutnya semakin membesar saja, membuatnya jadi cepat pegal. Tak lama, Jungkook juga bergabung, tangannya bahkan sudah memeluknya saja dari belakang walaupun tadi sempat berlagak menolak.
"Setidaknya berikan aku ciuman," celetuknya dengan suara berat, tepat telinganya. Rasanya geli, merasakan napas hangatnya yang menerpa ceruk lehernya berulang kali.
"Jawab pertanyaanku dulu. Apa ... Kau juga pernah menggendong Tzuyu seperti yang kau lakukan padaku tadi?"
Wanita ternyata memang sama saja ya, suka cari penyakit sendiri. Jungkook menghela napas panjang, "Itu masa lalu."
"Mwo? Berarti pernah?"
"Iya." Jungkook berkata jujur. "Tapi tidak sejauh yang tadi. Tadi itu benar-benar momen yang tak terlupakan."
"Jinjja? Baiklah, kalau begitu aku akan sering memintamu menggendongku begitu. Baby Jeon juga sepertinya suka, dia tenang sekali saat aku digendong."
"Ya, aku juga tidak yakin, apakah kita bisa menggendongnya nanti saat dia lahir atau tidak. Atau justru, hanya aku yang tidak bisa menggendongnya karena sudah lebih dulu pergi," sambungnya dalam hati.
Sorry, harusnya ini di up kemarin, tapi akunya malah ketiduran hwhw
Tinggal dikit lagi nih partnya, kira-kira bakal happy end gk ya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro